「35. Hesa dan Pencarian」

8 2 0
                                    

Hesa sudah menceritakan segalanya dengan hati-hati kepada Mama Aelea dan berusaha untuk menenangkan beliau. Dibantu oleh Laga dan kakeknya untuk menenangkan Mama Aelea. Hesa mengerti Mama Aelea pasti sangat khawatir dengan keberadaan dan keadaan anak sulungnya itu.

Laki-laki itu melihat jam tangannya sambil berdecak tidak sabar. Sebelumnya Hesa sudah meminta Lean ke rumah Tamara bersama Keano setelah mengantarkan Mama Aelea pulang dengan selamat. Namun, sampai sekarang sudah jam delapan malam, belum juga ada kabar dari sahabatnya itu.

"Tuh anak beneran ke rumah Tamara apa enggak, sih?" geram Hesa sambil bolak-balik di depan pagar rumahnya.

"Sa, ada kabar dari teman lo?" tanya Laga yang tiba-tiba datang di belakangnya.

Hesa pun menggelengkan kepala sebagai jawaban. "Nggak ada. Apa gue aja yang ke sana?"

"Kita tunggu jawaban teman lo dulu, kalau ada jawaban. Kita berdua yang langsung ke rumah Tamara. Ada satu tempat yang ingin gue pastiin."

Laga sudah tak terkejut lagi dengan jawaban Hesa. Sudah pasti Tamara membawa Aelea ke suatu tempat yang Laga yang ketahui karena tadi ia menerima pesan dari Tamara bahwa gadis itu akan menceritakan semua kesalahan di masa lalu kepada Aelea. Namun, Laga sekarang benar-benar khawatir jika Aelea tersakiti atau lebih parah yang akan diperbuat oleh Tamara.

"Tempat yang mau lo pastiin?" tanya Hesa sedikit curiga dengan kalimat terakhir Laga.

Laga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu. Ia merasa bingung harus jujur pernah berteman dengan Tamara atau tidak kenal dengan gadis itu.

"Maksud lo apa?" tanya Hesa lagi.

"Lo dengerin dulu, jangan hajar gue," pinta Laga lalu menjelaskannya dengan singkat. "Gue ... teman Tama dulu. Tama dekat sama gue daripada Alea. Jadi, ada beberapa tempat yang hanya diketahui gue sama Tama. Mana tahu dia bawa Alea ke sana, kalau teman lo nggak lihat keberadaan Tama di rumahnya."

Hesa menggumpalkan tangannya. Berusaha menahan emosi setelah mendengar pernyataan Laga yang ternyata teman Tamara. "Kenapa nggak sejak awal lo bilang?"

"Gue rasa nggak penting awalnya. Tapi karena Alea belum pulang juga sekarang, gue khawatir," kata Laga membela diri sebelum dirinya akan dihajar oleh Hesa. Tampak ia sedikit menjauh dari Hesa.

"Sialan lo, Ga," geram Hesa sambil memukul tiang rumahnya untuk mencurahkan emosinya saat itu.

Setelah melampiaskan amarahnya, ia langsung menelpon Lean dan Keano bergantian. Untung saja Keano segera mengangkat teleponnya dan Hesa langsung mencercar Keano dengan berbagai pertanyaan.

"Gimana, Lea? Dia ada di rumah Tama atau enggak? Kalian niat bantu gue nggak, sih?"

"Anjir jangan ngegas, lah, Sa. Ini gue dari tadi dihadang mulu ama preman buat ke rumah Tama. Apaan coba lo bilang kita nggak ada niatan bantu lo?" cecar Lean yang mengangkatnya dengan nada suara yang kasar.

Hesa semakin merasa ada sesuatu di rumahnya Tamara itu sampai-sampai Lean dan Keano dihadang oleh preman. Ia menggertakkan giginya menahan luapan amarahnya. "Kenapa nggak lo kabarin gue, Yan? Keano mana? Gue otw."

Hesa pun segera mematikan panggilan dan Hesa pergi ke samping rumahnya untuk mengambil motor ninja miliknya yang sudah lama tidak ia gunakan. Ia langsung memakai helm dan mengeluarkan motor itu dari gudang. Hesa akan menyusul kedua sahabatnya ke sana, ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

Namun, saat Hesa ingin menancap gas, suara seorang wanita penuh kekhawatiran menghampiri indra pendengarannya. Hesa pun segera turun dari motor untuk menghampiri Mama Aelea.

"Tante di rumah aja, biar aku yang cari Alea, ya, Tan? Aku nggak mau tante kenapa-napa," kata Hesa penuh kelembutan. Ia pun menuntun Mama Aelea kembali masuk ke dalam rumah dan mengode Kade untuk menjaga Mama Aelea.

Hesa and Aelea「 END 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang