"Iya, Pak. Itu ponsel saya. Di sana ada plat nomor mobil sedan yang sedang saya ikutin sampai di sini," jawab Hesa terlihat kecewa melihat ponselnya juga ikutan naas nasibnya seperti motor ninjanya.
"Plat mobil?" Pak Polisi Muda itu bertanya.
"Iya, Pak. Ada teman saya yang aneh gitu masuk ke mobil sedan hitam, karena curiga, ya, saya foto dulu, Pak, baru saya ikutin sampai sini," jawab Hesa membuat kedua polisi itu tertarik. Mana tahu plat mobil yang dibilang oleh Hesa ada sangkut paut dengan kasus ini.
"Kamu ingat berapa nomor plat mobil itu?" tanya Pak Polisi Berusia.
Hesa pun menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Ia tidak ingat karena tidak membacanya sama sekali, hanya memfotonya lalu mengikuti mobil itu dari belakang. Namun, mengingat kedua polisi itu bisa saja melacak plat mobil yang dinaiki Laga, ia pun memberitahu ke arah mana saja perginya.
"Itu, Pak, saya cuma ingat jenis mobilnya sama arahnya aja. Di jalan raya ada CCTV kan, Pak?"
"Benar, bisa sebutkan jalan mana?"
"Jalan raya Lubuk Buaya lewat supermarket Budiman sama rumah makan Tanamo Bana, Pak," kata Hesa yang langsung ditulis oleh Polisi Muda itu disebuah buku kecil. Lalu, polisi satu lagi sedang memanggil rekannya dengan handy talkie. Tak butuh waktu lama, Hesa mendapat jawaban untuk menunggu beberapa waktu sampai pemeriksaan CCTV ditempat yang Hesa sebutkan tadi oleh si Polisi Berusia.
"Lama selesainya, Pak?" tanya Lean yang sejak tadi menyimak percakapan langsung dihadiahi jitakan oleh Hesa.
"Yakali cepat, Yan. Lo kira polisi yang lain bisa teleportasi ke tempat CCTV-nya gitu?" geram Hesa tak habis pikir dengan salah satu temannya itu. Bisa-bisanya bertanya hal yang tidak perlu mendapat jawaban.
"Mana tahu, Sa. Kita kan mepet waktu, nih, udah mau Maghrib," kata Lean sambil cengengesan.
"Semoga bisa secepatnya, ya, karena sekarang posisi rekan saya tak jauh dari jarak yang Anda sebutkan tadi," kata Pak Polisi Muda dengan tenang. "Jadi, kita mau lanjut cari sekarang atau besok?"
Tanpa berpikir dua kali, Hesa langsung menjawab untuk melanjutkan pencarian Aelea sekarang saja. Ia bisa meminjam ponsel Lean untuk menelpon kakeknya bahwa Hesa akan mencari Aelea sampai malam dan akan pulang besok pagi saja.
"Kalau begitu, sekarang kita mencari tempat yang aman dari hewan buas dulu untuk istirahat," kata Pak Polisi Muda itu yang disetujui oleh Polisi Berusia.
Walaupun Hesa tampak tidak terima mereka istirahat terlebih dahulu, Hesa tetap ikut saja dengan mereka. Hesa ingin secepatnya menemukan Aelea sekarang karena semua kecurigaan di dalam puzzle-nya hampir tersusun rapi.
Laga yang bersengkongkol dengan Tamara yang menjebak dirinya. Tamara yang menculik Aelea dan semejak Hesa melapor kepada polisi, Tamara tidak masuk sekolah lagi dan rumahnya tidak ada tanda-tanda penghuni. Tingkah laku Laga selama seminggu ini juga sangat mencurigakan, mulai dari perkataannya dan pergerakannya.
Lalu, puncaknya adalah hari ini. Hesa melihat Laga masuk ke dalam mobil sedan dengan gerak-gerik yang aneh, mengikutinya ke hutan sampai seorang pria paruh baya datang menghalanginya dan membuatnya pingsan. Menyembunyikan Hesa di dalam kotak besar di tengah danau. Saat polisi itu bilang ada satu orang lagi yang diduga berhubungan dengan Tamara, itu adalah ayahnya Tamara yang sekarang menurut Hesa seratus persen bersengkongkol juga dengan gadis jahat itu.
Namun, ada satu yang belum Hesa ketahui sampai sekarang, yaitu alasan atau motif Tamara selalu mengganggu kekasihnya sampai mental down dan saat bertemu kembali malah semakin menjadi-jadi, bahkan sampai parah dengan menculik Aelea sampai seminggu lebih tidak ditemukan polisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hesa and Aelea「 END 」
Teen Fiction「Hesa and Aelea」 Percayakah kalian pada pertemuan pertama yang jarang terjadi membuat hubungan itu akan menjadi spesial? Awalnya Hesa tidak akan percaya dengan hal itu. Namun, kini Hesa mempercayainya sejak bertemu dengan gadis polos nan baik bernam...