「13. Hesa dan Sepeda」

11 3 3
                                    

Pagi ini ada yang berubah dari Hesa maupun Aelea. Mereka berdua sama-sama keluar dari rumah pagi-pagi buta, saat jarum jam menunjukkan pukul 05.45 WIB.

"Lo ngapain pagi-pagi begini udah siap aja? Pake nyandang tas segala," celetuk Hesa sambil mengambil sepedanya dari pintu belakang rumahnya.

Aelea mendekati Hesa, sedikit melirik ke dalam ruangan kecil di pintu belakang rumah. Lalu, ia balik bertanya, "Kamu sendiri juga kenapa udah siap aja, Hesa?"

"I-itu ... karena gue mau jalan-jalan pake sepeda dulu," jawab Hesa ngasal. Berharap gadis itu percaya saja dengan perkataannya.

"Oh, gitu, ya?" Hesa pun balas mengangguk.

Hesa mengeluarkan dua sepeda berbeda model dari ruangan kecil itu. Ia pun memberhentikan sepeda yang memiliki keranjang berwarna putih tepat di samping Aelea. Sebelum gadis itu sempat bertanya, Hesa langsung menjelaskannya sambil menaiki sepeda hybrid.

"Naik. Kita berangkat sekolah pake sepeda."

Aelea tetap berdiri diam. Sementara raut wajahnya memperlihatkan kebingungan yang kentara, membuat Hesa memiringkan kepalanya lalu baru menyadari bahwa gadis itu memakai rok abu-abu panjang.

Hesa pun menghela napas pelan. Ia memutar otak agar gadis itu bisa ke sekolah dengan sepeda. Bukan tidak ada alasan ia mengajak gadis itu berangkat bersama menggunakan sepeda. Mengingat ia belum pernah merasakan sensasi menaiki sepeda untuk pergi ke sekolah. Setelah memikirkan berbagai kemungkinan-kemungkinan, Hesa pun mengeluarkan pendapatnya.

"Lo bisa pakai legging atau celana olahraga, nanti saat tiba di sekolah, tinggal ganti sama rok," kata Hesa membuat raut wajah Aelea semakin mengerut.

"Nanti dilihatin aneh sama orang-orang gimana?" tanya Aelea.

Hesa pun menunjukkan layar ponselnya ke depan wajah Aelea dan menunjuk arah jam di sudut kanan. "Masih jam lima kurang sepuluh menit. Pake sepeda paling sepuluh menit sampai lima belas menit sampai di sekolah. Sekolah mulai rame jam setengah tujuh-an."

"Ya udah, deh. Aku ganti pake celana olahraga dulu, ya, Hesa," kata Aelea yang sudah berlari meninggalkan rumah Hesa menuju rumahnya di depan. Ia buru-buru membuka rumahnya, membuat mamanya kaget dan gelas kaca yang sedang dicuci mamanya terlepas dari tangan.

"Kenapa, Lea?" Mamanya mencuci tangannya hingga bersih, lalu mendekati kamar gadis itu yang terdengar sangat gaduh. Sesampainya  di kamar anaknya itu, beliau tertegun melihat kamarnya yang berantakan saat membuka pintu kamar. Padahal baru 10 menit yang lalu telah dirapikan olehnya.

"Alea, kamu cari apa, sih? Mama baru saja selesai rapiin kamar kamu," kata Mama berdiri di ambang pintu.

Aelea pun menoleh sekilas, ia sibuk memakai celana olahraganya dengan buru-buru, lalu memakai sweater warna baby blue. Setelah selesai, Aelea berdiri di depan kaca, memastikan penampilannya tidak terlihat aneh. Tak lupa ia menata kembali rambutnya. Dengan ia memakai sweater dan celana olahraga, tidak akan dilihat aneh oleh pandangan orang-orang.

"Bye, Mama. Aku berangkat dulu, nanti kamarnya biar aku rapiin pas pulang sekolah. Jangan Mama yang rapiin, ya," kata Aelea sambil menyandang tasnya yang sangat berat karena berisi 4 buku paket untuk pelajaran hari ini. Ia pun menyalimi tangan mamanya, lalu langsung berlari keluar rumah.

"Dasar, Lea, Lea. Ngapain pake celana olahraga coba?" gumam Mama. Beliau melangkahkan kaki menuju jendela, mengintip anaknya yang berdiri di samping sepeda berwarna putih bersama anak tetangga di depan rumahnya.

Sementara itu di luar, Aelea berdiri di samping sepeda keranjang itu. "Ini sepeda siapa, Hesa?"

"Sepeda Kade, tapi karena kakinya belum nyampe, ya, kesimpen beberapa bulan di gudang," kata Hesa menaiki sepeda hybrid-nya. Lalu, ia menambahkan saat melihat raut wajah Aelea ragu-ragu. "Pakai aja, gue juga sudah izin, kok, sama Kade."

Hesa and Aelea「 END 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang