Jam istirahat kedua dihari Selasa itu membuat Hesa sangat tidak bersemangat. Entah apa yang harus ia lakukan lagi. Biasanya saat jam istirahat kedua, Hesa dan Aelea duduk santai dibawah pohon besar di belakang sekolah, hanya mereka berdua saja atau terkadang ditemani Lean dan Keano.
Sejak kemarin, Hesa hanya duduk diam di dalam kelas sambil melihat keluar jendela, kembali menatap pepohonan yang rindang, dedaunannya hanya diam di tempat karena tidak ada angin yang berhembus kencang. Ia teringat dengan pertemuan keduanya dengan Aelea, saat gadis itu baru pindah ke kelasnya, menyapanya dengan suara yang indah, dan senyuman yang menawan.
Hesa pun mengacak-acak rambutnya kesal. Ia juga berdecak kesal karena tanpa aba-aba pikirannya memunculkan ingatan yang jika diingat disaat seperti ini akan membuatnya kesal. Ia tidak perlu repot-repot flashback, Hesa hanya perlu memikirkan tentang masa depan yang entah apa pun itu.
"Sa, ngelamun aja," celetuk Keano yang datang sambil meminum es teh yang sudah hampir habis, hanya tersisa es batu saja. Keano bersikap bodo amat saja, ia terus menyeruput dengan sedotan yang membuat suara berisik.
"Kebiasaan lo, ah, udah habis itu dibuang di tempat sampah," kesal Hesa langsung menyambar gelas es teh seharga tiga ribuan itu dan langsung keluar kelas untuk membuangnya ke dalam tempat sampah berwarna kuning.
"Yah, lo nggak asik," kata Keano sambil berlalu menjauhi Hesa yang baru masuk ke dalam kelas menuju kantin nenek.
Hesa yakin laki-laki itu pasti akan membeli es teh nenek lagi dan tiba di kelas dengan isi yang sudah kosong. Hesa sudah hafal kelakuan sahabatnya yang satu itu jika berkaitan dengan minuman gelas.
"Lo kenapa kesal gitu, Sa?" tanya Lean yang entah tiba dari mana.
"Biasa tuh, Keano, berisik amat," kata Hesa sambil berjalan ke bangkunya, diikuti oleh Lean yang sibuk menyisir rambutnya.
"Namanya juga Keano," balas Lean berteriak.
Entah sejak kapan Lean sudah berada di meja paling depan di ujung sana, terlihat sedang memalak seorang gadis yang suka membawa make up kemana-mana. Hesa hanya memperhatikan sampai Lean menerima sebuah kaca, lalu berjalan mendekatinya.
"Kaca buat apa lo?" tanya Hesa kebingungan.
"Buat ngaca, lah, Hesa," kata Lean sambil berkaca untuk melihat kerapian rambutnya.
Hesa merasa ada yang berbeda dari tingkah laku Lean. Laki-laki itu terlihat lebih rapi dan juga Hesa baru menyadari bahwa Keano dan Lean berpisah. Biasanya kedua laki-laki itu selalu bersama-sama kemana-mana.
"Eh, lo nggak kesambet, kan?" tanya Hesa.
Lean menoleh dengan kesal. Ia melakukan gerakan seperti ingin melempar sisir kecil itu ke arah Hesa. "Sini deh gue bisikin."
Hesa mendekatkan telinganya saat Lean memberi kode untuk mendekat.
"Gue PDKT sama Annery," bisik Lean terdengar bahagia.
"Lo serius? Annery yang adik kelas itu, kan?" tanya Hesa tak percaya.
"Iya, lah, siapa lagi yang namanya Annery di Smaga?" sahut Lean dengan suara yang dipelankan.
"Wah, congrats, Yan," ujar Hesa menyelamati. Ia tersenyum tipis melihat kebahagiaan Lean yang sedikit tertular untuknya. Hesa ikut bahagia, tetapi hatinya masih belum pulih seutuhnya karena sejak kemarin Aelea belum juga menyapanya.
"Ngomong-ngomong, lo tadi dicariin Kay, katanya mau evaluasi anggota," kata Lean yang tiba-tiba mengubah topik pembicaraan.
"Evaluasi apaan?" tanya Hesa sambil menaikkan alisnya ke atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hesa and Aelea「 END 」
Teen Fiction「Hesa and Aelea」 Percayakah kalian pada pertemuan pertama yang jarang terjadi membuat hubungan itu akan menjadi spesial? Awalnya Hesa tidak akan percaya dengan hal itu. Namun, kini Hesa mempercayainya sejak bertemu dengan gadis polos nan baik bernam...