Hesa berjalan santai di koridor lantai 3, ditemani oleh Lean dan juga Keano. Tak lupa sekarang Hesa telah ditemani oleh seorang gadis yang berusaha laki-laki itu hindari. Namun, hari ini ia telah meyakinkan diri bahwa tidak ada gunanya ia melanjutkan hukuman yang bukan dari kesalahannya sendiri.
Hesa juga telah menyusun rencana agar orang yang mengirimkan surat ancaman itu menampakkan dirinya sendiri. Rencana yang ia buat bersama Fayana tadi malam.
"Lo mau ke cafetaria, nggak?" tanya Hesa ke Aelea.
"Gue mau, Sa. Mau traktir, ya?" Lean menyahut sebelum Aelea membuka mulutnya. Hal itu membuat Hesa menjitak kepala Lean sehingga laki-laki itu mengadu kesakitan.
Aelea pun menutup mulutnya agar tawanya tidak lepas. Ia tersenyum semanis mungkin kepada Lean dan Keano, lalu berjalan menyempil di samping Hesa, membuat Lean melengos kesal dan bergeser sedikit ke samping.
"Gue tanya Alea, bukan lo," kata Hesa. "Lo pengen nyoba makanan apa, Alea?"
Aelea pun menoleh dengan senang ke arah Hesa, "Aku sekarang mau coba makan yang kamu saranin, deh. Aku belum pernah jajan di cafetaria."
Hesa mengangguk paham. Mereka berempat berjalan bersama-sama menuju cafetaria. Hal itu pun membuat mereka berempat menjadi pusat perhatian siswa-siswi di lantai 2 itu.
Semua tatapan tertuju kepada Aelea seorang. Menatap iri ke arah Aelea yang berdiri di samping Hesa dan berada di tengah-tengah ketiga laki-laki yang populer dalam keahlian masing-masing. Hesa yang hebat dalam tim basket dan mantan anak ekskul fotografi. Lean yang populer karena gayanya yang selalu up to date terhadap outfit. Sementara itu, Keano populer karena ia adik dari seorang selebgram.
Hesa yang menyadari ketidaknyamanan Aelea yang diperhatikan oleh orang-orang pun memanggil Aelea untuk menoleh ke arahnya.
"Lo jangan pedulikan pandangan orang-orang. Mereka nggak tahu apa-apa tentang kita berempat," kata Hesa yang dibalas anggukan oleh gadis di sampingnya itu.
Sesampainya di cafetaria yang selalu ramai, Hesa meminta Lean dan Keano untuk mencari tempat duduk untuk empat orang terlebih dahulu. Sementara itu dirinya dan Aelea akan memesankan makanan.
Lean menunjuk stan bakso dan mie ayam yang lumayan sepi orang. "Gue nitip mie ayam, ayamnya banyakin."
"Gue bakso, deh. Porsinya double," sahut Keano, lalu memberikan uangnya kepada Hesa.
Hesa dan Aelea pun saling pandang beberapa detik sebelum keduanya sama-sama menyarankan untuk membeli makanan di stan bakso dan mie ayam saja.
"Hesa, daripada ribet antrian, mending samaan aja gimana?"
"Baru juga mau ngajak lo ke sana," kata Hesa.
Mereka berdua pun sama-sama ke tempat stan bakso dan mie ayam. Hesa memesan mie ayam dengan porsi ayam lebih banyak daripada mie dan juga memesan mie ayam untuk Lean. Sementara itu, Aelea memesan bakso yang porsinya ia buat sama banyak dengan Keano, tetapi tanpa memakai sambal, hanya kecap saja untuknya.
❃.✮:▹ ◃:✮.❃
Hesa sontak mengulum senyuman. Sudut bibirnya tertarik sedikit ke atas. Ia merasa senang melihat Aelea yang menikmati memakan baksonya. Kamera polaroid yang ia kalungkan sedari tadi, ia gunakan juga akhirnya. Hesa mengarahkan kameranya ke arah Aelea dan langsung memotret Aelea.
"Hesa foto aku diam-diam lagi?" Pertanyaan yang terlontar dari mulut Aelea membuat Hesa membatu di tempat.
Hesa tertangkap basah sudah memfoto seorang gadis secara diam-diam. Ia tak kunjung menjauhi kamera dari depan wajahnya. Tidak berani bertatapan mata dengan Aelea yang sudah pasti akan membencinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hesa and Aelea「 END 」
Teen Fiction「Hesa and Aelea」 Percayakah kalian pada pertemuan pertama yang jarang terjadi membuat hubungan itu akan menjadi spesial? Awalnya Hesa tidak akan percaya dengan hal itu. Namun, kini Hesa mempercayainya sejak bertemu dengan gadis polos nan baik bernam...