「22. Hesa dan Tamara」

5 2 0
                                    

Sudah dua minggu Hesa mengikuti rencana Aelea seminggu yang lalu, yaitu berpura-pura tidak saling kenal lagi saat di sekolah, sementara itu mereka akan bersama saat di rumah, jauh dari pantauan Tamara.

Walaupun Hesa hanya memiliki satu bukti yang menyatakan Tamara ingin berniat buruk kepada Aelea. Namun, lebih baik sejak awal mereka terlihat berjauhan seperti ini, daripada Aelea mendapat masalah yang lebih buruk.

Saat ini Hesa berada di rooftop yang sepi, dikarenakan rooftop Smaga jarang digunakan oleh para siswa. Mereka lebih memilih untuk menongkrong di halaman belakang sekolah yang langsung terhubung dengan Wi-Fi gratis dari warung di balik pembatas dinding yang tinggi itu, beramai-ramai ke cafetaria, atau di masing-masing kelas mereka yang memiliki kipas.

Hesa melihat langit biru di atas sana yang kali ini tidak ditemani oleh awan-awan, hanya terpampang langit yang berwarna biru cerah dan matahari yang menyinari Bumi. Di tempat tenang seperti ini lah yang membuat Hesa betah bermain dengan pikirannya.

"Kenapa jadi ribet begini, ya?" tanya Hesa sambil menatap penuh harap ke langit.

"Andai aja gue bawa kamera, udah gue fotoin lo langit," gumam Hesa.

Laki-laki itu berbicara sedirian, tanpa ada yang membalas perkataannya di tempat yang sepi itu.

Setelah puas menatap langit dan mengeluarkan apa saja yang ingin ia katakan agar hatinya sedikit tenang, Hesa pun berniat untuk kembali ke kelasnya. Sebentar lagi jam masuk setelah istirahat kedua akan berbunyi.

Namun, saat Hesa baru melangkah satu anak tangga, ia melihat seorang perempuan yang sangat ingin ia temui itu berdiri di hadapannya sambil menatap Hesa dengan tatapan bingung.

"Lo?" kata Hesa dan Tamara bersamaan.

Tamara yang terlihat ingin berbalik untuk turun, dengan cekatan Hesa menahan pergelangan tangan Tamara agar gadis itu tetap di sana. Ada sesuatu yang ingin Hesa katakan kepada Tamara.

"Lo apaan, sih?" bentak Tamara kesal karena ditahan oleh Hesa.

Terlihat tidak memedulikan bentakan Tamara, Hesa tetap menahan tangan gadis itu agar tidak menghindarinya. Hesa butuh bicara empat mata dengan Tamara yang tak kunjung terjadi dan pada kesempatan kali ini tidak akan Hesa biarkan.

"Lo bisa diam dulu?" kata Hesa tanpa ekspresi yang membuat Tamara akhirnya terdiam.

"Gue mau ketemu sama lo, kok, susah banget, ya? Padahal kita masih satu sekolah," lanjut Hesa dingin. "Sengaja banget, ya, ngehindarin gue terus. Emangnya masalah lo sama gue apa? Sampai takut begitu."

"Lo kan nggak ada masalah sama gue," jawab Tamara berusaha terlihat santai.

"Tapi kenapa gue ngerasa ada satu fans fanatik yang merhatiin gue setiap hari di sekolah?" tanya Hesa sambil memandang sekelilingnya, berpura-pura mencari sesuatu.

"Sia—"

"Ternyata fans fanatik gue itu lo, ya? Sini gue kasih tanda tangan, Tama," kata Hesa sambil tersenyum semanis mungkin kepada Tamara, padahal hatinya ingin langsung menuduh gadis itu, tapi mengingat dirinya adalah laki-laki dan jika melakukan hal itu bisa merusak reputasinya.

Tamara berusaha melepaskan cekalan tangan Hesa. "Darimana lo tahu nama gue Tama?"

Hesa yang mendengar pertanyaan Tamara itu pun terkekeh pelan. Ia melepaskan cekalan tangannya dan berlalu melewati gadis itu sambil mengatakan sesuatu.

"Kan lo temannya Alea. Kita pernah ketemu di tepi jalan itu, loh," kata Hesa saat ia berjalan melewati Tamara, tanpa menoleh sedikit pun kepada gadis itu.

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Hesa memotret banyak gambar di dalam kelasnya, mulai dari kegiatan kejar-kejaran Nora dan Lean, Keano yang sibuk menyeruput gelas es teh yang sudah kosong, dan teman-temannya yang lain.

Hesa and Aelea「 END 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang