「19. Hesa dan Hari Buruk」

10 3 0
                                    

Senin pagi yang indah. Hanya hari ini Hesa merasakan senin pagi yang begitu indah dan menyenangkan karena laki-laki itu tidak sengaja melihat Aelea sedang menyiram bunga setelah sholat subuh tadi.

Kini, Hesa sudah siap berangkat ke sekolah walaupun isi tasnya sangat berat karena pada hari Jum'at ia membawa pulang semua bukunya paket cetak yang diberi tugas oleh guru. Hesa tidak ingin gadis itu membawa buku paket seberat itu pulang ke rumah, maka waktu itu Hesa menawarkan diri untuk membawa empat buku paket pulang, buku paketnya yang biasanya selalu terletak damai di laci meja.

Hesa berpamitan dengan Kakeknya. Lalu keluar dari rumah untuk segera ke rumah Aelea. Ia akan mengajak Aelea untuk ke sekolah bersama. Namun, baru saja Hesa ingin memanggil gadis itu dari pintu rumahnya, seorang laki-laki yang tampak seumuran dengannya membuka pintu rumah Aelea dengan gadis itu mengekor di belakang laki-laki asing itu.

"Lo siapa?" tanya laki-laki itu sambil melihat Hesa dari atas sampai bawah.

"Gue Hesa, temannya Alea," jawab Hesa seadanya. Ia kebingungan kenapa dirinya hanya bisa berdiri diam melihat Aelea bersama laki-laki lain, laki-laki itu bahkan keluar dari rumah Aelea.

"Gue Laga, salam kenal." Setelah mengucapkan hal itu, laki-laki yang bernama Laga menjauhi Hesa yang masih berdiri di depan pintu rumah Aelea, diikuti oleh Aelea yang tidak mengatakan sepatah kata pun kepadanya.

"Hai, Alea," gumam Hesa yang hanya didengar oleh dirinya sendiri.

Hesa menatap kepergian Aelea yang sudah mengenakan seragam dengan rapi seperti biasanya dengan Laga. Lalu, baru tersadar saat Mama Aelea memanggil namanya.

"Hesa? Kenapa kamu ada di sini?" tanya Mama Aelea sambil menatap Hesa kebingungan.

"Ah? Mau ajak Aelea ke sekolah bareng, Tante," jawab Hesa lalu langsung pamit pergi kepada Mamanya Aelea.

Hesa melangkahkan kakinya dengan buru-buru, ia memasukkan kamera polaroid miliknya kembali ke dalam tas. Hesa takut kameranya ikut menjadi korban disaat dirinya sedang menahan emosi. Hesa merasa hatinya seperti ada yang ditusuk-tusuk oleh jarum yang tajam. Entah kenapa sekarang Hesa merasa cemburu dengan Aelea yang pergi dengan laki-laki lain bahkan sampai tidak menyapanya.

"Gue kenapa, sih? Kan gue nggak siapa-siapanya Alea," batin Hesa berusaha menahan emosinya.

Hari ini Hesa memilih untuk pergi ke sekolah dengan menaiki bus yang langsung tiba di depan sekolahnya. Hesa merasa tidak memungkinkan untuk berjalan kaki ke sekolah karena Hesa tidak akan fokus pada jalanan.

Di dalam bus, Hesa mengeluarkan ponselnya dan langsung mencari room chatnya dengan Aelea. Hesa mengetikkan sesuatu yang menunjukkan perasaannya.

Hesalio
[Pagi, Lea. Lo marah sama gue?]

Tak butuh waktu lama untuk Hesa kembali menghapus ketikannya itu. Ia tampak berpikir untuk memikirkan kata-kata yang baik dan tidak benar-benar menunjukkan perasaannya. Di saat seperti ini, Hesa harus mengirimkan pesan apa?

Hesalio
[Pagi, Alea]

Setelah menimbang-nimbang, Hesa pun menekan tombol kirim sekuat tenaga dan mengirimkan pesan itu yang langsung dibaca oleh penerima pesan.

Hesa segera keluar dari room chatnya dengan Aelea sambil menunggu balasan dari gadis tersebut. Namun, saat Hesa membuka room chatnya kembali, ia melihat tanda terakhir dilihat di sana yang menandakan Aelea tidak aktif lagi. Hesa hanya bisa menghela napas panjang, kembali berusaha untuk menahan perasaan yang baru ia rasakan dan sudah ia ketahui karena sering menonton anime bergenre romance.

"Gue kenapa gini, sih," kesal laki-laki itu sambil menatap keluar jendela bus. Berharap pemandangan jalanan dan bangunan yang terlihat dapat menenangkan perasaannya walaupun sedikit.

Hesa and Aelea「 END 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang