「28. Aelea dan Teror」

6 2 0
                                    

Aelea tersenyum lebar saat masuk ke dalam kelasnya pagi itu. Selama liburan akhir semester ganjil, ia sering pergi main atau jalan-jalan bersama Hesa, karena tidak ada Tamara yang akan memperhatikannya setiap saat.

Walaupun belum puas rasanya Aelea bisa bebas dari pantauan Tamara selama dua Minggu. Aelea tetap pergi ke sekolah di hari pertama di semester genap dengan senyuman yang mengembang.

Aelea merasa senang karena bisa berangkat sekolah bersama Hesa tadi, walaupun hanya sampai taman yang tak jauh dari sekolah. Baru saja tiba di kelas, Aelea melihat Lean dan Keano mengintipnya sambil cekikikan di balik pintu kelas.

"Kenapa sih kalian?"

"Gemes banget sih," celetuk seseorang dari belakang Aelea yang sedang menatap kesal ke arah Lean dan Keano. Seseorang itu dengan lembut mengacak-acak rambut Aelea.

Aelea sontak menoleh ke ke belakang dan mendapati sosok Hesa yang sedang memegang kamera digitalnya. "Apaan, sih?"

Hesa terkekeh melihat kelakuan salah tingkah gadisnya itu. Setiap Hesa mengacak-acak rambut Aelea atau datang secara diam-diam, membuat Aelea selalu pura-pura kesal padahal wajahnya memerah begitu.

"Sayang, kamu lupa sarapan, ya?" canda Hesa sambil mengikuti Aelea masuk ke dalam kelas.

"Aku udah sarapan, kok, Hesa," jawab Aelea serius.

"Ekhem, Hesa-nya manggil sayang, sementara Alea-nya enggak manggil sayang," celetuk Lean, lalu menoleh ke arah Keano. "Gimana konsepnya, tuh, No?"

"Emangnya kenapa?" sewot Aelea yang sudah tidak tahan pagi-pagi itu digoda oleh Lean.

"Ya, aneh gitu," timpal Keano.

Aelea pun memicingkan matanya ke arah Keano dan Lean sambil mengambil ancang-ancang untuk melempar penghapus papan tulis. Hal itu tidak membuat Keano dan Lean berhenti menggoda pasangan baru di kelas itu.

Sejak tadi, Hesa hanya memperhatikan kekesalan Aelea yang terlihat menggemaskan itu. Ia sudah duduk di bangkunya. Namun, karena tidak ingin membuat Aelea semakin kesal di pagi hari itu dan beberapa teman sekelas mereka sudah mulai berdatangan. Hesa pun bangkit dari tempat duduknya dan meraih bahu gadis itu.

"Duduk aja, ya? Anggap aja mereka itu arwah penasaran," kata Hesa sambil memegang bahu Aelea dan berjalan ke tempat duduk mereka seperti kereta.

"Gue ganteng gini dianggap arwah penasaran," kata Lean tak terima yang diangguki oleh Keano.

Namun, tiba-tiba saja sebuah buku tebal menimpa kepala Keano dan juga Lean. Lalu, Nora berdiri sambil berkacak pinggang. "Kalian emang arwah penasaran, kok, karena kalian nggak tenang hidup di dunia."

"Lo-"

"Aaahh," teriak Aelea yang membuat satu kelas menoleh ke arahnya.

Nora, Lean, dan Keano buru-buru mendekati Aelea yang sedang duduk di lantai sambil menekukkan kaki dan memeluk kakinya seerat mungkin. Aelea menyembunyikan wajahnya di antara lututnya.

"Lo kenapa, Alea?" tanya Lean sedikit berteriak.

"Lea kenapa, Sa?" tanya Nora.

Keano yang peka ada sesuatu pun langsung ikut duduk di samping Aelea, lalu meraih bahu gadis itu dan mengusapnya dengan pelan. Ia membisikkan sesuatu yang langsung dituruti oleh Aelea.

"Kita ke ujung sana dulu gimana?"

Keano pun menuntun Aelea untuk duduk di bangku urutan paling belakang di sisi kiri kelas. Gengnya Refa yang duduk di sana, tetapi karena belum ada kelihatan satu pun dari anggota geng Refa yang terdiri tiga orang itu, Keano mau mengajak Aelea duduk di sana sementara. Ia pun memanggil Nora untuk menemani Aelea yang sepertinya akan dikerubungi oleh teman-teman sekelasnya karena penasaran. Lalu, setelah memastikan Aelea tidak akam ditanya-tanya oleh beberapa teman sekelas mereka yang sudah datang pagi itu, ia pun mendekati Hesa.

Hesa and Aelea「 END 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang