"Maaf tapi kami tidak memperkerjakan anak orang kaya yang sedang bermasalah tanpa minat kerja yang serius."
Lagi, untuk kesekian kalinya Kai menerima penolakan dari tempat kerja yang memiliki lowongan paruh waktu di sekitar tempat tinggalnya.
Hari ketiga dan ia belum menemukan pekerjaan yang bisa menghidupi kesehariannya dengan cukup. Sampai hari ini, Kai hanya baru mendapatkan sebuah pekerjaan kecil dari seorang pria tua pemilik usaha pengrajin boneka.
Pukul empat sore Kai akan datang ke tempat pengrajin tersebut untuk memasangkan bola mata di setiap boneka yang telah diproduksi. Ia dihargai per-satu boneka hingga pukul delapan malam. Itu pun Kai bisa mengerjakan di apartemennya dengan membawa serta boneka-boneka tersebut untuk ia pasang manik mata nya.
Dan jujur saja, itu tidak cukup. Kai membutuhkan lebih dari sekedar uang makan dan ongkos transportasi. Kai butuh uang untuk biaya internet, kebutuhan mandi dan deterjen untuk mencuci, lalu uang yang cukup untuk ia bisa mengunjungi Papi.
Kai meneguk air mineralnya hingga botol itu tidak berisi lagi, membuang bekasnya ke tong sampah terdekat dan duduk di kursi depan supermarket sambil membuang nafas lelah dan menendang kesal apapun yang ada di depannya.
Aji terlalu jahat, Pria itu sangat kejam untuk menempatkan ia dalam kondisi seperti ini. Jangankan untuk pulang melihat Papi, Kai bahkan harus menyisihkan uang hasil memasang mata boneka nya untuk ia membayar biaya transportasi besok pagi. Belum lagi, jika Kai berkelana mencari pekerjaan yang lebih jauh, ia membutuhkan ongkos transportasi yang lebih.
Beruntung saat ini ia masih memiliki uang kecil sisa uang jajannya yang ia temukan di beberapa saku jaket, tas, kotak kacamata, hingga phone case nya. Besok dan seterusnya, ia tidak tau harus memakai uang darimana demi berkelana mencari pekerjaan yang lebih menjanjikan.
"Hari ini mau dibawa pulang aja, kek. biar dikerjain di rumah."
"boleh, sini, nak." Pria tua itu mengantar Kai untuk mengemas boneka serta alat bahan yang diperlukannya sebanyak yang ia ingin selesaikan, lalu memberikan sekantong kresek berisi roti, kue kering, dan air mineral.
"buat temen kerja, bawa aja." Ucap kakek tersebut yang menjawab pertanyaan bingung Kai.
Mendapatkan itu menciptakan Kai tersenyum sangat lebar hari ini, berulang kali mengatakan terimakasih dan hal itu sangat membuatnya terharu. Kai bahkan belum lama bekerja dengan kakek tersebut, tapi ia memperlakukannya sangat ramah dan penuh perhatian.
Baru kemarin Kakek mengetahui bahwa Kai tinggal sendiri tanpa orang tua, dan hari ini Kakek tersebut seolah merangkul Kai agar Kai tetap bersemangat.
Setidaknya, malam ini Kai pulang dengan senyuman sambil memakan roti nya di perjalanan pulang. Kai seperti mendapat secercah harapan tentang bagaimana ia bisa bertahan dalam menghadapi kondisi menyedihkannya saat ini.
Tidak semua orang bersikap tidak peduli, tidak semua orang akan mengabaikannya, tidak semua orang akan memandangnya sebelah mata, setidaknya, ada satu dari seratus orang yang Kai temui bersikap peduli padanya.
Kai tidak pintar dalam bagaimana menghadapi situasinya saat ini. Ia tidak terbiasa, bahkan untuk menjawab pertanyaan wawancara sederhana dari beberapa tempat kerja yang ia datangi. Kai mengira mencari pekerjaan paruh waktu untuk siswa sepertinya akan mudah, nyatanya, setiap tempat kerja tetap mengutamakan kualifikasi dan prosedur yang ketat.
Tidak langsung menerima orang hanya karena orang itu anak terlantar yang butuh pekerjaan untuk ia bisa hidup. Karena bukan hanya Kai yang membutuhkan pekerjaan untuk hidup, ada banyak anak seusianya yang juga membutuhkan hal yang sama sehingga Kai harus bersaing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope That Will Be The End of Us
FanficBagian lain dari Jiyel Universe yang belum tersampaikan. Setiap orang memiliki akhir bahagia versi mereka sendiri, akhir bahagia yang memiliki beragam sisi, akhir bahagia yang kadang tak seindah seni, dan apa yang telah terlewati juga akan terjadi s...