Warn! 🔞
Ingat ya, seluruh adegan di sini tidak untuk ditiru apalagi dijadikan inspirasi..
.
.Setelah momen yang terlalu intim itu, Kai dan Levano sama-sama tidak bisa tidur. Mereka bahkan berpisah kamar, tanpa ucapan yang jelas Kai hanya mengatakan bahwa Levano bisa menggunakan kamar orang tuanya dengan nyaman sementara ia naik lalu berbaring di kamar Joan.
Sibuk memikirkan perasaan apa yang sebenarnya ia rasakan saat ini. Ia menyukai nya, tapi itu juga memalukan, tapi itu menyenangkan, namun juga sedikit.. menakutkan?
Apa yang perlu ditakuti?
Sambil menatap atap kayu di atas ranjang, kalimat itu muncul di kepala kedua remaja tersebut.
Mereka hanya tumbuh menjadi remaja dewasa, mengetahui satu-persatu hal yang belum mereka tau dan merasakan satu-persatu hal yang belum pernah mereka rasakan.
Mereka hanya anak remaja yang menyesali perbuatan kemarin di hari ini, lalu melakukan kesalahan yang sama di hari berikutnya.
Hujan mereda saat jam menunjukan pukul sebelas malam, seharusnya ini belum terlalu malam jika mereka berada di kota. Tapi desa telah hening sejak air hujan turun, hanya ada suara angin dan samar hewan-hewan malam dari kejauhan.
Levano menutup wajahnya sendiri, merasa malu namun juga membuat hatinya berbunga. Itu memalukan saat menyadari bahwa tubuhnya- bagian yang seharusnya privasi, disentuh orang lain. Tapi juga itu membuatnya senang dan ia sangat menyukai sensasi aneh ketika tubuh nya disentuh atau tubuh mereka bersentuhan.
Sementara Kai menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Merasakan beberapa hal yang sulit ia simpulkan. Di satu sisi ia merasa cukup lancang karena telah melakukan sesuatu yang berlebihan meski telah diberi izin, ia juga bingung kenapa itu menyenangkan dan membuat tubuhnya bergerak sulit dikendalikan, namun di sisi lain ia juga merasa keren karena telah membuat kekasihnya.. puas?
Tapi apa itu memberi keuntungan bagi keduanya?
Lagi, pertanyaan yang sama muncul di kepala Kai dan Levano. Membuat mereka kembali menatap kosong atap kayu kamarnya sementara kepalanya berkelana jauh mencari-cari jawaban.
Dalam pikiran Kai, apa Levano merasa dirugikan karena ia telah membuat kekasihnya itu 'keluar' karena sentuhannya?
Sedangkan dalam pikiran Levano, apa Kai kini kecewa karena apa yang mereka lakukan tidak membuat Kai selesai dengan 'urusannya'?
Akhirnya hanya desahan nafas frustasi yang menjadi jawaban dari kegundahan mereka.
Kai bangkit duduk di pinggir ranjang, di tengah isi kepalanya yang rumit, ia berusaha mengalihkan perhatian dengan memperhatikan barang-barang di ruangan kamar pamannya tersebut.
Sejenak pemikiran rumitnya sedikit teralihkan saat ia melihat foto keluarga kecil pamannya yang tersenyum lebar berasama mendiang nenek. Foto itu terpajang apik di dinding.
Nenek duduk di kursi dengan dress elegan rancangan Hazelook yang sangat cocok untuk usianya saat itu, di lehernya melingkar tangan kecil Abang -anak pertama Om Joan- yang berdiri di atas kotak kayu tinggi di belakang kursi nenek, memeluk sang nenek dengan ceria. Sementara di kedua sisi belakang nenek ada Om Joan dan Tante El yang masing-masing menggendong satu anak kembarnya.
Kai tersenyum dengan potret itu, hatinya menghangat meski tidak dipungkiri kehadiran anak-anak Om Joan sedikit menggeser posisinya sebagai cucuk tersayang nenek. Ia tidak lagi menjadi satu-satunya, namun itu tidak membuatnya berkecil hati. Memikirkan tentang bagaimana mereka sangat rukun dan acara kumpul keluarga selalu sangat menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope That Will Be The End of Us
FanficBagian lain dari Jiyel Universe yang belum tersampaikan. Setiap orang memiliki akhir bahagia versi mereka sendiri, akhir bahagia yang memiliki beragam sisi, akhir bahagia yang kadang tak seindah seni, dan apa yang telah terlewati juga akan terjadi s...