Pemandangan Hazel yang menyuapi Kai dan terus mengajak Kai berbicara agar anak itu tertawa menjadi hal yang Aji lihat malam ini.
Kecelakaan sore tadi tidak disengaja, ia bahkan masih belum bisa berfikir tentang mengapa hal itu bisa terjadi. Namun itu cukup membuat Hazel tidak ingin berbicara padanya, hanya fokus pada Kai dan memastikan semua itu tidak memicu trauma sang anak.
"Pak, makan dulu."
Aji menoleh, melirik ke arah asisten rumah tangganya yang membawa nampan makanan. Ia kembali melihat Hazel dan Kai yang asik di ruang tengah sekilas sebelum mengangguk, "sini, saya makan di atas. Makasih, ya."
"Sama-sama, Pak."
'I once thought that I was cursed, because I often had bad luck.'
'What do you mean? Don't say that, nothing is cursed.'
'I know i just- '
'And there is no bad luck, everything happens for a reason. Got it?'
'Haha ok i'm sorry.. I'm just immature'
Obrolan Kai dan Hazel terdengar jelas saat Aji lewat, membuat Aji menghela nafas dan berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Something cursed?
Seketika ia semakin merasa bersalah, karena saat Kai kecil dulu Aji secara terang-terangan mengabaikan sang anak dan menjadikan Kai seolah alasan dari bagaimana rumah tangganya hampir rusak.
Ia tidak menikmati makanannya, mulutnya mengunyah, matanya melihat ke arah pesan yang masuk dari produser Ken terkait perjalanan project mereka, sementara pikirannya melayang entah kemana.
Hanya seperti itu hingga Aji memaksakan diri menghabiskan semua hidangan yang berada di piringnya. Turun dan mendapati rumah sudah gelap juga sepi.
Sepertinya ia hanyut pada ruang kosong yang tanpa sadar membuang-buang waktunya begitu saja. Mencuci bekas makannya lalu naik kembali menuju kamar.
Pemandangan Hazel yang tidur memunggungi sisi kosong ranjang tempat Aji tidur adalah hal pertama yang ia dapatkan.
Kembali membuatnya menghela nafas dan berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menyikat gigi. Berdiri sejenak di depan cermin kamar mandi untuk merefleksikan dirinya.
Aji merasakan kegelisahan, sesuatu yang membuatnya tidak nyaman, dan itu seperti mempengaruhi fokus dalam keseharian yang ia jalani.
Seperti apa yang terjadi tadi, Aji tidak mengerti ia benar-benar mengulangi kesalahan yang sama, untuk kedua kalinya.
"Yel? Aku minta maaf, hm?"
Lama merefleksikan diri, Aji juga berusaha merefleksikan kesalahannya pada Hazel yang ternyata belum benar-benar terlelap.
Lelaki manis itu hanya berusaha menghindarinya. Membuat Aji memeluk erat Hazel dari belakang, memberi kecupan-kecupan hangat di pelipis, telinga, hingga tengkuk terkasih nya.
Sambil terus membisikan kata maaf yang membuat Hazel akhirnya membuka suara.
"Kamu sadar kan sebahaya apa kejadian tadi? Meskipun kamu berhasil gak nabrak Kai, tapi kamu tau kan gimana kondisi anak aku?"
"I know.. aku nyesel, yel."
"Kamu- kamu pernah ngalamin ini Aji. Dulu, oke, karena salah aku juga yang biarin anak kecil main di luar sendirian dalam keadaan gerbang kebuka lebar. Tapi- kejadian dulu itu, gak cuman buat Kai, aku juga trauma ji."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope That Will Be The End of Us
FanfictionBagian lain dari Jiyel Universe yang belum tersampaikan. Setiap orang memiliki akhir bahagia versi mereka sendiri, akhir bahagia yang memiliki beragam sisi, akhir bahagia yang kadang tak seindah seni, dan apa yang telah terlewati juga akan terjadi s...