「1. Hesa dan Aelea」

34 10 0
                                    

"... Kali ini kita mempunyai teman baru hingga satu semester kedepan."

Suara bisik-bisik para siswa di kelas XII IPA 2 itu tak mempengaruhi sosok laki-laki yang sedang melihat ke arah jendela, melihat pepohonan yang bergerak-gerak akibat angin yang berhembus kencang. Ia mengeluarkan kamera digital dari laci meja dan mengarahkannya kepada pepohonan itu.

Laki-laki itu tersenyum lembut melihat betapa indahnya pepohonan itu. Ketika sudah mendapatkan hasil yang memuaskan, ia kembali menatap ke arah papan tulis hingga ia menyadari seseorang sudah duduk di samping mejanya.

"Hai," sapa gadis itu sambil melambaikan tangannya pelan ke arah laki-laki itu dan mengulurkan tangan untuk berkenalan.

Laki-laki itu yang masih terkejut hampir saja melepaskan kameranya. Masih dalam kebingungannya, ia membalas uluran tangan gadis di sampingnya itu.

"Aku Aeleasha, panggil aja Alea biar simpel, kalau kamu?" ujar gadis yang bernama Aelea itu sambil tersenyum.

"Hesa," jawab Hesa singkat saat tersadar dari lamunannya.

"Gue Lean, nama lengkap Orleans Reverice. Keren kan nama gue?" celetuk seorang laki-laki yang di rambutnya ada pita untuk menghalang poninya agar tak mengenai mata. Lean menjauhkan tangan Hesa dan membalas uluran tangan Aelea sambil tersenyum yang dibuat manis.

"Aku Alea," jawab Aelea sopan.

Tiba-tiba teman sebangku Lean ikut menimpali. Ia memperkenalkan diri tanpa mengulurkan tangan, karena tahu Lean tidak akan membiarkannya berjabat tangan setelah laki-laki itu. "Gue Keano, semoga betah di sini, ya."

Aelea menganggukkan kepalanya mengiyakan harapan Keano. Ia juga berharap semoga di sini mendapat teman yang baik hingga satu semester ke depan.

"Kita bertiga sahabatan sejak masih sebesar biji," celetuk Lean tiba-tiba membahas hal yang tak penting saat perkenalan pertama siswa yang baru pindah.

"Gob— lo jangan oon dong," sahut Hesa dengan suara pelan sambil menghapus foto-foto buram di kameranya. Akibat hampir terlepas tadi, ia tidak sadar telah menekan sebanyak-banyaknya tombol untuk mengambil gambar.

Saat mereka berempat-mungkin terkecuali Hesa karena laki-laki itu sedikit menimpali-sibuk berbincang-bincang, guru yang menerangkan dan siswa yang lain sedang memperhatikan mereka. Hesa yang sadar tatapan gurunya, ia berpura-pura masih mengotak-atik kameranya yang padahal sudah bersih dari foto buram itu.

Beberapa menit berlalu, tiba-tiba suara tapak sepatu perempuan menggema di telinga Lean dan Keano, sehingga kedua laki-laki itu menoleh ke arah Hesa meminta diberitahu suara sepatu siapa. Padahal Lean dan Keano sudah tahu itu adalah suara sepatu gurunya yang tercinta.

"Ampun, Bu Uma, kita cuma perkenalan sama Alea kok, bukan ngobrol. Ya kan, No?" ujar Lean sambil menutup rambutnya dengan buku tulis milik Aelea untuk menutupi rambutnya. Begitu juga dengan Keano.

"Lihat ke depan!"

"Ampun, Bu Uma ...."

Aelea yang melihat Lean dan Keano yang sibuk melindungi rambut kesayangan mereka dari gunting Bu Uma terkekeh pelan. Hesa yang melihat itu langsung mengarahkan kameranya ke arah Aelea yang terkekeh pelan yang terlihat cantik. Saat foto sudah tercetak, ia mengibas-ngibaskan selembar foto itu dan memberikannya kepada Aelea.

"Nih, lo ca-foto lo, nggak sengaja gue fotoin karena angle-nya bagus. Semoga nyaman sekolah di sini," kata Hesa tanpa menoleh ke arah Aelea. Hampir saja ia mengeluarkan kata pujian untuk gadis yang baru ditemuinya. Yah, mungkin kata itu memang cocok untuk Aelea yang sedang tersenyum tadi.

"Terima kasih, Hesa."

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Hesa tidak menyangka bahwa sosok yang mengikutinya sejak 5 menit yang lalu dari jam istirahat berbunyi menimbulkan perhatian setiap Hesa, Lean, dan Keano melintasi koridor ke kantin, begitu juga dari kantin ke kelas. Gadis yang baru ia temui tadi pagi itu selalu mengekori Hesa dan teman-temannya selama 20 menit jam istirahat hingga kembali ke kelas.

Hesa and Aelea「 END 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang