「45. Hesa, Aelea, dan ... Akhir?」

24 2 1
                                    

Beberapa menit yang lalu dua rekan polisi itu sudah datang menghampiri Hesa dan Polisi Muda itu. Kini mereka sudah berempat dan melihat di depan sana ada sebuah pemukiman yang terlantar. Tidak ada melihat tanda-tanda kehidupan di sana. Ketiga polisi itu pun mulai curiga tersangka mereka berada di sana karena anjing pelacak mereka selalu mencium-cium tanah yang mengarah ke arah pemukiman itu.

Salah satu polisi pun memanggil polisi yang lainnya untuk ke tempat mereka menggunakan handy talkie. Saat hampir dekat dengan pemukiman itu dengan perbatasan hutan, mereka berempat sama-sama bersembunyi untuk melihat situasi.

Alhasil, Hesa melihat seorang bapak-bapak yang tidak asing sekarang diwajahnya sedang keluar dari sebuah rumah dengan amarah yang terlihat jelas di wajahnya. Tak lama kemudian, ada seorang gadis muda seusia Aelea mengekor dari belakang sambil berusaha mengambil sesuatu ditangan sang bapak-bapak.

Hesa terkejut saat melihat gadis itu adalah Tamara yang tampak bersitegang dengan orang yang Hesa kira ayahnya. Sehingga perintah dari polisi itu pun membuat Hesa semakin tegang.

"Dia adalah tersangka kita yang kabur dari penjara. Gadis itu juga tersangka yang menculik Alea."

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

A

elea sudah babak belur sekali, wajahnya banyak lebam bekas pukulan dan tamparan dari Danang, kakinya sudah hampir retak saat diinjak keras oleh Tamara. Walaupun beberapa waktu lalu Tamara sempat menghentikan kekejaman Danang yang ingin menusuknya dengan pisau, tetapi akibat hasutan Danang, Tamara juga ikut menyakitinya secara fisik. Sekarang hampir saja Danang melemparkan sebilah pisau tajam yang bukan pisau lipat lagi ke arah Aelea yang terikat di sebuah kursi.

Namun, saat Aelea memejamkan matanya sambil berdoa atas keselamatannya kepada-Nya, Aelea tidak merasakan apa pun di tubuhnya. Ketika Aelea membuka mata, ternyata pisau itu gagal mengenainya karena entah sejak kapan Hesa sudah berdiri di depan Aelea dan membuat punggung Hesa tertusuk pisau itu.

Hesa pun meringis kesakitan dan terduduk secara perlahan sambil memegang tangan Aelea yang terikat di lengan bangku. Ia masih bisa menahan rasa sakit tusukan itu sambil membuka paksa ikatan ditangan kekasihnya itu.

"Hesa!" pekik Aelea tertahan. Mulutnya yang masih terbekap oleh kain membuat Aelea tidak bisa berteriak minta tolong.

Mata Aelea melebar begitu saja saat melihat darah segar mulai mengalir dari punggungnya. Saat Aelea menoleh ke sekelilingnya, Danang dan Tamara tampak panik dan kalang kabut merespon keberadaan Hesa yang bisa tiba-tiba masuk ke dalam.

Saat Danang akan keluar rumah, beberapa polisi datang masuk untuk menghadang Danang dan Tamara. Mereka berdua pun akhirnya tertangkap akibat keenam polisi yang ada saling bekerja sama untuk menangkap kedua penjahat itu walaupun menghabiskan banyak waktu di luar.

Sementara itu, di sela-sela rasa sakit yang amat dalam, kini Hesa berusaha susah payah untuk melepaskan lakban yang menutup mulut gadis yang sangat ia cintai itu. Hesa juga berusaha membuka tali tambang yang mengikat tangan dan kaki gadis itu di kursi.

Sesekali Hesa batuk yang mengeluarkan darah. Untung saja setiap batuk Hesa menutup mulutnya dengan sapu tangan miliknya dan darah yang keluar tidak mengenai kaki Aelea karena sekarang posisinya terduduk di tanah menghadap Aelea yang duduk di kursi.

"Ka-kamu berdarah, Hesa," kata Aelea dengan suara yang bergetar ketakutan. Aelea takut dengan darah, ketakutan akan dua tahun yang lalu kembali melanda dirinya.

"Kamu ... ja-jangan pa-panik, Sayang ... uhuk ... ada Lean sa-sama Keano," ujar Hesa terbata-bata karena rasa sakit yang mulai menjalar ke seluruh tubuhnya. Pisau yang dilempar Danang tadi tepat mengenai ulu hati Hesa dari punggungnya. Hesa akan menahan rasa sakit itu sampai tali-tali yang mengikat Aelea dengan erat terlepas. Hesa tahu sekarang gadisnya sedang ketakutan sekarang. Hesa tidak ingin Aelea trauma dan mentalnya down lagi.

Hesa and Aelea「 END 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang