Semua hal berjalan lancar untuk beberapa bulan ke belakang setelah Kai akhirnya setuju untuk mengikuti perjalanan yang disiapkan orang tuanya.
Dalam kacamata Aji dan Hazel, kehidupan mereka serta anaknya kini lebih tertata. Aji mulai bisa kembali melanjutkan project besarnya dengan stabil, Hazel mulai aktif pergi ke perusahaan dan menghadiri event tanpa diwakilkan lagi, begitupun Kai yang membagi kegiatan belajar serta pelatihannya dengan baik.
Kai memiliki guru les pribadi yang datang ke rumah setiap sore selama weekdays, untuk membantu anak itu mempersiapkan ujian sekolah dan ujian masuk universitas.
Remaja itu tidak pernah melewatkan kelasnya selama ia bisa pergi keluar setelah kelas selesai untuk menghabiskan waktu dengan teman-temannya ataupun kekasihnya.
Dari hal itu Hazel dan Aji juga semakin menyadari bahwa Kai bukan anak yang bisa diremehkan, ia tidak seburuk nilai sekolahnya selama ini. Kai memiliki target skor IELTS 7.5 dan ia mendapatkan skor 8.0 dengan bangga. Tak hanya itu Kai kini tengah mengejar ijazah international baccalaureate di sekolah yang sejak tahun kemarin ia ikuti tanpa keseriusan.
Banyak universitas di Amerika yang menjadi tujuan Kai- sebenarnya pilihan Aji dan Hazel, untuk melanjutkan pendidikan selama ia menjalani hidupnya di negeri paman sam tersebut. Semakin hari dengan banyak fase pilihan universitas nya semakin runcing, dan kemungkinan besar Kai akan mengikuti program sarjana di Columbia University
Kai ditargetkan untuk siap masuk sekolah teknik setelah menyelesaikan core curiculum nya nanti, disiapkan sangat matang bahkan jika Kai berminat untuk lanjut ke jenjang pascasarjana.
Tidak ada sedikitpun bentuk protes dari anak itu, meski Hazel dan Aji sempat berdiskusi tentang apa Kai akan menunda satu tahun pendidikannya untuk memulai karir model yang juga tengah ia persiapkan sekarang.
Kai hanya menjawab dengan satu kalimat sederhana, "gimana baiknya aja." Yang seolah menyerahkan semua keputusan pada kebijakan Aji dan Hazel.
Sama seperti bagaimana Kai tidak pernah melayangkan protes, Aji dan Hazel juga tidak pernah menegur sang anak meski Kai sering keliaran di luar hingga larut malam.
Selama ia menjaga pola hidup sehatnya, rutinitas fisik dan perawatan tubuhnya, serta pendidikan dan persiapan ujiannya.
Hal yang Kai lewatkan dari kesibukan itu adalah acara rekreasi sekolah, Kai hanya ikut sibuk di project film pendek kelasnya sebagai juru kamera, lalu absen di hari penayangan film pendek tersebut.
Kai tidak ikut kunjungan pelajar ke museum atau beberapa tempat lain yang diadakan sekolah, sebagai gantinya, anak itu membuat jurnal dari berbagai riset yang bisa ia kerjakan sambil tetap produktif mengikuti pelatihan.
Tentunya dengan bantuan Levano, Kai bisa menyelesaikan semua tugas yang harus ia kerjakan selama mengganti kegiatan sekolah yang ia lewatkan.
'Sibuk banget lu, biw.'
'Tiba-tiba lo ngejar ijazah IB sampe segininya??'
'gak bisa ikut ngumpul sore ini?'
'gue perhatiin lo lebih ganteng ya sekarang, seriously, makin hari makin cakep.'
'Orang yang jemput lo tadi si Louvan Louvan itu, kan? Lu akrab sama dia sekarang?'
Semua kalimat itu adalah apa yang Kai dengar dari teman-temannya belakangan ini, menyadari perubahan signifikan dari Kai yang tak seperti biasanya. Kai tidak menutup-nutupi rencana pendidikan ataupun karirnya, hanya saja, saat ini mungkin belum waktunya mereka tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope That Will Be The End of Us
Fiksi PenggemarBagian lain dari Jiyel Universe yang belum tersampaikan. Setiap orang memiliki akhir bahagia versi mereka sendiri, akhir bahagia yang memiliki beragam sisi, akhir bahagia yang kadang tak seindah seni, dan apa yang telah terlewati juga akan terjadi s...