Hari itu, Hazel kembali absen dari kantor karena ingin menyelesaikan rancangan sebuah gaun pesanan salah satu klien nya yang cukup rumit untuk dikerjakan. Sehingga Hazel menghabiskan seharian di rumah setelah sempat membuat sarapan dan bekal makanan lucu untuk sang anak.
Menikmati sisa potongan sosis, telur, sayuran, dan buah dari bekal Kai yang ia bentuk menjadi potongan-potongan yang lucu seperti bagaimana sang anak sangat menyukainya dulu.
Ia bangga untuk itu, Kai tidak sama sekali menolak bekalnya atau merasa malu karena tetap membawa hal seperti itu, membuat Hazel menjadi bersemangat bahkan tanpa sadar menghabiskan waktu hingga pukul tiga sore.
Ia menghentikan sejenak kegiatannya untuk beristirahat dan menikmati beberapa camilan, lalu memilih selesai dan berniat ia lanjutkan malam nanti.
Hazel keluar dari ruangannya dan menemukan Pak Teo yang datang mencarinya sambil membawa sebuah kotak.
"Apa ini, Pak?"
"Dari kantor Pak Aji, katanya minta dikasih ke Pak Yel saja."
"Ohh.. iya iya, makasih Pak." Ucap Hazel sambil menerima kotak paket tersebut, dilihat dari bentuknya seperti nya itu berisi kamera atau peralatan lain untuk kebutuhan Aji bekerja.
Entahlah, Hazel sudah terbiasa menerima barang suaminya yang kadang tidak ia mengerti fungsinya. Sama Seperti Aji yang kadang kebingungan dengan peralatan kerja yang sering digunakan Hazel.
Sembari menyimpan kotak itu ke ruang kerja Aji, Hazel berniat mengisi waktunya untuk membereskan ruang kerja suaminya yang sangat berantakan.
Aji terlihat sibuk akhir-akhir ini dan mungkin tidak sempat untuk sekedar mencuci cangkir teh dan piring bekas camilan di meja nya.
Hal itu biasa, karena memang beberapa ruangan seperti kamar utama mereka, ruang kerja Aji dan Hazel, adalah ruangan yang tidak dibersihkan oleh pekerja di rumahnya. Hazel dan Aji yang akan bertanggung jawab untuk ruangan-ruangan tersebut dan Kai mungkin akan melakukan itu untuk kamarnya sendiri setelah ia dewasa nanti.
"Astaga.. Kok bisa sih Aji nyaman di ruangan se-berantakan ini? Gak biasanya?" Gumam Hazel menyimpan kotak yang di bawanya di atas meja lalu memungut beberapa pakaian Aji, seperti jaket dan jas yang tergeletak begitu saja di sofa.
Hazel juga mengumpulkan beberapa cangkir teh Aji yang ternyata ada tiga, sisa puntung rokok di asbak yang penuh, Buku-buku yang tidak berada di tempatnya, juga beberapa pulpen dan spidol yang tergeletak di bawah meja.
Semua itu Hazel rapikan, bahkan menyusun buku-buku Aji seperti bagaimana Aji sering menata nya. Membersihkan figurin dan patung seni yang disukai lelaki itu juga membersihkan debu-debu nya.
Hazel bahkan membersihkan lantai dan sofa, memastikan ruangan tersebut kembali rapi kecuali meja kerja Aji.
Lama hidup bersama Aji, Hazel sangat paham bahwa suaminya itu tidak suka jika ada yang menyentuh bekas pekerjaan di meja nya. Karena itu akan membuat Aji kebingungan ketika menyusun hasil pekerjaannya atau menemukan sesuatu yang penting karena ia tidak merapikannya sendiri.
Hazel bahkan tidak berani sekedar mematikan laptop Aji yang terbuka dan masih menyala, atau memindahkan sebuah lembar dokumen agar terlihat rapi. Ia hanya membiarkannya seperti itu hingga kakinya menginjak selembar foto tepat di samping meja kerja Aji.
Lembar foto tersebut ia ambil, tidak sengaja Hazel melihat gambar di foto tersebut yang membuatnya tertarik untuk memperhatikan. Aji tidak akan marah tentang ini, hanya pastikan Hazel tidak merusak atau merubah apapun yang berkaitan dengan pekerjaan nya.
Sehingga Hazel mengamati foto yang sepertinya diambil dengan kamera jadul, itu sedikit tidak jelas dan terlalu gelap, pasti Aji telah menaikan kecerahannya di level tertinggi saat mencetak foto ini, membuat dahi Hazel berkerut dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope That Will Be The End of Us
FanfictionBagian lain dari Jiyel Universe yang belum tersampaikan. Setiap orang memiliki akhir bahagia versi mereka sendiri, akhir bahagia yang memiliki beragam sisi, akhir bahagia yang kadang tak seindah seni, dan apa yang telah terlewati juga akan terjadi s...