Hutan rimbun itu memiliki sesuatu yang indah di dalamnya. Tebing-tebing tinggi dengan air terjun jernih yang jatuh mengaliri sungai besar di bawahnya. Ada banyak tumbuhan liar yang sebenarnya memiliki manfaat, atau hewan liar yang menjadi penghuni tetap.
Tapi itu adalah tempat yang ramah untuk remaja berumur tujuh belas tahun berteriak dengan keras di atas tebing hingga suaranya menggema seolah mengalahkan derasnya suara air dan hembusan udara.
Sangat melegakan melakukannya, tempat yang menurut orang lain berbahaya dan menyeramkan seperti itu adalah kenyamanan untuknya. Mereka membiarkan ia berteriak, meski setelah itu burung-burung yang tidur terbangun dan terbang di atas air terjun menukik ke bawah.
Atau tumbuhan liar di bawah kakinya mulai bergerak dengan suara dari gesekan kulit ular dan serangga merayap yang lewat. Itu tetap terasa seperti rumah bahkan saat seekor singa sekalipun muncul di tebing yang lain karena teriakannya.
Angin semakin berhembus kencang dan seekor burung besar datang ke hadapannya. Terbang mengelilingi tubuhnya yang dipenuhi ketakutan untuk memintanya melompat.
'Nothing would kill you here. What are you afraid of?'
Ya, tempat ini bukan hal yang mengerikan. Ini adalah pelarian, tempat ini adalah penyembuhan dan kenyamanan. Lalu remaja tersebut mundur beberapa langkah sebelum kemudian berlari dengan kaki telanjangnya untuk melompat ke bawah.
Bersamaan dengan jatuhnya air terjun, tubuhnya juga ikut mengalir ke bawah. Seolah ia adalah bagian dari air yang mengalir. Hingga tepat sebelum ia terjatuh ke air sebuah akar pohon menjalar menarik tangannya dan membawanya mendarat di atas rumput.
Di pinggiran air sungai yang mengalir lebih tenang, dengan bebatuan, juga hewan-hewan kecil lucu seperti kelinci dan burung merpati.
'No way out, boy. C'mon here!'
Dan ia menemukan sahabat terbaiknya di sana. Berdiri di atas salah satu dahan pohon dengan pedang besi dan jubah lusuh menikmati beberapa buah apel hasil tangkapannya.
"What's up Maze"
Selain Maze, remaja itu bisa menemukan teman-teman lainnya di sana. Sebuah kaws hitam yang hidup dan bisa bicara bersembunyi dibalik salah satu pohon menghindar dari cahaya. Black kaws, selalu menyukai tempat gelap dan gemar bersembunyi.
Atau monster pohon yang berhasil menemukan keberadaan black kaws dan menarik kakinya dengan akar hidup, membuat kaws hitam itu berteriak tidak terima saat tubuhnya bergelantungan di bawah cahaya matahari.
Remaja tujuh belas tahun itu tertawa, entah kenapa mereka selalu menghiburnya hanya dengan tingkah-tingkah seperti itu.
'What's now?'
Lalu Maze melompat tepat ke hadapannya membuat remaja tersebut terlonjak kaget.
"What?"
'Why are you here?'
"Because I want to."
'No, you are not.' Maze mengarahkan pedangnya ke arah tebing-tebing yang baru remaja itu sadari mengelilinginya dengan beberapa jalur lembah yang rumit, 'you're lost again, boy.'
"No, I'm not" Remaja itu menggeleng, menolak fakta bahwa kini ia juga bertanya kenapa kembali terjebak di tempat ini.
'You're not supposed to be here, kid.' kali ini, monster pohon itu berbicara setelah menurunkan black kaws yang langsung melompat ke gendongan remaja tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope That Will Be The End of Us
FanfictionBagian lain dari Jiyel Universe yang belum tersampaikan. Setiap orang memiliki akhir bahagia versi mereka sendiri, akhir bahagia yang memiliki beragam sisi, akhir bahagia yang kadang tak seindah seni, dan apa yang telah terlewati juga akan terjadi s...