「12. Hesa, Aelea, dan Taman」

9 3 0
                                    

Hesa mengambil tasnya terlebih dahulu sebelum ia meninggalkan kelas. Hesa tidak mengatakan apa pun kepada Aelea saat di dalam kelas, ia langsung ngacir keluar kelas, tetapi Hesa telah mengirimkan chat bahwa mereka tetap bertemu di taman dan Hesa akan menunggunya di sana.

Sekarang Hesa berjalan santai di koridor sekolah, mulai dari lantai tiga, hingga lantai satu. Sesekali matanya melirik tajam untuk mencari sesuatu atau seseorang. Hesa merasa tidak ada yang aneh memperhatikan dirinya.

Selama berjalan di koridor, ia selalu di sapa oleh adik kelas yang kenal dengan dirinya sebagai pelempar terbaik dalam tim basket. Namun, ia kalah populer dari Kayndra, si kapten tim basket.

Namun, tak sengaja matanya menangkap seseorang yang terlihat mengintip Hesa. Sebelum mendekat pun Hesa mengeluarkan kamera polaroidnya dan pura-pura sibuk melihat-lihat sisi kamera. Saat Hesa melewati siswi itu pun, ia tetap mengamati Hesa sampai Hesa berbelok ke arah kanan setelah keluar dari gerbang sekolah.

Hesa berdiam diri beberapa menit di balik gerbang, ia menghitung sampai 3 menit, lalu kembali melihat ke dalam gerbang sekolah untuk mengintip siswi yang mengamatinya di kelas X IPA yang tak jauh dari gerbang.

Saat Hesa mengintip, ia tidak menemukan siswi tadi. "Lah? Kok nggak ada?"

Hesa sibuk terus melihat ke dalam sekolah sehingga ia tidak menyadari seorang gadis berambut sebahu memanggilnya berkali-kali.

"Hesa," panggil gadis tersebut.

Hesa pun segera menoleh dan mendapati sosok Aelea sudah berdiri di sampingnya. Satu pertanyaan pun melintas di kepalanya. Kapan Aelea sudah sampai di gerbang?

"Hesa, kamu ngapain ngintip kayak gitu?" tanya Aelea sambil menirukan pose Hesa saat mengintip tadi.

"Ah? Enggak ada apa-apa, kok," elak Hesa lalu menambahkan, "Mau bareng ke tamannya?"

Aelea yang mendengar ajakan Hesa pun mengangguk gembira. Ia ikut berjalan di samping Hesa, karena saat pertama kali ia ikut Hesa pulang dari sekolah dengan jalan kaki ke rumah, Hesa mengatakan bahwa Aelea tidak boleh berjalan di belakang Hesa.

Hesa sesekali melirik Aelea dari sudut matanya. Ia ingin tersenyum melihat gadis itu kembali berjalan di sampingnya, membuat ia teringat dengan hari kedua Hesa pergi dan pulang bersama dari sekolah.

Setalah tamanan yang familier dengan taman yang akan mereka berdua datangi itu terlihat, membuat Hesa dan Aelea sama-sama tampam ingin membuka suara.

"Lo duluan," kata Hesa tanpa menoleh ke arah Aelea.

"Ehm ... Hesa, kamu nggak akan jauhin aku lagi karena hukuman nggak jelas itu, kan?" tanya Aelea hati-hati. Ia tidak ingin Hesa kembali seperti dua minggu terakhir. Ia ingin Hesa seperti dua hari pertama ia mengenali laki-laki itu.

Hesa yang mendengarnya sontak menoleh. Ia terlihat sedang berpikir. Apakah keputusannya sekarang ini tidak akan mempengaruhi hal yang akan ia katakan kepada Aelea nanti saat tiba di taman?

Aelea tersenyum tipis. Berusaha berpikir positif sembari menunggu jawaban dari Hesa. Namun, laki-laki itu tak kunjung menjawab pertanyaannya tadi sampai mereka berdua tiba di tempat duduk panjang yang terbuat dari kayu jati yang selalu membantunya untuk menunggu Hesa pagi-pagi melewati taman agar bisa pergi ke sekolah bareng.

Hesa pun mengajak Aelea untuk duduk di kursi panjang itu tanpa ada yang terlihat ingin berbicara duluan.

"He-"

"Aeleasha Illinia. Itu nama lo kan?" tanya Hesa langsung memotong perkataan Aelea. Belum sempat Aelea nenjawab, Hesa kembali melanjutkan perkataannya dengan panjang. "Gue mau ngomong serius, Lea. Tapi gue mohon setelah gue selesai ngomong lo jangan lari kabur kayak karakter di novel yang dibaca Kade. Gue mohon juga lo mau dengerin gue baik-baik. Gue nggak menerima sanggahan disaat gue sedang ngomong nanti."

Hesa and Aelea「 END 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang