「6. Aelea dan Kependiamannya」

11 5 6
                                    

Seorang gadis meremas seragamnya yang sudah berganti menjadi seragam olahraga entah milik siapa. Ia sudah siuman sejak sepuluh menit yang lalu, tetapi gadis itu tidak ingin membuka matanya. Sesekali ia menghela napas pelan sekali, ia menghirup udara melalui hidung dan mengeluarkannya secara perlahan melalui mulut. Hal itu ia lakukan berulang kali agar pikiran buruknya tidak lagi menghantui.

Ia benar-benar ingin memiliki kantong ajaib dari film di channel kesukaannya setiap hari Sabtu dan Minggu. Supaya ia bisa menemukan alat yang bisa membuatnya melupakan kejadian beberapa jam lalu yang menimpanya.

"Alea, kapan lo siuman?" gumam seseorang yang membuat gadis yang terbaring di kasur UKS itu semakin ingin menutup rapat matanya. Ia baru tahu ada seseorang yang berada di samping kasurnya.

Saat ini Aelea hanya ingin sendirian. Ia tidak ingin melihat wajah dari pemilik suara itu. Ia ingin memikirkan segala hal dengan baik, tanpa mengambil keputusan yang gegabah. Aelea juga berharap agar laki-laki itu segera pergi karena ia tidak membuka matanya.

"Please, Hesa, aku mau sendiri," batin Aelea penuh harap.

Namun, harapannya itu kandas begitu saja, karena ia mendengar pintu yang dibuka dengan tergesa-gesa dan juga mendengar suara dari teman-teman barunya.

"Gimana keadaan Alea, Sa?"

"Gue kira lo kabur dari Pak Oki karena langsung lari saat anak PMR itu ngehampirin Pak Oki."

"Bener tuh. Tapi pas tahu alasan lo lari dari Pak Oki, gue sama Keano nggak bisa fokus praktik. Jadi, kita berlima sama-sama remedial minggu depan."

"Berlima?" tanya Hesa kebingungan. Ia berpikir hanya berempat saja—dirinya, Lean, Keano, dan juga Aelea yang tidak ikut praktik tadi. Hingga kemunculan seorang gadis berambut sebahu yang memegang novel di tengah-tengan Lean dan Keano membuat Hesa mengangguk paham.

"Gue emang niat nggak ikut praktik sama sekali. Gue mau sama Alea praktik minggu depan," sahut Nora tanpa ditanya alasannya oleh Hesa.

"Keren, kan? Kita berlima yang jago basket sama-sama remedial minggu depan. Eh, gue nggak tahu Alea bisa basket atau enggak. Pokoknya gitu deh," kelakar Lean yang membanggakan keadaan saat ini.

Hesa hanya balas tersenyum kikuk. Ia ingin membalas candaan Lean, tetapi ia tidak bisa melakukannya saat ini. Rasanya ia hanya bisa meratapi kelalaiannya dalam mencari tahu keadaan gadis yang sedang terbaring lemah di kasur UKS sekarang. Dari awal feeling-nya memang ada yang aneh dengan Aelea yang tidak mengekorinya sama sekali atau mengikuti Nora maupun kedua sahabatnya.

"Sebenarnya apa yang terjadi sama lo? Gue kaget saat dengar lo pingsan di toilet cewek dengan baju yang basah"

Sementara itu, Aelea yang mendengar percakapan teman-temannya hanya bisa diam sambil berusaha tetap memejamkan matanya. Ia masih memikirkan alasan yang masuk akal karena ia yakin teman-teman barunya itu pasti bertanya tentang kejadian yang terjadi.

"Woy!"

Teriakan yang berasal dari pintu masuk UKS membuat Aelea, Hesa, dan ketiga orang lagi terkejut karenanya. Teman sekelas mereka yang paling pendek di kelas.

"Buruan ke kelas! Kelas kita kedatangan tamu istimewa!"

"Ngomong apa, sih lo?" kesal Nora karena kebisingan yang dibuatnya.

"Bu Yulia, njir. Datang ke kelas kita, katanya kalian berdua hadap ke Ibu," kata teman mereka itu sambil menunjuk ke arah Hesa dan Lean.

Hal itu membuat Hesa dan Lean saling tatap. Kebingungan, memikirkan kesalahan apa yang telah mereka perbuat sehingga guru yang paling dihindari di sekolah memanggil mereka berdua.

Hesa and Aelea「 END 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang