48

633 68 33
                                    


Hazel sudah tidak terkejut lagi dengan bagaimana sang anak jatuh sakit setelah menerobos hujan tengah malam saat pulang bersama Lou. Meski begitu, ia tetap mengkhawatirkan kondisi Kai dan membatalkan beberapa jadwal yang ia miliki demi menemani sang anak yang sudah dua hari tidak masuk sekolah.

Kai mengatakan bahwa ia sudah mampu beraktivitas di sekolah, tapi Hazel tidak memberi izin. Cuaca buruk akhir-akhir ini dan anaknya tidak cukup memperhatikan kesehatannya sendiri. Jadi lebih baik bagi Hazel untuk menahan Kai tetap di rumah setidaknya sampai obat yang diberikan dokter habis dan Kai benar-benar terlihat sangat sehat.

Tak hanya Kai, Hazel juga sebenarnya mengkhawatirkan kondisi Lou yang kedapatan terserang flu ringan setelah pulang bersama Kai malam itu. Anak itu selalu menggunakan hoodie di rumah yang menutupi kepalanya dan menyamarkan wajah pucat serta ujung hidungnya yang merah.

Tapi Lou bahkan lebih keras kepala dari Kai, ia berdalih bahwa itu bukan apa-apa dan tetap keluar dari pagi lalu pulang tengah malam. Kadang Lou akan pergi malam hari dan pulang dini hari, selalu terlihat buru-buru dan sulit bagi Hazel untuk bertanya kemana sebenarnya anak itu pergi.

Ia sedikit segan untuk memaksa Lou istirahat di rumah sebagaimana ia memaksa anaknya untuk tidak terus beraktivitas di luar. Berbeda dengan Laura, Lou cukup sulit di sentuh, sehingga sulit bagi Hazel untuk merangkul Louvan sebagaimana ia merangkul adik perempuannya.

Seperti pagi ini, hanya ada Laura dan Aji di meja makan karena Kai belum bangun dan Lou juga tidak terlihat sejak kepulangannya semalam. Hazel memperhatikan hidangan sarapan yang mereka nikmati sambil berdiri untuk menyiapkan Laura bekal makan siang.

"Hari ini ada jadwal olahraga, Lau?"

Remaja manis itu menggeleng dengan sebelah pipi mengembung lucu. Laura selalu makan dengan lahap, hal yang ingin Hazel lihat dari Kai yang sejak kecil sulit makan. Membuatnya kini tertawa kecil dari bagaimana Laura berusaha menjelaskan dengan mulut penuh bahwa ia memiliki kelas tambahan setelah pulang sekolah.

"Louvan mana? Gak anter kamu hari ini? Atau kamu berangkat sama Reiner?"

"Louvan wasn't awake yet, he looked tired.. so I didn't wake him up." Jelas Laura sebelum menjelaskan bahwa Reiner juga tidak akan masuk hari ini karena memiliki jadwal syuting di luar kota.

"But no problem, i bisa go to school sendirian, Hazel. You don't need to worry."

"No, darling.." Hazel menggeleng, berjalan menghampiri Laura dan menyimpan kotak makan siangnya di dekat anak itu, "i won't let you go alone, hari ini you pergi bareng sama Mr. Director. Okay?" Lanjutnya melihat ke arah Aji yang langsung mengalihkan pandangan dari ponsel di tangannya.

"What?"

"Kamu bisa kan anterin dulu Laura ke sekolahnya bentar?"

"Sure." Aji mengangguk dan melihat ke arah Laura, "what about Lou?"

"Lou katanya kecapean, makannya kalo sarapan gausah sambil main HP." Jawab Hazel kembali ke kursinya setelah menatap sinis Aji.

Membuat Aji segera menyimpan ponselnya dan meminta maaf lalu senyum lebar yang membuat Hazel kesal.

"Kamu ada jadwal check up kan hari ini? Jam berapa?" Tanya Aji merujuk pada Hazel yang juga harus ke rumah sakit hari ini.

Lelaki manis itu kembali ke tempat duduknya dan menghela nafas, "Kai masih sakit, masa aku tinggal?"

"Ada Mbak Tia, yel. Santai lah kek gak sering ninggalin Kai sendiri aja." Ujar Aji yang langsung mendapat tatapan sinis dari Hazel.

Ya, ia mengakui memang bukan hal yang aneh meninggalkan Kai sendirian bersama Mbak Tia karena sejak dulu mereka adalah dua orang sibuk yang memiliki banyak kegiatan. Tapi kali ini Hazel tidak mau lengah, Kai sedang keras kepala dan sering melawan nasehatnya, ia perlu sedikit mengawasi sang anak agar tidak bertingkah setidaknya sampai ia benar-benar membaik.

Hope That Will Be The End of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang