「27. Hesa, Aelea, dan Kebersamaan」

8 2 0
                                    

Pagi ini Hesa terbangun dari tidur nyenyaknya semalam, saat melihat jam di dinding, Hesa tidak menyangka ia bangun terlalu pagi. Pantas saja saat Hesa melihat keluar jendela masih gelap gulita dan suasana yang sunyi.

"Gue ngapain bagusnya, ya? Kalau tidur lagi, yang ada malah ketiduran," gumam Hesa sambil merapikan tempat tidurnya. "Tapi gue ngapain jam tiga pagi gini?"

Hesa bingung melakukan kegiatan apa agar tidak ketiduran. Laki-laki itu tidak ingin terlambat ke sekolah karena ingin bersama Aelea sebelum orang-orang ramai datang ke sekolah. Jika ia terlambat, Hesa terpaksa menunggu jam pulang agar bisa bersama Aelea.

Setelah merapikan tempat tidur dan membersihkan diri, Hesa keluar kamar dengan hati-hati karena takut menganggu tidur kedua adiknya yang ada di kamar sebelah. Ia turun dari lantai dua dengan hati-hati juga saat menginjak tangga kayu itu. Entah kenapa saat suasana sunyi, semua suara sekecil apa pun itu akan terdengar sangat nyaring.

Hesa pun duduk di teras rumahnya, menatap langit yang masih gelap, tetapi kali ini ada beberapa bintang yang menemani. Berbeda dengan malam tadi, langit tidak ditemani oleh bintang maupun bulan.

"Kalau lihat langit gini, jadi mau foto. Tapi kalau gue balik ke kamar, yang ada tuh tangga malah berisik lagi."

Hesa bermonolog sendiri memecah kesunyian. Saat ia melihat ke rumah minimalis di depan rumahnya, tak sengaja Hesa menangkap sosok manusia atau makhluk lain sedang berdiri di taman rumah Aelea.

"Nggak mungkin hantu, kan? Tapi nggak mungkin juga itu Alea njir. Masa Alea bangun pagi gini?" tanya Hesa sambil terus melihat sosok itu dengan memicingkan mata.

Namun, saat Hesa semakin melihat sosok itu, sosok itu pun terlihat melambaikan tangannya dan rambut yang tergerai. Tiba-tiba saja bulu kuduk Hesa berdiri. Dengan terburu-buru, Hesa pun bangkit dari teras untuk masuk ke dalam rumahnya lagi. Lebih baik Hesa duduk termenung di dalam rumah, daripada duduk di teras yang akan ditemani oleh sesosok makhluk gaib.

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

"Hesa!" sapa Aelea saat melihat Hesa baru keluar dari rumahnya sambil mengendarai sepeda.

"Loh, Alea? Kamu belum berangkat sekolah?" tanya Hesa berbasa-basi karena saat ia akan mengeluarkan sepeda, Hesa melihat gadis itu keluar dari pintu rumah sambil berbincang-bincang dengan Mama Aelea.

"Belum," jawab Aelea santai sambil mendekatk Hesa. Ia menunjukkan jam tangannya ke arah Hesa, lalu melanjutkan perkataannya. "Masih jam enam kurang. Aku boleh ikut Hesa berangkat sekolah?"

Hesa yang mendengar perkataan Aelea membuat sebuah senyuman ingin mengembang lebar diwajahnya. Untung saja secepat kilat Hesa tidak terlalu menunjukkan senyumannya itu, hanya tersenyum biasa saja.

"Boleh banget, Alea. Mau boncengan apa pakai sepeda yang pernah kamu naikin dulu?" Hesa turun dari sepedanya, berniat untuk mengambil sepeda Kade yang pernah Aelea gunakan dulu saat mereka berangkat bersama ke sekolah dengan sepeda.

"Hesa, boncengan aja boleh?"

Hesa pun mengangguk memperbolehkan. Ia memang sudah mengantisipasinya sebelum mengajak Aelea berangkat sekolah dengan berboncengan sepeda karena beberapa waktu lalu Hesa sudah memodifikasi sepedanya dengan memberikan tempat duduk di belakang sepedanya.

Dengan malu-malu Aelea menyuruh Hesa untuk naik sepeda terlebih dahulu yang dituruti oleh laki-laki itu. Setelah meyakinkan diri, barulah Aelea duduk di boncengan sambil memegang erat seragam Hesa karena laki-laki itu menyampingkan tasnya yang ringan itu.

Jujur saja sekarang jantung Hesa maupun Aelea sudah berdebar-debar karena sekarang saat pergi ke sekolah bersama-sama saat status hubungan mereka sudah berubah. Dulu mereka bisa berbincang-bincang santai saat masih dalam status berteman, tetapi sekarang mereka berdua sama-sama terdiam dan salah tingkah saat status mereka kini berpacaran.

Hesa and Aelea「 END 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang