「3. Hesa dan Makanan」

14 6 0
                                    

"Lo?"

Gadis yang berdiri di depan pintu sambil menenteng tiga kotak bekal itu mengangguk dan tersenyum tanpa merasa bersalah. Ia menyodorkan ketiga kotak bekal berwarna hijau tosca itu kepada Hesa. "Ini buat kamu dari mamaku."

Namun, Hesa tidak langsung menerimanya, otaknya sedikit memproses apa yang baru saja terjadi pada detik itu. Aelea datang ke rumahnya malam-malam? Bagaimana gadis itu tahu rumahnya fi di sini? Akan jadi sia-sia tadi siang ia buru-buru pulang agar gadis itu tidak mengetahui keberadaan rumahnya ... atau gadis itu melihat dia masuk ke dalam rumah tadi siang?

"Hesa, kamu kok melamun?"

"Siapa yang datang, Bang?" tanya adik pertama Hesa yang sudah berdiri di samping laki-laki itu. Ia kebingungan saat melihat kedatangan orang asing di rumahnya malam-malam begini sambil membawa tiga kotak bekal.

"Eh?" Hesa mengedipkan matanya berkali-kali, tak menyangka dia sempat termenung saat pikirannya berkeliaran.

Gadis itu melambaikan tangannya di depan wajah Hesa, lalu berkata, "Hesa, ini aku bawain titipan mama. Tadi siang kan aku udah ajak kamu buat makan malam bersama di rumah, tapi kamu nggak kasih jawaban apa pun. Terus mamaku nyuruh buat kasih ini ke kamu."

"Oh, jadi ajakan lo tadi serius, ya?" tanya Hesa basa-basi, padahal ia tidak mendengar bahwa Aelea mengajaknya makan malam. Ia pun menerima ketiga kotak bekal itu sambil mengucapkan terima kasih yang tulus. Adik Hesa turut ikut mengucapkan terima kasih, walaupun ia masih kebingungan siapa gadis itu. Hesa dan adiknya pun berbalik badan untuk meletakkan kotak bekal itu ke meja makan.

"Jangan lupa tutup pintunya lagi, De," suruh Hesa sedikit berteriak dari ruang meja makan. Ia sedikit penasaran dengan isi makanannya, karena dari aromanya saja sudah tercium, wangi makanan enak.

"Teman kakak masih ada di luar, nggak sopan lah kalau ditutup," balas adik Hesa sambil mengulurkan kepalanya dari balik lemari. Meja makan Hesa dengan ruang tempat televisi berada hanya dibatasi lemari kuno milik neneknya.

Hesa yang mendengar perkataan adiknya itu pun langsung melangkahkan kakinya menuju pintu utama. "Lo nggak pulang?"

Aelea menggeleng. "Nggak, kan kotak bekalnya belum kamu balikin."

Laki-laki itu hampir menganga karena kaget mendengar jawaban Aelea. Ia tidak menyangka jawaban itu yang keluar dari gadis polos dan baik di hadapannya itu. Belum sempat Hesa bersuara, Aelea kembali menimpali.

"Soalnya itu kotak bekal kesukaanku. Maaf, aku jadi nggak sopan, Hesa."

Terlihat Aelea tersenyum canggung sambil memilinkan jari-jarinya di depan. Hesa yakin gadis itu pasti merasa malu dan ia merasa wajar setelah mendengar perkataan terakhir Aelea. Ia pun meminta Aelea untuk masuk ke dalam rumah dan menunggu di dekat kedua adiknya yang sedang bermain kata. Aelea pun menurut dan laki-laki itu segera ke meja makan untuk memindahkan makanan dari Aelea ke mangkuknya.

Hesa menemukan hal baru lagi dari Aelea. Gadis itu bukan hanya imut, pintar di bahasa Inggris, dan polos, tetapi juga selalu mengatakan hal-hal jujur tentang yang ingin dikatakannya. Yah, walaupun hal-hal itu bisa saja menjadi masalah.

Saat memindahkan makanan dari ketiga kotak bekal, Hesa menjadi ingin makan lagi karena disuguhi makanan enak dan salah satu dari ketiga makanan itu ada makanan favoritnya, Jengkol Goreng. Dua makanan lagi adalah Dendeng Balado dan Sayur Kangkung Capcai.

Ia yakin jika kakeknya melihat makanan ini, pasti akan langsung mengambil piring, menuangkan nasi, dan menyodorkan piringnya ke Hesa untuk diisikan Jengkol Goreng. Siapa sih yang nggak suka Jengkol Goreng? Di rumah Hesa, tidak ada yang tidak suka Jengkol, apalagi di Goreng.

Hesa melihat ke kiri untuk memastikan adiknya atau kakeknya tidak melihat Jengkol Goreng itu. Kemudian, ia mengambil satu Jengkol untuk dicicipi.

"Enak banget," gumam Hesa sambil mengambil satu Jengkol lagi untuk dimakannya.

"Kak Hesa! Lama banget pindahin makanannya," seru adik pertamanya yang membuat Hesa hampir tersedak. Laki-laki itu segera mengambil air minum untuk meredakan sakit di tenggorokannya dan lanjut mencuci ketiga kotak bekal Aelea. Ia sudah diajarkan Ibunya untuk langsung mencuci tempat makanan jika tetangga memberikan makanan lebih. Tidak baik rasanya jika mengembalikannya dalam keadaan kotor.

"Sebentar, De."

Setelah ketiga kotak bekal itu tercuci bersih, ia segera menuju ke ruang keluarga dengan membawa kotak bekal itu. Setibanya di ruangan televisi, Hesa melihat Aelea tersenyum dan tertawa saat kedua adiknya bermain permainan kata. Tanpa sadar ia ikut tersenyum melihat ketiga perempuan di sana.

"Alea, ini kotaknya," kata Hesa sambil memberikan ketiga kotak bekal berwarna hijau tosca itu.

Aelea menerimanya dengan senang hati dan dia pamit pulang kepada kedua adiknya Hesa.

"Kakak pulang dulu, ya. Besok-besok kita main lagi, deh," ujar Aelea yang dibalas kedua adiknya dengan heboh.

"Bye, Kak Leaaa!" ucap adik terakhir Hesa sambil melambaikan tangannya.

"Makasih makanannya, Kak. Besok-besok kita main lagi, ya, Kak!"

Aelea terus tersenyum. Ia berpamitan dan mengikuti Hesa ke luar rumah. Sesampainya di teras rumah, Hesa menahan tangan gadis itu untuk mengatakan sesuatu.

"Sekali lagi makasih banyak makanannya, ya. Tolong sampaikan ke nyokap lo kalau makanannya enak-enak semua, udah gue cicipin tadi. The best buat nyokap lo," ujar Hesa sambil mengacungkan sebelah jari jempolnya ke arah Aelea.

"Makasih kembali. Kapan-kapan kalau aku ajak mampir, ya, Hesa. Boleh tuh ajak Kade sama Naka ke rumah. Mama pasti senang banget, apalagi bareng-bareng di hari-hari penting bagi Mama," jawab Aelea terlihat antusias.

"Hari-hari penting seperti apa?" tanya Hesa spontan. Lalu ia langsung mengalihkan topik tentang besok pagi. Ia merasa tidak berhak untuk penasaran. "Ngomong-ngomong, besok pagi mau berangkat bareng lagi?"

Mendengar ajakan Hesa, mata gadis itu terlihat berbinar dan senyuman gadis itu makin lebar.

"Aku mau! Kita berangkatnya di jam yang sama kayak tadi pagi, ya, Hesa," ujar Aelea mengulurkan jari kelingkingnya kepada laki-laki itu.

"Pake janji jari kelingking segala," celetuk Hesa, ia pun membalas uluran jari kelingking tersebut. "Gue kalau ngajak orang beneran serius, Alea."

"Mana tahu aja nanti kamu ketiduran," ceplos Aelea sambil terkekeh.

"Ya sudah, gih pulang sana," canda Hesa yang terlihat mengusir gadis itu dari rumahnya.

Aelea pun mengangguk dan pamit pulang yang dimana rumahnya hanya melintasi jalan kecil dan langsung tiba di pagar rumahnya. Malam ini ia merasa senang mengetahui rumah Hesa berada di depan rumah barunya itu dan malam ini ia juga senang bisa bermain dan berkenalan dengan adik-adiknya Hesa.

"Aku senang rumah kita berhadapan gini! Oh ya, hari penting itu seperti hari ulang tahun dan lain-lainnya!" kata Aelea sedikit berteriak dari halaman rumahnya. Tak lupa dengan senyumannya yang manis dan melambaikan tangannya.

Hesa yang mendengar dan melihatnya ikut tersenyum dan melambaikan tangannya. Suasana hatinya malam ini sangat berbeda saat pulang bersama Aelea tadi siang. Sekarang ia merasa senang juga Aelea yang tinggal di depan rumahnya. Padahal tadi siang ia berusaha agar gadis itu tidak mengetahui rumah mereka yang saling berhadapan.

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Hallo! Selamat malam!

Malam lagi update-nya wkwkwk

Komen di kolom komentar yuk kalian suka makanan apa dari ketiga makanan yang dibawa Aelea tadi?

Jengkol Goreng

Dendeng Balado

Sayur Kangkung Capcai

Kalau aku sendiri sih lebih suka Dendeng Balado, enak gurih gituu

Yosh, see you next part!

Hesa and Aelea「 END 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang