34

844 90 27
                                    

(Chapter ini kayaknya gak aman dibaca di tengah malam, mengandung beberapa adegan kekerasan, harap bijak dalam membaca ya🙏)

Enjoy reading ~

.

.

.

Kai sejenak hanyut pada bagaimana ia merasakan tekstur bibir Levano di bibirnya. Itu memiliki sensasi yang berbeda ketika ia melumat bibir atasnya yang lebih tipis dibanding bibir bawah milik Levano yang lebih berisi.

Bagaimana Kai merasakan tangan Levano di genggamannya yang semula mengerat, lalu lemas, dan berakhir mencengkram tangan Kai saat yang lebih tinggi mulai menikmati bibir bawahnya.

Kai melihat dengan jarak yang sangat dekat bagaimana mata Levano terpejam erat, dan bibirnya yang dibiarkan terbuka seolah mengizinkan Kai untuk melakukan lebih dari sekedar kecupan.

Semua itu, membuat aliran darah di tubuh Kai berdesir lebih cepat dengan detak jantung berisik tak karuan. Kai berani bersumpah bahwa itu adalah perasaan menggelitik yang menyenangkan yang membuatnya tidak ingin kehilangan hal tersebut terlalu cepat.

Kai tidak pernah tau bahwa merasakan bibir orang lain dengan bibirnya sendiri mampu menyihir akal sehatnya. Kai berada diantara sadar bahwa seharusnya ia tidak membalas kecupan singkat Levano dengan lumatan pelan yang lembut seolah ia berhak melakukannya.

Namun ia juga berada di kabut tebal yang membuatnya berfikir bahwa itu bukan tindakan egois karena Levano tidak menolaknya.

Levano seolah membiarkan Kai melakukan lebih dari apa yang ia mulai sebelumnya.

Kai tidak pernah tau bibirnya akan berakhir menyentuh bibir orang lain seperti ini. Kai tidak mempelajari nya, tapi Kai sering melihat bagaimana Papa dan Papi berbagi ciuman seolah kegiatan tersebut membuat keduanya terbang melupakan daratan.

Dan Kai membuktikan bahwa itu benar, Kai merasakan sesuatu seperti rasa egois yang membuat ia ingin mengabaikan segala hal di sekitarnya karena apa yang ia rasakan saat ini begitu menyenangkan untuk diabaikan.

Hingga Levano tersadar lebih dulu bahwa ini bukan apa yang ia harapkan. Kai tidak perlu melakukannya lebih banyak dan membuat kepalanya pening dengan hati berharap besar akan fakta semu jika mungkin Kai tengah mengutarakan perasaannya.

Dan itu membuat Levano seketika membuka matanya, mendorong dada Kai sedikit kasar hingga ciuman mereka terlepas dan ia bisa kembali bernafas bebas dengan jarak yang aman.

"..."

Levano mengusap bibir basahnya dengan punggung tangan sambil melirik ke arah Kai yang menyunggingkan senyum kecil sambil mengelap bibirnya pelan hanya dengan jempol tangannya sendiri.

Sial.

Levano memalingkan pandangan. Ia sedikit menyesal karena memulai tindakan ceroboh yang seolah membangunkan sisi lain dari seorang Jazziel Kaivan yang sangat mengejutkan.

Kai tidak pernah bisa ditebak, apa yang bisa dan tidak bisa ia lakukan tidak bisa diprediksi. Bagaimana bisa anak manja yang hanya tau menghabiskan uang orang tuanya dan bermalas-malasan di sekolah berhasil membuat Levano setengah gila karena ciuman yang intens beberapa saat lalu.

Sedangkan Kai, masih tersenyum kecil sambil memperhatikan bagaimana Levano berusaha menyembunyikan wajah merahnya sendiri dengan nafas yang masih tidak beraturan. Ia menyibak rambutnya, maju satu langkah dan Levano segera menghindar dengan menjauh tiga langkah dari Kai.

Hope That Will Be The End of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang