"Kai, lu gak usah join tim basket lagi gapapa gue gak jadi maksa."Kai yang tengah menyantap makan siangnya bersama Jeo saling bertatapan lalu memandang Rahes yang baru saja datang dengan wajah lelahnya.
"Kenapa?"
"Levano transfer ke tim A, dia anggota inti tim gue sekarang ntar kalo lu join dia bikin masalah mulu lagi." Rahes menghela nafas berat sambil meminum es kopi milik Kai, "susah jadi pemimpin, tanggung jawabnya berat."
"Halah baru mimpin tim bukan mimpin negara." Jeo menyahuti sambil kembali memakan pastanya, "padahal biarin si anak aku join, ntar lu puji-puji si Kai tiap latihan biar tu anak sok jagoan panas."
"Itu menyulut api namanya, lu mau gue jadi pemimpin yang saling mengadu-domba kan rakyatnya?"
"Lah kenapa? Gapapa seru, biar anak radio makin banyak materi buat dibahas."
"Bangsat.." Rahes melirik Kai yang masih diam, "gimana menurut lo?"
Kai mengangkat alisnya lalu menggeleng kecil, "gue oke aja apa keputusannya."
"Tapi lo jadi kalah lagi sama si tukang cari masalah itu, biw. Posisi lu digantikan gitu aja emang gak kesel?"
"Nggak, biasa aja. Gak minat gabung sama tim basket juga." Ujar Kai sambil memesan es kopi yang lain karena miliknya telah habis diminum Rahes.
Jeo menatap punggung Kai yang pergi memesan dengan pandangan kesal dan heran lalu kembali menatap Rahes, "kok bisa sih lu terima si levan di tim A?" Tanyanya.
"Ya karena maennya bagus, lolos kualifikasi, menguntungkan buat tim."
"Tapi dia pendek."
"Jangan body shaming gitu jew kek lu tinggi aja."
Jeo mendengus, "ya seenggaknya lebih tinggian gue dari dia. Dikit."
Rahes mengangkat bahunya, "gue jalanin sesuai peraturan aja, karena gue adalah pemimpin yang jujur."
Jeo dan Rahes saling berbincang masih mendebatkan tentang kenapa Rahes membiarkan anak pembuat masalah itu bergabung di tim A.
Hingga Kai kembali ke mejanya dan mereka masih mendebatkan hal itu. Jeo mengatakan Levano bisa diblacklist dari tim A atas alasan sikap buruk, lalu Rahes menegaskan bahwa tidak ada hal seperti itu selama tidak merugikan tim.
Tapi mau bagaimana pun juga, mereka tidak bisa mengelak meski Levano adalah siswa pembuat masalah di sekolah tapi ia memiliki kemampuan akademik dan bakat yang bagus.
Levano bahkan pernah hampir menggeser posisi Athala sebagai jajaran siswa layak ikut olimpiade di tahun sebelumnya, orang tuanya termasuk salah satu donatur terbesar di sekolah sehingga anak itu tetap menguntungkan untung sekolah.
"Tapi iya juga ya.. dibanding gue yang gak pernah absen perbaikan nilai matematika." Renung Jeo beberapa detik sebelum kembali menggeleng, "eh tapi buat apa pinter kalo kelakuan kek setan?? Nggak, nggak, gue bego gini juga masih lebih manusia dari dia."
Kai dan Rahes tertawa, menertawakan bagaimana Jeo sibuk dengan kalimat dan pendapatnya sendiri hingga tanpa sadar membandingkan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope That Will Be The End of Us
ФанфикBagian lain dari Jiyel Universe yang belum tersampaikan. Setiap orang memiliki akhir bahagia versi mereka sendiri, akhir bahagia yang memiliki beragam sisi, akhir bahagia yang kadang tak seindah seni, dan apa yang telah terlewati juga akan terjadi s...