"Jadi, udah siap buat denger cerita gue?" tanya Tamara saat Aelea sudah selesai makan malamnya.
Tamara dan Pak Danang tetap memberikan Aelea jatah makan malam karena mereka ingin menyaksikan Aelea tersiksa dengan kenyataan yang akan disajikan kedepannya. Entah apa itu, Aelea tetap memakan makanannya sampai habis, gadis itu masih menyayangi perutnya yang kelaparan.
Mereka berdua juga sudah membuka bekapan kain di mulutnya dengan syarat untuk tidak teriak. Aelea yang sudah mengetahui dimana keberadaannya sekarang membuatnya merasa jika berteriak akan menghabiskan suaranya saja.
Aelea sekarang berada di tengah-tengah hutan belantara yang sangat Aelea kenal dan tidak akan ada orang lain berlalu lalang di sini. Hutan yang tak jauh dari rumah Tamara, tempat yang telah menjadi basecamp mereka berdua selama dua tahun berteman. Aelea juga tak habis pikir buat apa mata dan mulutnya ditutup dan dibawa dengan mobil dalam waktu yang lama, padahal jaraknya bisa ditempuh dengan berjalan kaki.
Sekarang Aelea sudah memantapkan hatinya untuk tidak terlalu ketakutan, tetapi tetap waspada. Walaupun jaraknya dekat dengan rumah Tamara, Aelea harus waspada dengan gerak-gerik Tamara dan Pak Danang.
Dan kini baru saja Aelea selesai makan, Tamara sudah bertanya seperti itu. "Terserah lo, Tama."
"Oh, udah siap mentalnya, ya? Ya udah, bagusnya gue mulai dari mana, ya?" Tamara tampak berpura-pura berpikir.
"Dari Z sampai K, terus A sampai J juga bisa juga. Lo kelamaan, makin lama gue jadi ngantuk," balas Aelea sambil menatap Tamara tanpa ekspresi. Gadis itu sudah lelah menunggu Tamara yang akan menceritakan sesuatu, tetapi selalu saja diundur. Aelea yakin sudah tiga jam berlalu sejak ia datang ke rumah Tamara, lalu disekap ke sebuah hutan dan selama itu Tamara hanya mengatakan omong kosong belaka.
"Berani lo bantah gue sekarang?" kata Tamara yang sedikit tersulut emosi saat mendengar perkataan santai Aelea.
"Berani berani aja, soalnya sekarang lo ribet banget mau cerita, tapi nggak jadi mulu. Mau begadang emangnya lo?" kata Aelea sambil meletakkan piringnya jauh-jauh dan siap-siap mengambil posisi tidur.
Sekarang ia bisa sedikit santai karena hanya ada Tamara di ruangan itu karena Aelea tahu bahwa Tamara tidak akan mau mengotori tangannya sendiri untuk mencelakainya. Selama ini gadis itu membuat mentalnya berhamburan dan hanya mengirim teror tanpa beradu fisik. Namun, berbeda jika di ruangan itu ada Pak Danang, Aelea tidak akan bisa sesantai ini dan rasa waspada lebih mendominasi, karena Aelea tahu bagaimana tabiat buruk ayahnya Tamara itu.
Tak ada tanda-tanda mendengar suara Tamara bak kicauan burung itu membuat Aelea membuka matanya dan melihat Tamara sedang membentangkan kasur kecil di sudut ruangan sana. Aelea mengerutkan dahinya, kebingungan melihat tingkah Tamara yang tidak masuk akal itu.
"Lo ngapain?" tanya Aelea yang terus melihat tingkah mantan sahabatnya itu.
"Nggak punya mata? Ya, mau tidur lah. Besok gue sekolah," jawab Tamara tanpa menoleh ke arah Aelea.
Aelea semakin bingung. Bukannya gadis itu tadi sangat excited untuk menceritakan sesuatu? Namun, sekarang Tamara malah ikut-ikutan tidur di lantai bersamanya. Kenapa tidak pulang ke rumah dan tidur di rumah sendiri?
"Lo yakin tidur di sini?"
Mendengar pertanyaan Aelea yang terdengar meremehkan itu membuat Tamara berhenti untuk mengambil posisi tidur dan menatap Aelea dengan kesal. "Gue mau nemenin lo, mana tahu lo kabur nanti."
Namun, sesaat kemudian, Aelea dengan jelas dan yakin mendengar Tamara mengatakan hal yang selalu menjadi topik curhatannya jika sedang berdua dulu.
"Yakali gue tidur di rumah, sementara bokap gue mabuk dan bawa jalang ke rumah. Kayak nggak tahu aja."
Aelea turut prihatin dengan keadaan rumah Tamara yang selalu membuat gadis yang menculiknya ini tertekan. Sejahat-jahatnya Tamara, gadis itu membutuhkannya sosok orang dewasa yang harus menuntunnya ke jalan yang lebih baik, yaitu seorang Ibu. Namun, Tamara tak mendapatkan sosok itu.
Selama berteman dengan Tamara, satu hal yang Aelea yakini. Tamara lebih memilih tinggal bersama ayahnya yang pemabuk dan bergaul dengan preman itu karena tinggal di kota. Tamara tidak suka tinggal di desa, tempat yang dituju ibunya saat berpisah dengan ayahnya. Walaupun Tamara sering mengeluh bahwa gadis itu merindukan kasih sayang dan perhatian seorang ibu.
"Ya udah, terserah lo. Lagian lo enak tidurnya di kasur," kata Aelea yang kini sudah berbalik badan membelakangi Tamara.
"Hidup gue gini sejak bokap bangkrut dan dipecat dari pekerjaannya. Lo tahu banget bokap gue orangnya jujur, tapi kenapa bokap lo memfitnah menggelapkan uang perusahaan ke bokap gue sampai dipecat?" Tamara mulai menceritakan sedikit yang ingin ia ceritakan kepada Aelea. "Sejak bokap bangkrut, hidup gue berantakan. Ibu sama ayah cerai terus pisah. Yah, ibu cuma mau hartanya ayah doang. Pas ayah nggak punya apa-apa, ibu tinggalin ayah gitu aja. Lo mana ngerti sama perasaan gue."
Aelea membungkam mulutnya untuk tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia memang tahu bahwa ayah Tamara-Pak Danang-dipecat dari perusahaan ayahnya karena tuduhan penggelapan uang yang baru disadari ayahnya itu ternyata fitnah belaka. Di saat ayahnya ingin meminta maaf atas kesalahannya kepada ayahnya Tamara, Pak Danang malah membuat ayahnya kecelakaan yang menyebabkan meninggal di tempat.
Namun, Aelea tak menyangka begitu buruk dampak yang terjadi setelah orang yang tidak bersalah apa-apa dituduh melakukan kesalahan yang jahat. Aelea yang hanya sebagai anak semata wayang, tidak berani ikut campur saat tahu ayahnya Tamara tidak bersalah waktu itu.
"Gue benci banget sama lo yang nggak belain ayah gue, padahal tahu ayah gue nggak salah. Gue benci banget sama lo yang pengecut. Mentang-mentang anak semata wayang, terus lo nggak berani bantah bokap lo yang salah itu. Terus, setelah bokap lo mati, gue sedikit senang lihat lo suka depresi." Tamara kemudian menjeda perkataannya. "Gue minta maaf atas satu tahun lalu nyebar gosip tentang lo sampai mental down. Tapi gue nggak sepenuhnya bersalah, itu sedikit balas dendam dari gue karena sifat pengecut lo itu, Lea Michelle."
Aelea masih tetap bungkam walaupun gadis itu sudah mengeluarkan sedikit buliran air matanya. Selama ini Tamara jahat kepadanya karena kesalahannya sendiri. Ia memang menyesal waktu itu sejak ayahnya meninggal, tetapi Aelea tak sepenuhnya merasa bersalah karena Pak Danang lah yang menyebabkan ayahnya meninggal dalam kecelakaan mobil.
Sesaat kemudian tidak ada yang mengeluarkan suara sedikit pun. Aelea pun mengusap air matanya dan memberanikan diri untuk berbalik badan, melihat keberadaan Tamara apakah masih di sana atau sudah tidak ada lagi. Aelea pun melihat Tamara sudah memejamkan matanya yang dalam posisi tidur miring ke samping menghadap ke arahnya.
Baru lah Aelea memberanikan diri untuk bertanya satu hal. "Jadi, kenapa lo terus manggil Gue Lea Michelle, Tama?"
"Oh, lo mau tahu?" tanya Tamara sambil tersenyum tipis saat mendengar pertanyaan menarik dari Aelea.
Belum sempat Aelea menjawab, Tamara lebih dulu memberitahu arti dari nama yang dibuat oleh Tamara sendiri untuknya.
"Sejak awal kita berteman, gue emang benci banget sama lo, tapi ngeliat lo yang tulus mau berteman sama gue, makanya gue panggil lo Lea Michelle." Tamara sempat menerawang ke langit-langit rumah tua itu. "Lea Michelle itu artinya seorang gadis yang tulus dan setia yang membawa keberuntungan bagi gue. Dan lumayan terbukti karena lo selalu ngasih saran dan dukung gue disaat-saat gue lagi terpuruk."
Aelea sekarang tidak bisa berkata apa-apa setelah mendengar pernyataan Tamara itu. Sebuah tamparan untuknya karena Tamara menganggap dirinya seperti itu. Namun, ada rasa kesal mengganjal di hatinya.
Setelah keheningan menguasai selama sepuluh menit lebih, baru Aelea membuka suaranya.
"Kalau gitu, kenapa lo fitnah gue di sekolah?"
"Masih nggak paham?" tanya Tamara miris dan menatap nanar Aelea yang tidur menghadap ke arahnya. "Lo harus ngerasain di fitnah seperti yang bokap lo lakuin ke bokap gue, Lea Michelle."
❃.✮:▹ ◃:✮.❃
Hallo!
Kembali lagi dengan Hesa. Akhirnya terungkap ya alasan Tamara jahat ke Aelea :)
See you next part!
Akan update setiap hari seminggu ke depan
KAMU SEDANG MEMBACA
Hesa and Aelea「 END 」
Teen Fiction「Hesa and Aelea」 Percayakah kalian pada pertemuan pertama yang jarang terjadi membuat hubungan itu akan menjadi spesial? Awalnya Hesa tidak akan percaya dengan hal itu. Namun, kini Hesa mempercayainya sejak bertemu dengan gadis polos nan baik bernam...