30

749 87 31
                                    

"Ini tangan kamu kenapa?"

Aji menggenggam tangan Hazel yang dibalut perban dengan Panik. Hanya dua hari ia tidak pulang dan yang ia temukan adalah terkasih nya yang terluka.

"Kena pisau kain." Jawab Hazel sambil tersenyum dan menurunkan tangan Aji, "gapapa kok, kecelakaan kerja."

Aji menatap Hazel lekat lalu menghembuskan nafasnya, menarik tangan kecil pria itu yang terluka lalu ia kecup, "lain kali hati-hati, I don't like to see you hurt"

"I know I'm sorry.." Hazel berjinjit untuk mengecup bibir suaminya sementara Aji menggeleng dan mengatakan Hazel tidak perlu minta maaf, hanya pastikan untuk tidak mengulang hal yang sama dan kembali melukai dirinya sendiri.

"Gimana kondisi Kai?"

"Udah sehat, cuman demam semalem aja. Tadi pagi udah berangkat buat pemotretan."

Aji berjalan sambil merangkul Hazel turun dari lantai atas, hendak memenuhi janji nya yang akan memasak untuk Hazel dan mengantar pria tersebut ke tempat Kai kerja nanti.

"Udah cerita dia sakit kenapa?"

Hazel berhenti berjalan, menoleh untuk menatap Aji lalu menggeleng, "katanya cuman demam karena kecapean, nanti cerita setelah Papa pulang."

Mendengar itu Aji terkekeh dan mengusak gemas rambut Hazel, "Kai gak mau buat kamu khawatir, bukan sengaja nutup-nutupin sesuatu dari kamu."

"Tapi kalo kek gitu aku jadi makin khawatir."

Kecupan di pipi adalah apa yang Aji berikan sebagai respon dari kalimat Hazel, Tiba-tiba merasa sangat menyukai bagaimana Hazel membuatnya berkali lipat merasa nyaman. Mungkin karena Aji telah suntuk pada pekerjaan yang menegangkan dan membuatnya harus selalu berpikir pelik, sehingga saat bertemu orang terkasih nya ia seperti otomatis terobati.

Mereka melewati sesi makan bersama dengan hangat dan menyenangkan, kebersamaannya berhasil membuat kedua orang itu lupa akan masalah di belakang mereka. Seperti bagaimana Aji yang terjebak di pekerjaannya sendiri dengan keraguan mundur atau terus maju dan Hazel yang merusak rancangan gaun rumit yang harus selesai minggu depan.

Keduanya juga menemui Kai, kembali memuji dan kagum terhadap bagaimana sang anak berkembang pesat. Kai semakin percaya diri di depan kamera membuat hasil foto-foto nya memenuhi ponsel Hazel. Ia unggah di sosial media dan seperti biasa, langsung mendapat pujian kagum dari teman-teman nya.

"Liat ji kata Harsa, katanya Kai the next Harrel Saputra."

Aji melihat isi pesan Harsa yang membalas unggahan status Hazel lalu tertawa, "jangan, hidupnya terlalu main-main."

Hazel ikut tertawa dan mengangguk setuju lalu membalas pesan Harsa bahwa Kai hanya akan menurunkan bakat juga ketampanan yang dimiliki Harsa tanpa pola hidup bebasnya yang hanya Harsa balas dengan stiker tertawa.

Kedua orang itu kemudian menghampiri Kai, menyampaikan pujian dan kebanggaan mereka juga menyapa partner kerja Kai yang tak kalah mengagumkan dengan tampilannya kali ini. Suasana itu terus mengalir hingga waktu dimana mereka makan malam, dan Hazel membahas tentang Levano.

"Vano udah berubah, Pi. Udah gak pernah ganggu Kai lagi, buktinya kemarin Vano anterin Kai pulang kan pas Kai sakit?"

"Jangan-jangan dia yang buat kamu sakit. Iya, kan? Jujur."

Kai menghela nafas, berusaha menjelaskan pada Papi bahwa Levano tidak seburuk itu- meski tidak juga sebaik itu untuk Kai bela mati-matian. Kai hanya ingin meyakinkan pada Hazel bahwa pilihannya berteman dengan Levano bukan suatu hal yang perlu dikhawatirkan.

Hope That Will Be The End of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang