「25. Hesa dan Segala Persiapan」

6 1 0
                                    

Sudah Hesa putuskan bahwa hari ini ia harus menyatakan perasaannya, setelah melewati ujian akhir semester ganjil. Laki-laki itu sudah lama memikirkan untuk menyatakan perasaannya, karena Hesa sudah tidak bisa menahan perasaannya lagi jika masih tetap menyukai gadis itu secara diam-diam.

Siang hari di hari Minggu, Hesa, Lean, dan Keano itu sedang video call. Demi temannya yang ingin menyatakan perasaan itu, Lean dan Keano rela membantu Hesa mencari benda-benda yang dibutuhkan untuk mengajak seorang gadis yang Hesa sukai itu berpacaran.

Kini Lean sedang berada di toko bunga, Keano yang sedang mencari tempat yang pas untuk menyatakan perasaan, sementara itu Hesa sendiri sibuk memilah foto dan video Aelea dan berusaha untuk mengeditnya sebagus dan se-romantis mungkin. Walaupun sudah sedikit demi sedikit ia edit, rasanya masih ada yang kurang.

"Lo udah siapin bunganya?" tanya Lean sambil membaca list kebutuhan yang diberikan oleh Hesa kemarin. Walaupun sudah ia baca berulang kali, ia tetap tidak bisa mengingat apa saja isi list itu. Sesekali Lean melihat ke arah ponselnya, sesekali ke list yang sepanjang ekor kucing itu.

"Kan lo yang mau bantu beliin bunganya, bego!" timpal Keano.

"Gue kira mudah, ternyata susah juga cari yang kayak digambarin Hesa," balas Lean yang memperlihatkan kameranya ke sekitar toko bunga yang ia datangi itu.

"Kalian berdua ngeluh mulu," timpal Hesa yang melihat kegiatan tidak jelas dari video kedua temannya itu. Lean yang memutar-mutar ponselnya sehingga Hesa tidak melihat ada bunga apa saja di sana dan Keano yang malah menunjukkan kameranya ke rerumputan yang ada di taman.

"Kalian yakin lagi pakai headset atau speaker?" tanya Hesa yang tak yakin dengan kedua temannya itu.

"Gue speaker," jawab Lean santai.

"Yakali gue speaker, Sa. Malu, lah," kata Keano yang kini menunjukkan wajahnya ke layar ponsel, sehingga Hesa bisa melihat dengan jelas dan tidak melihat rerumputan terus.

"Kan kalian masing-masing gue minta tolong satu doang," kata Hesa sambil menunjukkan raut wajah kesalnya dengan jelas ke arah ponselnya.

Lean yang melihat raut wajah Hesa pun hanya cengengesan. "Kalau bunga yang lain, mah, gue bisa cariin. Tapi bunga yang lo minta ini susah banget, Sa. Mana ad—"

"Lo protes sekarang?" sanggah Hesa dingin. Hesa kembali meletakkan ponselnya di samping meja yang membuatnya bisa melihat kedua temannya itu mencari yang ia minta.

Hesa pun melanjutkan mengedit video kegiatan yang selama enam bulan ini mereka berdua jalani. Hesa sangat merasa beruntung karena ia selalu memotret keimutan Aelea dan kegiatan-kegiatan yang selalu mereka lakukan bersama. Walaupun di dalam video itu tidak ada sosok Hesa, tetapi dengan memasukkan lagu yang romantis, Hesa yakin pasti ada feel-nya.

"Susah juga, ya," gumam Hesa setelah mengedit video yang berdurasi dua menit itu selama seminggu yang selalu ia ulang-ulang karena selalu merasa tidak cocok.

Sekarang saat hari terakhir pun, Hesa tetap melakukan perombakan kecil sehingga saat sore tiba, video yang ia buat berdurasi dua menit itu selesai juga dengan memuaskan. Hesa pun menyimpan videonya itu di dalam drive, untuk berjaga-jaga jika videonya hilang sendiri.

"Apa udah bener, ya, keputusan gue?"

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Hesa sudah berpakaian rapi dengan dalaman kaos hitam yang dibalut oleh jaket ketlar, dipadukan dengan celana jeans hitam dan sneaker putih. Tak lupa Hesa menyandang sebelah bahu tasnya yang berisi komputer dan proyektor mini, tak lupa juga kamera polaroid kesayangannya yang sudah menemani Hesa selama enam bulan bersama Aelea.

Hesa and Aelea「 END 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang