"Tolong! Siapapun di sana tolongin gue! Tolong!" teriak Hesa berkali-kali meminta tolong sampai kerongkongannya kesakitan akibat berteriak sangat keras.
Tadi begitu Hesa siuman, laki-laki itu baru menyadari dirinya sudah di dalam kotak besar yang sedang berayun-ayun entah dimana. Kotak itu gelap dan juga pengap. Hesa mengingat terakhir kali dia mengikuti mobil sedan hitam yang dinaiki Laga sampai ke hutan belantara dan ada seorang bapak-bapak yang wajahnya asing.
"Tolong!" Sekali lagi Hesa berteriak minta tolong, tetapi tidak ada bantuan apa pun.
Saat melihat jal tangannya, sekarang sudah menunjukkan pukul tiga sore yang berarti Hesa sudah dua jam terkurung di dalam kotak besar ini. Hesa sangat bersyukur masih bisa bernapas karena di sana minim saluran udara. Udara hanya masuk melalui sela-sela penutup kotak dan kotaknya yang kecil.
Hesa merasa sia-sia dan membuang tenaga dan suaranya untuk berteriak meminta tolong karena ia yakin sedang berada di suatu tempat yang terpencil.
"Gue yakin Laga bersengkongkol sama Tama," batin Hesa sambil memikirkan kemungkinan yang bisa membuat Laga mengadukan gerak-geriknya kepada Tamara.
Tiba-tiba Hesa teringat dengan hari pertama Aelea menghilang, Hesa diajak main basket bersama Laga dan teman-teman Laga. Laga pasti memancingnya untuk jauh dari Aelea sehingga Tamara bisa membawa Aelea dan menjebaknya.
Laga juga yang memberitahu bahwa Aelea ke rumahnya Tamara dari sepucuk kertas catatan Aelea dan Laga juga terlihat panik saat mendengar Aelea benar-benar hilang diculik dan tidak ada tanda-tanda Aelea ditemukan hampir tiga hari waktu itu.
Memikirkan hal itu membuat Hesa bingung, kenapa Laga mau membantunya dan terlihat panik sementara dia bersengkongkol dengan Tamara?
Sikap Laga ternyata aneh juga, sama dengan Tamara yang terkadang terlihat baik, tetapi sewaktu-waktu bisa jahat kepada Aelea dan merasa paling dijahati sedunia.
Hesa juga teringat dengan waktu itu saat menyusul Lean dan Keano yang sedang dihadang preman malam-malam saat ingin ke rumah Tamara untuk mencari bukti. Waktu itu Hesa meminta Laga untuk menolong Lean yang hampir kesusahan menghajar dua preman sekaligus dan dari penjelasan Lean di dalam mobil, Laga tidak membantunya sama sekali, bahkan Laga hanya menonton dan preman itu tidak menghajar Laga juga.
Semua kepingan puzzle yang mencurigakan mulai menyatukan bentuknya secara perlahan-lahan. Dari kepingan puzzle itu, Hesa merasa bahwa Laga itu orang yang tidak ingin dalam masalah. Makanya Laga membantu Tamara agar tidak dimarahi gadis itu dan membantu dirinya agar tidak dicurigai bahwa Laga bersengkongkol dengan Tamara.
Sekarang Hesa menyesal sudah mempercayai Laga selama ini. Hesa juga merasa bersalah karena dirinya tidak bersama Aelea dan gadis itu dalam bahaya sudah satu minggu lamanya.
"Kamu gimana kabarnya, Sayang?" tanya Hesa dikesunyian dalam kotak.
Bayangan Aelea yang ketakutan di kelas saat Tamara meneror Aelea waktu itu juga terlintas dipikirannya. Sekarang pasti Aelea lebih ketakutan karena diculik dan diperbuat kejahatan entah apa oleh Tamara. Sampai sekarang Hesa masih tidak tahu apa motif Tamara menculik dan berbuat segala kejahatan kepada kekasihnya itu.
Hesa merasakan dadanya sedikit sesak karena sirkulasi udara yang mulai menipis. Ia pun memukul-mukul dinding kotak itu dan berteriak minta tolong sekeras mungkin agar bisa di dengar oleh orang-orang yang mungkin lewat disekitarnya.
"Tolong! Ada orang di sini!"
"Tolongin gue! Siapa pun di luar sana tolongin gue!"
Tiba-tiba saja ayunan kotaknya terasa kuat dan membuat Hesa bergerak ke kiri dan kanan mengenai dinding kotak itu. Sayup-sayup Hesa mendengar suara percakapan beberapa orang di luar sana. Hal itu pun membuat Hesa kembali berteriak minta tolong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hesa and Aelea「 END 」
Teen Fiction「Hesa and Aelea」 Percayakah kalian pada pertemuan pertama yang jarang terjadi membuat hubungan itu akan menjadi spesial? Awalnya Hesa tidak akan percaya dengan hal itu. Namun, kini Hesa mempercayainya sejak bertemu dengan gadis polos nan baik bernam...