"Itu dipicu karena stress berlebih yang menyebabkan menipisnya epidermis kulit sehingga memicu tubuh mudah muncul memar. Hasil pemeriksaan sejauh ini dalam kondisi baik."
Adalah apa yang dikatakan dokter terhadap hasil pemeriksaan Hazel sore ini. Sama seperti sebelumnya, Hazel tetap memiliki hasil pemeriksaan fisik yang baik dan semua keluhan yang ia rasakan dipicu dari stress juga kelelahan.
Siang tadi bahkan ia bangun dalam keadaan yang jauh lebih baik dari kondisinya semalam. Ia bahkan mengizinkan Kai pergi menginap selama dua hari di villa bersama temannya karena merasa Kai tidak perlu mengkhawatirkan kondisinya.
Namun sore ini Hazel memang mulai kembali merasa kelelahan, sepertinya diagnosa dokter yang mengatakan bahwa semua itu dipicu dari stress benar adanya.
"Sehat dulu, nanti kita liburan. Kalo ada apa-apa tuh cerita, dan jangan maksain sesuatu karena ingin hasil yang sempurna. Kalo udah gini kamu juga kan yang rugi?" Ucap Aji saat mereka keluar dari ruang dokter dengan resep obat di tangannya.
Hazel melengkungkan bibirnya, "aku udah biasa gitu kok kalo soal kerjaan, gak nyangka aja sekarang bisa sampe gini keluhannya."
Lelaki yang lebih tinggi memperhatikan bagaimana suara Hazel sudah terasa sedikit lebih lemah dari sebelumnya, cara Hazel berjalan yang memeluk lengannya sambil sesekali mendesis memijat tengkuknya sendiri membuatnya sadar bahwa sepertinya Hazel mulai kembali merasa tidak baik.
"Kamu tunggu di sini aja, biar aku yang ambil obatnya."
Hazel mengangguk, merasakan kekhawatiran Aji yang sepertinya menyadari bagaimana ia mulai kembali letih sekarang. Ia membiarkan Aji pergi ke arah apotek sementara dirinya berjalan pelan di lorong ke arah kursi tunggu.
Suasana sepi di lorong yang ditempatinya membuat Hazel bisa menyamankan diri sejenak, melipat kakinya dan bersandar dengan kepala terangkat berusaha meregangkan tubuh yang terasa pegal.
Ia mengeluarkan ponselnya, memeriksa beberapa pesan dan email yang masuk, monitoring pekerjaannya hari ini yang belum sempat ia sentuh. Lalu membalas pesan Kai yang terus menanyakan bagaimana hasil pemeriksaannya.
'Kamu enjoy aja liburannya, Papi baik-baik aja.'
Adalah balasan terakhir yang Hazel kirimkan untuk kembali meyakinkan sang anak agar tidak perlu lagi merasa khawatir. Ia tersenyum membayangkan bagaimana Kai mungkin bisa menikmati waktu bersenang-senangnya dengan teman.
Larut pada ponselnya hingga tidak menyadari seorang wanita tua dengan mantel hitam panjang telah duduk di sampingnya.
Membuat Hazel terkejut dan memperhatikan wanita itu sekilas, melihat ke arah ujung lorong dimana seorang perawat keluar dengan mendorong kursi roda kosong, sepertinya wanita tua ini adalah pasien yang baru melakukan pemeriksaan sepertinya.
Ia kembali fokus pada ponselnya, mengeratkan jaket dan memijat pundaknya. Hazel beberapa kali meregangkan lehernya sendiri, tubuhnya mulai kembali terasa pegal dan itu sangat tidak nyaman.
"Your husband is very unlucky to have someone like you."
Hingga Hazel mendengar wanita tua di sampingnya tiba-tiba membuka suara, mengatakan sebuah kalimat yang entah ditujukan untuk siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope That Will Be The End of Us
FanficBagian lain dari Jiyel Universe yang belum tersampaikan. Setiap orang memiliki akhir bahagia versi mereka sendiri, akhir bahagia yang memiliki beragam sisi, akhir bahagia yang kadang tak seindah seni, dan apa yang telah terlewati juga akan terjadi s...