09

942 119 13
                                    

Ketakutan Kaivan menjadi nyata. Anak-anak nakal itu memang berniat menjatuhkan Kai dengan menjebaknya dalam masalah. Itu terbukti dari bagaimana Kai berakhir di meja meeting bersama produser utama project nya untuk membahas video tentang 'Jazziel Kaivan seorang pembully di sekolah' yang muncul di tengah rangkaian promosinya.

"Dari apa yang kamu jelasin, kami percaya kamu bukan siswa yang suka merundung teman-temannya. Tapi di sini masalahnya adalah si penyebar video memiliki bukti yang menyudutkan, sementara pembelaan yang kamu punya cuman sekedar kalimat penjelasan."

Kaivan menunduk, tangannya bertaut dengan keringat dingin dan sedikit bergetar. Ia merasa cemas untuk apapun yang terjadi sekarang, sifatnya yang selalu tenang kini dipertanyakan. Karena Kai bahkan tidak bisa mengendalikan detak jantungnya yang mudah sekali berdegup kencang setiap kali orang membahas tentang rumor miring nya.

"Jadi Kaivan, tolong hadapi ini secara profesional. Sebisa mungkin abaikan semua tuduhan yang menyudutkan kamu dan cukup bersikap seperti biasa. Kami akan menahan jadwal perilisan video promosinya sementara waktu dan kamu cuman perlu jalanin semuanya seolah berita ini gak ada. Okay?"

"..."

"Oh tapi syuting dan produksi tetap lanjut seperti yang udah dijadwalkan. Gak ada perubahan buat itu."

Kaivan menghela nafas dalam sebelum mengangguk. Masih dengan kepala yang tertunduk ia bisa merasakan pria yang tadi bicara dengannya menepuk kepala Kai, "kamu udah ngelakuin yang terbaik sejauh ini, nak. Keep going."

Hari itu, Kai bisa pulang dengan sedikit lebih tenang saat orang-orang yang bekerja dengannya bisa meng-handle masalah yang ia miliki tanpa ikut menyudutkannya meski mereka kini juga menghadapi masalah dari penurunan signifikan karena banyak pihak mulai menangguhkan kerjasama project yang dibuatnya.

Dari awal ia sudah tidak menyukai ide ini. Itu bukan hal yang baik dengan melibatkan dirinya sebagai strategi marketing. Kai sangat buruk dalam bersosialisasi, bagaimana bisa ia berhadapan dengan publik?

Hal itu membuatnya kembali gelisah, ia resah hingga mengganggu kegiatan produktif nya. Aji memberinya dukungan yang Kai butuhkan sehingga Kai masih bisa berangkat sekolah dan melanjutkan pekerjaannya dengan percaya diri.

Sementara Papi.. Sepertinya Papi sudah mengetahui tentang ini. Papi terlihat tidak banyak bicara, ia memperlakukan Kai seperti biasa namun menjadi lebih observatif terhadap kegiatan Kai sehari-hari. Seolah mengamati dengan cermat apa yang terjadi dengan anaknya.

Sungguh, Kai benar-benar bisa menjalani itu dengan bersikap seolah masalah tersebut tidak ada. Walau kesulitan dan membuatnya tidak produktif tapi setidaknya Kai masih mampu belajar dan bekerja dengan baik.

Hingga ia tidak mengerti kenapa hal itu justru menjadi masalah yang besar baginya. Saat entah dari mana orang-orang menemukan sosial media miliknya dan mulai menyerang Kai dengan kata-kata yang menyakitkan.

Rumor-rumor lain bermunculan secara berlebihan setelah perusahaan mengunggah poster coming soon terbaru untuk project nya. Mereka menjadikan segala hal yang pernah Kai unggah sebagai media observasi negatif untuk membuat kesimpulan bahwa Kai memang anak arogan yang sok berkuasa dengan bersikap buruk terhadap siswa lain di sekolahnya.

Mereka mengatakan Kai adalah anak nakal yang memiliki pergaulan mengkhawatirkan dengan mengambil narasi dari beberapa foto dan video yang ia unggah di akun sosial medianya saat menginap di sebuah villa bersama teman-temannya dulu.

Itu hanya foto mereka berenang dengan memegang kaleng soda juga video berdurasi lima belas detik yang dipotong tepat saat Kai mendorong Eve ke kolam ketika sebenarnya itu adalah sebuah candaan.

Hope That Will Be The End of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang