67

446 55 8
                                    


"Well done! you look perfect!"

Hazel tersenyum bangga dengan tampilan segar anaknya yang akan menghadiri acara perpisahannya di sekolah. Kai mungkin akan menjadi siswa paling tampan dalam pandangan Hazel karena saat ini anak itu adalah seorang model, memang belum dipublikasikan tapi Kai telah melakukan rangkaian pemotretan yang memiliki hasil memukau.

Kini tampilan anaknya itu akan disaksikan oleh orang-orang di sekolahnya, postur tubuh yang ideal, wajah tegas yang tampan, dan gaya berpakaiannya yang elegan.

Kai menatap pantulan dirinya di depan cermin, lalu tersenyum kecil, senang karena bahkan hanya penampilan nya pun bisa membuat Papi tersenyum lebar, namun sedih dengan fakta bahwa waktunya sebagai anak remaja biasa tidak akan lama lagi.

Orang-orang di rumahnya sibuk hanya karena Kaivan akan mendatangi gedung sekolah untuk terakhir kalinya. Bibi memasak masakan terbaik hanya untuk sarapan, Pak Teo bahkan menyiapkan mobil secara total untuk mengantar Kai, Mbak Tia diam-diam menangis saat menyetrika baju anak majikannya itu.

Semua hal dirayakan, Kaivan mungkin hidup dengan keberuntungan yang tak bisa didapatkan anak lainnya. Setelah sekian lama, Aji bahkan memegang lagi kamera hanya untuk mengabadikan momen terakhir anak sebagai siswa. Membuat Kai sejenak menikmati momen itu dengan seksama.

Itu adalah Kai, yang mengawali hari dengan penuh perayaan dan senyuman bahagia dari orang sekitarnya.

Sementara di rumah lain yang sepi dengan suasana dingin dan hening, ada Levano yang menjadi penghuni terakhir rumah besar itu.

Valdo telah menemukan rumah sederhana untuk ia tinggal bersama Vallen, orang tuanya sudah melarikan diri dan Levano tidak ingin tau tentang keberadaan mereka, kini tinggal dirinya yang tetap tinggal meski rumah itu akan disita pihak berwenang.

Menyiapkan dirinya sendiri dengan pakaian formal terbaik yang ia miliki, menggunakan beberapa produk perawatan wajah milik Alvaro yang masih layak digunakan, menggunakan gelang love signal dari Kai dan jam tangan pemberian kakak pertama nya.

Ia berdiri di depan cermin kamarnya yang sudah lebih lenggang karena beberapa barangnya sudah Levano packing untuk persiapan ia berangkat ke Inggris.

Menghela nafas dalam dan berusaha menghalau rasa sedih dari bagaimana hari ini tidak sedikit pun terasa spesial untuknya. Mimpi kecilnya yang selalu menginginkan pujian dan kebanggaan dari orang tuanya benar-benar tidak ia dapatkan.

Hanya seperti ini, tetap seperti ini, meski ia telah berusaha keras menjadi anak yang lebih baik.

Sehingga satu-satunya hal yang membuat Levano tersenyum adalah love signal yang diberikan Kai lewat gelangnya. Kai belum membalas pesannya, sepertinya anak itu masih sibuk, sehingga mengirim sinyal lewat gelang pasangan mereka.

Mungkin seperti ini kehidupannya nanti, saat ia jauh dari Kai. Hanya sebatas sinyal rindu yang menghubungkan mereka ketika sibuk dan tidak sempat menghubungi.

Sudah terasa sangat berat dan menyedihkan, rasanya Levano ingin mengubah takdir agar menjadi lebih baik padanya. Bisakah ia hidup dengan bahagia tanpa harus berusaha dan menjalani sepi dari sepasang kakinya sendiri?

Bolehkah ia meminta hal bodoh tentang bagaimana ia hanya ingin hidup bersama Kai- orang yang selalu menghargainya tanpa menjadi masalah?

Ia lelah, Alvaro tidak bersamanya, mereka tidak jadi berjuang bersama, Revaldo memiliki kehidupan baik bersama adik bungsunya yang membuat Levano segan untuk terus membebani nya.

Bisakah ia mendapat keajaiban? Seperti mungkin ia akan kembali menemukan Alvaro yang mereka katakan hilang itu? Ia telah membatalkan tawaran pendidikan nya di Amerika demi mengejar negeri yang Alvaro impikan, walau ia tidak berhasil mendapatkan tepat di kota impian kakaknya itu.

Hope That Will Be The End of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang