38

903 87 53
                                    


"Jadi, Kaivan.. "

Aji menerima kembali dokumen yang telah di tandatangan sang anak, memeriksanya sekilas sebelum ia tutup dan diberikan pada wanita di sampingnya, Olivia. Menghela nafas dalam sebelum kembali membalas tatapan bingung sang anak dengan tegas.

"From now on, you are not my son anymore."

"... what?"

Kai mengerutkan keningnya dalam, menatap kunci unit apartemen di tangannya, lalu pintu apartemen yang akan ditinggalinya, dokumen di tangan sekertaris Aji, dan kembali pada Aji.

"well, kamu setuju." Ujar Aji melirik sekilas dokumen di tangan Olivia lalu kembali menatap anak remaja di depannya, "itu keputusannya."

Masih dengan kebingungan yang membelenggu, Kai kembali bertanya pelan, "why?"

Aji menelan ludahnya sendiri, berusaha tetap terlihat tegas dan tegar di depan sang anak yang demi Tuhan sangat ingin ia rengkuh dalam pelukannya saat ini.

"Biologically, you are not my son. So.. yeah, that's the truth."

Seketika Kai terdiam, jantungnya seperti jatuh tepat ke ulu hati nya. Menatap tidak percaya Aji yang mengatakan hal tersebut. Hal yang tidak pernah keluar dari mulut Aji selama Kai dekat dengan pria itu.

Ia tertawa hambar, menggeleng kecil dan kembali menatap sebuah kunci di tangannya, "you're not serious." Gumam dan menemukan raut wajah Aji yang terlihat sangat serius.

Membuat tangannya sedikit bergetar, bibirnya juga seolah tidak sanggup mengeluarkan banyak kalimat karena itu seperti memicu rasa sakit di hatinya yang akan membuat ia mudah mengeluarkan air mata.

Sehingga Kai hanya mengepalkan tangannya erat, menatap koper berisi pakaian dan barang-barangnya yang telah disiapkan lengkap oleh pekerja Aji. Seolah sangat siap dan terencana dalam mengusirnya seperti ini.

"Papa-"

"I'm not your father."

Nafas anak remaja itu tercekat, tertawa hambar dengan mata berkaca lalu mengangguk sambil menggumamkan kata maaf.

"Okay.. okay- but tell me the reason."

Aji tetap berdiri tegap dengan pandangan lurus ke arah sang anak, "there's no reason." Ucapnya.

Kai menggeleng, berusaha membaca tatapan Aji yang sulit ia terjemahkan. Aji tidak terbaca, Aji terlihat sangat serius sekarang, tapi keputusan mendadak nya terlalu tiba-tiba untuk bisa ia terima begitu saja.

Mereka masih baik-baik saja kemarin, mereka masih bercanda dan bergurau beberapa hari yang lalu, mereka telah menjadi lebih dekat beberapa malam sebelumnya karena menghabiskan malam bersama untuk menjaga Papi dengan kompak.

Kai masih menceritakan tentang cerita remaja yang dimilikinya dan Aji masih memberinya nasihat juga pujian yang membuatnya merasa Papa telah sangat menerimanya sebagai seorang anak.

Meski secara biologis, tidak ada setetes darah pun yang mengalir dalam tubuh Kai dari pria hebat itu. Tapi Aji telah menjadi sosok Ayah untuknya, Aji telah mengarahkannya, Aji telah mendidiknya, dan peran Aji belum selesai.

Seharusnya Aji tidak membuangnya secepat ini, atau setidaknya, apa alasan Aji melakukan hal ini.

"I.. I need to protect my Papi."

"Not. Your. Papi."

Kai balas menatap Aji dengan dagu terangkat, oh, ia tidak peduli dengan sopan santun sekarang. Aji mengatakan bahwa ia sudah bukan ayahnya sekarang, dan Kai tidak ingin memberi hormat pada orang asing yang angkuh pada bocah ingusan sepertinya.

Hope That Will Be The End of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang