「33. Aelea dan Penculikan」

8 2 0
                                    

Aelea benar-benar tidak menyangka Tamara benar-benar tega menjebaknya untuk diculik oleh seseorang yang tak Aelea kenal. Sebelum mulutnya dibekap, matanya sudah lebih dulu ditutupi oleh kain yang membuat Aelea tidak bisa melihat siapa yang menculiknya itu.

Bayangan mama dan Hesa terbayang dipikirannya. Ia takut membuat mamanya khawatir karena ia tadi pergi keluar rumah hanya pamit kepada kakeknya Hesa saja dan Aelea lupa mengatakan kemana tujuannya pergi keluar rumah. Aelea takut benar-benar diculik dan tidak bisa bertemu dengan mama, Hesa, dan teman-teman barunya lagi.

Aelea menyesal sudah mempercayai perkataan bullshit Tamara tadi. Lebih baik ia sungguhan menolak mentah-mentah ajakan Tamara dan tidak mudah percaya begitu saja dengan gadis itu. Tamara sekarang sudah berubah sekali dan membuat Aelea kesusahan membedakan niat baik gadis itu dengan niat buruk.

Gadis itu sudah berusaha payah untuk bisa melepaskan diri dari cekalan orang-orang yang ingin menculiknya itu. Namun, tenaganya kalah dilawan dengan dua orang pria.

Saat Aelea diseret entah kemana, gadis itu masih berusaha untuk memberontak sehingga suara dengan nada yang keras memasuki indra pendengarannya.

"Bisa diam nggak, Sialan!"

Hal itu membuat Aelea terdiam dengan jantung yang sudah berdetak lebih kencang. Aelea mengenali suara yang membentaknya itu. Suara yang sudah lama tidak ia dengar sejak ayahnya meninggal dua tahun yang lalu. Sekarang Aelea benar-benar ketakutan karena memikirkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi karena orang yang ingin menculiknya itu adalah mantan rekan kerja ayahnya dulu.

Tamara bekerjasama dengan Pak Danang? Aelea mempertanyakan hal itu yang tidak akan bisa mendapatkan jawaban yang pasti.

Suara klakson mobil terdengar di indra pendengarannya yang jaraknya sangat dekat. Entah kemana Aelea akan dibawa oleh orang-orang itu. Aelea tidak bisa melihat apa pun dan hanya bisa mendengar suara-suara disekitarnya.

Gadis itu kini merapalkan segala doa dan harapan kepada Yang Maha Kuasa untuk membantunya terlepas dari penculikan ini. Ia ingin segera kabur, tetapi tangannya diikat oleh tali, mulutnya dibungkam dengan kain, dan juga matanya ditutup dengan kain tebal. Dan juga ada dua orang yang duduk disampingnya yang membuat Aelea tidak bisa leluasa untuk bergerak.

"Mama ... Hesa ..., Lea takut," batin Aelea.

Air matanya sudah mulai bercucuran dari sudut matanya. Ia tidak bisa lagi menahan rasa tangisnya karena perasaan ketakutan sudah membuncah membuatnya berpikiran negatif.

"Kamu harus bisa melawan orang-orang yang membuat mental kamu jatuh. Mereka itu manusia nggak berguna, Lea." Tiba-tiba Aelea teringat dengan pesan psikiater yang merawat mental psikisnya dulu. Namun, di saat seperti ini Aelea tidak tahu harus bagaimana melawan orang-orang itu. "Kalau ada kesempatan, berusaha lah untuk melawan mereka karena mereka itu cuma badannya manusia, tapi pikirannya binatang."

Aelea menutup matanya erat-erat sambil membayangkan wajah baik sang psikiaternya. Ia membutuhkan ketenangan yang dimiliki oleh beliau. Kemudian, Aelea membayangkan wajah mamanya, lalu Hesa dan teman-teman barunya itu. Semoga saja Allah berbaik hati kepadanya dengan membantunya untuk menunjukkan Hesa ke tempatnya berada nanti.

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Setelah beberapa waktu, Aelea kini merasakan mobil yang membawanya pergi sudah berhenti di suatu tempat. Bahu Aelea di dorong ke samping dan disuruh keluar dengan kasar.

"Cepat keluar!" bentak seorang pria sambil mendorong punggungnya dengan keras, hampir saja Aelea tersungkur ke depan yang Aelea tidak tahu apakah di depannya sudah di dekat pintu mobil atau belum.

Hesa and Aelea「 END 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang