Hesa tertawa terbahak-bahak mendengar cerita palsu dari Lean dan juga Keano tentang Aelea yang merasa kesepian dua minggu terakhir. Ia sampai menyeka air matanya yang sedikit keluar karena terlalu niat tertawa. Sementara itu Aelea mengepalkan telapak tangannya, lalu mengarahkannya ke depan wajah Lean dan juga Keano.
"Jadi, Alea benar-benar merasa ingin menghilang aja kalau gue masih ngejauhin dia?" Hesa malah bertanya.
Belum sempat Lean maupun Keano menjawabnya dengan asal, sebuah gebukan keras dari buku ke meja membuat mereka berempat sontak terdiam. Secara perlahan, mereka sama-sama menoleh ke arah jarum jam sembilan.
Seorang gadis berambut pendek menggebrak meja dengan buku setebal dua kali lipat dari buku paket. Gadis itu mulai memunculkan aura penuh amarah. Jika di dalam anime yang sering di nonton Hesa, akan menampakkan bayang-bayang kegelapan dari kaki gadis itu hingga kepalanya.
Bahkan, sekarang Hesa merasa bulu kuduknya merasa merinding. Apa mereka semua terlalu berisik sehingga membuat Nora begitu marah?
"Kalian ...," geram Nora sambil mengepalkan tangannya. Novel tebal bersampul hitam itu, Nora letakkan di atas mejanya. Ia mulai menggulung lengan seragam ke atas. Mengambil posisi bersiap-siap memberi pelajaran terhadap ketiga laki-laki itu.
Hesa yang peka akan rencana Nora, ia sudah terlebih dahulu ngacir keluar kelas yang membuat Nora semakin mengamuk di dalam kelas. "Lo jangan kabur, Hesalioooo!"
Hesa tidak tahu lagi apa yang terjadi setelah ia meninggalkan kelas, yang terpenting sekarang adalah keamanannya dari jangkauan gadis pemarah yang menyamar menjadi si kalem penyuka novel di depan teman-teman sekelasnya.
"Huh, kenapa anak-anak di kelas ngasih julukan si kalem ke Nora kang ngamuk itu?" kesal Hesa sambil sesekali melihat ke belakang. Waspada akan keberadaan Nora yang bisa saja dengan mudah menemukannya karena ia terlalu mencolok.
Saat Hesa berjalan di koridor kelas XI, para siswi saling bisik-bisik dan menunjukkan tatapan kagum kepadanya. Hesa sebenarnya sedikit risih dengan hal-gal tersebut, tetapi mengingat kapten basketnya yang lebih populer terlihat biasa dengan perlakuan yang lebih darinya, membuat Hesa juga berusaha terlihat biasa saja.
Namun, mata Hesa tidak sengaja menangkap gerak-gerik yang mencurigakan di antara para adik kelas yang melihatnya. Ia berhenti jalan, menatap tajam ke arah orang yang terlihat aneh.
"Apa gue halu aja, ya?" batin Hesa. Laki-laki itu kembali melanjutkan langkah kakinya menuju cafetaria di lantai 2. Hesa ingin membeli minuman teh botol, tetapi terpaksa ia urungkan niatnya karena melihat seramai apa keadaan di cafetaria. Menatap nanar ke arah kerumunan siswa yang saling bersenggolan karena saking sempitnya cafetaria itu.
Hesa pun mengubah haluan rutenya menjauhi Nora, karena ia yakin gadis itu akan mencarinya sampai ketemu. Sekali dibuat marah langsung harus menerima konsekuensinya.
Tanpa sengaja sudut mata Hesa melihat gerak-gerik yang aneh lagi dari koridor kelas XI IPS di sebelah kanan sana. Jujur saja, sejak tadi Hesa merasa ada yang memperhatikannya lebih dalam, bahkan membuat ia sedikit merinding, memikirkan kemungkinan sosok itu adalah hantu yang mengintai nyawanya.
Hesa takut, tapi juga penasaran. Lantas Hesa melangkahkan kakinya mendekati tempat dimana ia melihat hal aneh tadi. Ia sempat berdoa agar tidak ada hantu di siang bolong begini.
Saat hampir dekat, Hesa melihat seorang gadis berambut ikal berlari dari posisi tempat Hesa melihat hal aneh itu, sekarang gadis itu terlihat seperti sedang menjauhinya.
Satu menit Hesa berpikir, ia langsung melebarkan matanya saat teringat dengan surat ancaman itu dua minggu yang lalu. Tiba-tiba otaknya langsung mencurigai gadis tersebut. Hesa pun sekarang berpura-pura jalan sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Ia berjalan sesuai dengan ke mana arah gadis itu berlari menjauhinya. Hesa sangat penasaran dan juga curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hesa and Aelea「 END 」
Teen Fiction「Hesa and Aelea」 Percayakah kalian pada pertemuan pertama yang jarang terjadi membuat hubungan itu akan menjadi spesial? Awalnya Hesa tidak akan percaya dengan hal itu. Namun, kini Hesa mempercayainya sejak bertemu dengan gadis polos nan baik bernam...