「16. Aelea dan Teman "Lama"」

13 3 4
                                    

"Hesa, aku balik ke kelas dulu, ya," izin Aelea berhenti jalan secara tiba-tiba.

Hesa menoleh ke belakang. "Kenapa?"

"Buku paket Fisika lupa aku bawa, kan ada tugas untuk dikumpulkan besok," jawab Aelea sambil menunjukkan cengirannya.

"Gue bawa, kok. Ntar kita kerjain tugasnya bareng-bareng di rumah gue aja," kata Hesa. Ia menggerakkan bahu kirinya yang sedang menyandang tas.

"Oke, deh." Aelea menganggukkan kepalanya dan mulai berjalan mendekati Hesa.

Aelea berjalan di samping laki-laki itu, tak lupa senyuman terus menghiasi wajahnya yang imut itu. Hari ini mereka berdua pulang sekolah dengan jalan kaki karena Aelea mengeluh kakinya lelah mengayuh sepeda terus selama seminggu lebih.

Hesa yang pengertian pun menuruti perkataan Aelea untuk berjalan kaki saja pergi maupun pulang sekolah. Sebelumnya, Hesa sudah meminta Aelea untuk berangkat sekolah dengan supir mamanya Aelea yang selalu siap mengantarkan gadis itu ke sekolah, tetapi Aelea malah menolak mentah-mentah saran Hesa itu. Alasan Aelea adalah ingin menikmati pemandangan yang sudah terlihat familier di matanya setiap hari dengan tenang.

"Hesa, sejak kamu nggak jauhin aku lagi, Bu Yulia nggak pernah lihat kita berdua," kata Aelea membuka topik pembicaraan karena sejak tadi masing-masing dari mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

Hesa menoleh ke samping, raut wajahnya tampak berpikir. "Iya juga, ya?"

"Iya. Terus mulai besok udah full satu bulan dari hukuman nggak jelas dari Bu Yulia," kata Aelea terdengar bahagia, lalu gadis itu melanjutkan, "Aku jadi bisa bebas ikutin kamu kemana aja lagi."

Hesa melengkungkan sudut bibirnya ke atas. Ia mengacak-acak rambut Aelea yang membuat si pemilik merasa kesal.

"Lo bebas kok ikutin gue semau lo asal nggak ngerugiin diri lo sendiri. Lagian gue senang diikutin lo terus tiap hari," ujar Hesa.

Kekesalan Aelea terhadap tangan Hesa berkurang begitu saja saat untuk pertama kalinya Aelea tidak sengaja melihat Hesa tersenyum. Senyuman yang bahkan belum pernah ia lihat selama kenal dengan Hesa. Aelea terus memandangi wajah Hesa dari samping.

Aelea berpikir kalau diperhatikan baik-baik, wajah Hesa terlihat tampan dari mantan-mantannya yang dahulu, apalagi saat Hesa tersenyum tadi membuat ketampanan laki-laki itu bertambah berkali-kali lipat. Aelea ikut tersenyum melihatnya dan merasakan pipinya yang tiba-tiba terasa panas.

Aelea buru-buru memalingkan wajahnya ke samping kanan dan memelankan langkah kakinya agar ia berjalan di belakang Hesa. Aelea menepuk-nepuk pipinya pelan. Aelea tidak ingin Hesa melihat pipinya yang pasti sudah memerah seperti kepiting rebus.

"Kenapa aku blushing sendiri, sih?" batin Aelea bertanya-tanya.

"Kamu kenapa, Alea?" tanya Hesa tiba-tiba membuat Aelea melonjak kaget ke belakang.

"Eh? Nggak apa-apa," jawab Aelea menggunakan kata-kata legend yang sering digunakan para cewek-cewek di sekolahnya yang dulu saat mengelak akan sesuatu.

"Gue perhatiin lo tiba-tiba jalan di belakang gue. Apa gue jalan terlalu cepat, ya?" Hesa ikut memelankan langkah kakinya agar sejajar dengan Aelea yang masih menutupi pipinya.

Aelea buru-buru menggelengkan kepalanya. Ia menunduk ke bawah sambil mendorong punggung Hesa agar laki-laki itu berjalan terlebih dahulu. Tidak perlu berjalan di sampingnya saat ini.

Hesa yang kebingungan dengan tingkah Aelea pun membalikkan badannya secara tiba-tiba membuat Aelea tak sengaja menabrak dada Hesa. Hesa pun memegang kedua pergelangan tangan Aelea dan menjauhkan tangan itu dari pipi gadis itu.

Hesa and Aelea「 END 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang