Alunan suara biola itu memenuhi salah satu ruang rawat sebuah rumah sakit. Pemuda yang menjadi alasan dari nada menenangkan itu terdengar memejamkan matanya seiring gesekan busur pada senar biola terus bergerak menciptakan alunan indah yang hangat di dada.Alvaro, si pemain biola mengerutkan keningnya saat mendengar suara yang tidak sesuai menurutnya. Menurunkan biola itu dan memeriksa senarnya, untuk kemudian melihat darah yang naik dari selang infus nya.
Ia menghela nafas, membiarkan biolanya tergeletak di atas pangkuan dimana kedua kakinya terlentang ditutupi selimut saat ini. Selang infus itu bahkan menghalangi kegiatan yang disukainya. Menghalangi ia dari menikmati waktu untuk bermusik dalam kesendiriannya.
Suasana kembali hening, Alvaro memilih diam memandang tempelan manik berbentuk kupu-kupu di biolanya hingga atensinya teralih saat pintu tiba-tiba terbuka menampilkan sosok pria dengan pakaian modis, bucket hat yang menutupi kepalanya, juga kacamata hitam yang bertengger apik menyembunyikan tatapan dari posisi wajah lurus yang terarah padanya.
"Wrong room, sir."
Mereka saling berdiri memperhatikan satu sama lain beberapa saat sebelum pria di ambang pintu berujar pelan, "you are not Levano Baskara.."
Dan kalimat itu sukses membenarkan dugaan Alvaro tentang siapa sosok pria tersebut. Membuat ia mengangkat kedua alisnya dan mengangguk kecil atas dugaan lain tentang tujuan pria itu datang ke ruangannya dengan tiba-tiba seperti ini.
"or.. you are?"
Alvaro hanya diam dengan bagaimana orang itu kebingungan tentang apakah dia Levano atau bukan, "anda boleh masuk and talk comfortably."
"Oh? Thank you."
Hazel terkejut mendengar itu, membuat ia yakin bahwa sosok remaja yang dilihatnya saat ini memang bukan Levano.
Ia berjalan masuk setelah menutup pintunya. Memperhatikan remaja yang sangat mirip dengan orang yang dicarinya saat ini, lalu mengedarkan pandangan dan menemukan sebuah jaket yang sangat ia kenal di sofa.
"dia dateng setiap hari?" Tanya Hazel masih sambil melihat jaket yang jelas sekali ia yang beli di Luar Negeri satu tahun lalu.
"sorry?"
"My son." Jawab Hazel lalu mengalihkan pandangannya pada remaja di atas ranjang, "Jazziel Kaivan."
Alvaro kini melihat ke arah jaket yang digunakan Levano beberapa hari lalu, sebelum kemudian menggeleng, "no, Kai cukup sering berkunjung. Tapi sudah dua hari ke belakang dia tidak datang."
Penjelasan Alvaro membuat sudut bibir Hazel terangkat, "of course. Karena dua hari ke belakang dia sakit setelah pulang babak belur ke rumah."
Hazel melepas kacamatanya, membuat Alvaro bisa melihat sorot mata tajam yang memendam kemarahan setelah pria itu mengatakan suatu hal tentang kondisi sang anak.
"I'm here for Levano Baskara."
Sebuah tujuan yang sudah bisa Alvaro tebak kemana arahnya. Levano mengatakan bahwa keluarga Kai tidak menyukainya, dan ia seperti melihat buktinya sekarang.
"I'm his brother."
"???"
"and I can tell you everything you want to know."
...
"Ouch... It's so bad.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope That Will Be The End of Us
FanfictionBagian lain dari Jiyel Universe yang belum tersampaikan. Setiap orang memiliki akhir bahagia versi mereka sendiri, akhir bahagia yang memiliki beragam sisi, akhir bahagia yang kadang tak seindah seni, dan apa yang telah terlewati juga akan terjadi s...