Kaivan bangun sangat pagi meski semalam ia tidur larut karena menyelesaikan bonekanya. Mandi dengan cepat dan berhati-hati di setiap aktivitasnya agar tidak membangunkan Levano yang masih tidur lelap dibalut selimut.
Remaja itu membawa serta kantong besar berisi bonekanya keluar menuju tempat kakek pengrajin berada. Dengan bangga memberikan hasil kerja kerasnya untuk diganti dengan beberapa lembar uang yang membuat ia bersemangat karena berhasil memenuhi ambisinya semalam.
Pagi ini, Kakek membekalinya dua botol susu dan empat butir telur. Ia juga memberikan sepotong roti gandum yang Kai nikmati di perjalanan menuju minimarket terdekat. Ia membeli beberapa hal untuk sarapan paginya dengan Levano kali ini. Sesuai dengan ambisinya semalam, bahwa ia akan memberikan Levano sarapan yang sedikit spesial.
Kai pulang satu jam kemudian dengan tangan membawa kantong belanjaan juga hadiah kecil dari Kakek. Ia menaruh belanjaannya di meja dapur sebelum berjalan ke kamar memeriksa Levano yang masih terpejam dalam tidurnya.
Kai tersenyum kecil melihat itu, ia bahkan tidak tega untuk sekedar membuka gorden dan mengganggu tidur nyaman temannya. Levano terlihat sangat tenang dan wajah polosnya saat tidur adalah hal yang ia sukai kali ini. Mengingat wajah tidak ramah Levano yang selalu terpasang setiap saat.
Bumbu halus dari potongan tiga siung bawang putih, bawang merah, tiga cabai besar dan kecil, satu perempat sendok teh terasi matang, dengan campuran garam, gula, dan kaldu jamur, ditumis dengan minyak panas. Berhasil mengeluarkan aroma harum yang memenuhi dapur tempat Kai berkutat dengan masakannya.
Kai mengocok dua butir telur pemberian kakek pada mangkuk sebelum ia masukan pada penggorengan bersama tumisan bumbu hingga harum bumbu meresap matang. Lalu ia menambahkan beberapa tambahan bumbu lain seperti irisan daun bawang, kecap manis, dan saus tomat dan mengaduk nya sebelum memasukan dua piring nasi dingin.
Dengan senyum diwajahnya Kai mengaduk nasi goreng yang ia buat, merasa puas dengan bagaimana harum aroma masakan begitu familiar di penciumannya. Itu adalah resep nasi goreng yang sering Aji dan Mendiang Neneknya buat di desa. Telah menjadi favoritnya sejak kecil dan kini ia mahir membuatnya sendiri.
Tak lama kemudian Kai menyajikan masakannya bersama dengan bawang goreng dan timun. Lalu menuang susu pemberian kakek pada dua gelas berbeda sebelum ia tata rapih di meja makan. Kai menatap hasil masakannya, mengangguk dengan puas dan mulai mencuci bekas peralatan masak yang ia gunakan.
"Kai?"
Hingga suara Levano sukses membuat Kai menghentikan sejenak pekerjaannya dan berbalik untuk tersenyum ke arah remaja Baskara yang datang dengan raut bingung juga rambut berantakan khas bangun tidur.
"Pagi, Vano~ gimana tidurnya semalem?"
...
Levano menatap piring nasi goreng di depannya dengan banyak pemikiran di kepala. Ada banyak hal yang ia pikirkan saat ini, salah satunya adalah kapan Kai menyiapkan semua ini karena ia ingat semalam bahkan Kai tidak memiliki satu siung bawang pun di kulkasnya.
"Kenapa, Vano? Ayo makan."
Dengan rambut basah dan wajah polos setelah mandi, Levano kembali menatap nasi di piringnya sebelum melihat ke arah Kai.
"Lo.. bangun jam berapa?"
Kai yang tengah mengunyah makanan itu menjawab dengan jari tangan menunjukan angka lima.
"Sumpah? Jam lima pagi lo udah bangun?!"
Kai mengangguk, menelan makanannya lalu menunjuk makanan di piring Levano. "Makan dulu, nanti aja nanya-nanya nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope That Will Be The End of Us
FanfictionBagian lain dari Jiyel Universe yang belum tersampaikan. Setiap orang memiliki akhir bahagia versi mereka sendiri, akhir bahagia yang memiliki beragam sisi, akhir bahagia yang kadang tak seindah seni, dan apa yang telah terlewati juga akan terjadi s...