Hesa tertawa lebar setelah menang berturut-turut dalam permainan bola basket yang ditawarkan oleh Laga. Ia merangkul bahu Laga yang raut wajahnya masam karena sudah kalah dari Hesa. Teman-teman Laga yang ikut bermain bola basket itu ikut tertawa karena tertular oleh gelak tawanya Hesa.
"Sesuai kesepakatan, lo bayarin gue dua menu di kafe teman lo," kata Hesa yang masih puas atas kemenangannya. Ia juga mengingat kesepakatan bersama sebelum bertanding. Hesa mana bisa menolak yang gratisan.
Teman Laga yang berambut belah dua pun menyahut, "Ayo, Ga. Biar gue dapat omset harian." Lalu, ia beralih menatap Hesa, "Pesan dua menu yang mahal-mahal, ya, Bro."
"Gue tadi cuma mengalah doang, mau ngulang, Sa?" kata Laga membela diri.
"Terima aja lah kekalahan lo sekarang, Ga," timpal teman Laga yang memakai baju basket.
Laga pasti dianggap omong kosong saja karena tadi sebelum pertandingan dimulai, dengan sombongnya Laga membanggakan diri hebat dalam bola basket. Hesa yang hanya menanggapi dengan santai kesombongannya itu ternyata jauh lebih hebat dan sudah mengalahkannya berturut-turut dengan skor 5-0. Ia tidak menyangka laki-laki yang terlihat manis didepan Aelea itu benar-benar olahragawan.
Laga teringat dengan masalahnya, jika Hesa mengetahui niatnya mengajak bermain basket sekarang agar Tamara bisa melakukan rencana yang entah apa itu menyangkut gadis laki-laki itu, bisa-bisa Laga akan dihajar sampai babak belur oleh Hesa. Sekarang Laga menyesal sudah membantu Tamara dan baru menyadari Hesa itu orangnya asik, se-frekuensi, dan memiliki hobi yang sama dengannya.
"Ga, kenapa lo bengong?" celetuk teman Laga satu lagi yang memakai baju basket.
"Hah? Enggak, Do." Laga pun melepaskan rangkulan Hesa dan berjalan duluan sambil berkata sombong. "Ya udah pesan dua menu yang mahal, sekalian bantu Frankenstein bangun rumah tuanya."
"Wah, mantap, tuh. Sa, lo suka makanan kafe, kan?" sahut teman Laga yang rambutnya belah dua.
Hesa pun mengangguk mantap sambil mengikuti Laga untuk ke kafe temannya Laga itu. "Lo kira gue nggak pernah ke kafe apa?"
"Hahaha, bukan gitu," timpal teman Laga yang memakai baju basket.
Hesa terlihat senang berinteraksi dengan orang baru yang sama-sama menyukai basket. Namun, ia tidak menyadari saat ini ada bahaya yang menimpa gadisnya itu.
Setelah puas bermain, ditraktir dua menu yang mahal oleh Laga, dan membahas seputar basket, barulah Hesa pulang ketika melihat langit sudah berwarna orange, sudah mau Maghrib. Ia pun mengeluarkan ponselnya dan ternyata ponselnya sudah habis baterai.
"Bro, thanks hari ini. Gue harus pulang dulu," kata Hesa berpamitan yang dibalas candaan oleh kedua teman Laga.
"Cepat amat pulangnya, Bro."
Teman Laga yang memakai rambutnya belah dua ikut-ikutan. "Ntar malam aja, gue baru nyuruh karyawan gue buatin menu spesial kafe ini."
"Kapan-kapan gue mampir sama cewek gue. Dua menu mahal tadi sesuai rasa sama harganya. Mungkin yang lain juga enak-enak," kata Hesa memuji dua menu yang ia pesan dengan harga paling mahal karena yang membayarnya adalah Laga. Dua menu itu rasanya benar-benar sesuai dengan harganya yang mahal dan membuat Hesa ingin mengajak Aelea ke sini, tak lupa setelah Aelea ia akan memperkenalkan Lean dan Keano ke kafe ini secara dua anak itu suka sekali nongkrong berdua di kafe.
"Wah, pantesan pulang cepat, ada cewek, toh," sahut teman Laga yang memakai baju basket itu dan menambahkan, "Gih sana jangan buat cewek lo khawatir."
"Thanks, Do. Gue balik dulu," kata Hesa yang kini benar-benar bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar kafe. Ia akan memesan ojek online karena tadi ke sini diajak oleh Laga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hesa and Aelea「 END 」
Teen Fiction「Hesa and Aelea」 Percayakah kalian pada pertemuan pertama yang jarang terjadi membuat hubungan itu akan menjadi spesial? Awalnya Hesa tidak akan percaya dengan hal itu. Namun, kini Hesa mempercayainya sejak bertemu dengan gadis polos nan baik bernam...