「24. Aelea dan Pikiran」

4 2 0
                                    

Langit biru yang biasanya cerah, kini malah mendung, menunjukkan awan abu-abu dan angin yang bertiup sangat kencang. Daun-daun kering yang tersusun rapi di jalanan, kini berterbangan ditemani serbuk-serbuk pasir yang membuat para pejalan kaki di depan butik Mamanya Aelea sesekali berhenti untuk mengucek mata.

Aelea menatap sedih kearah luar jendela butik. Padahal ia ingin berjalan-jalan sebentar di sekitar butik mamanya. Ia butuh waktu berpikir di taman, dimana di tempat itulah yang membuat dirinya bertemu dengan Hesa.

Sudah tiga bulan berlalu Aelea melalui hari-hari yang kurang menyenangkan di sekolah, karena ia harus terlihat menjauhi Hesa dan teman-temannya. Terkadang ia merasa kesepian karena Nora yang selalu membaca novel dan jarang berbicara dengannya. Sementara itu Tamara terus gencar mencari masalah dengannya, gadis itu semakin menunjukkan sifatnya lagi.

Namun, jika ia kembali mengekori Hesa, laki-laki itu pasti masuk ke dalam masalahnya dengan Tamara. Sekarang Aelea bingung akan bagaimana. Ia tidak ingin membuat Hesa masuk ke dalam masalahnya, tapi ia ingin kembali bersama Hesa.

"Alea, daripada kamu lihatin cuaca buruk itu, lebih baik kamu belajar dulu sekarang. Nanti pas cuacanya udah baik, kamu bisa keluar langsung," ujar Mama Aelea sambil membelai rambut anaknya.

Aelea mengangguk lemah. Lebih baik menuruti perkataan mamanya itu sekarang. Bulan depan akan memasuki ujian akhir semester ganjil dan Aelea harus mendapatkan nilai tinggi agar bisa lulus. Ia pindah sekolah disaat dirinya berada di kelas XII dan seharusnya ia mengulangi kelas XI, tapi karena Mama Aelea menunjukkan kepintaran gadis itu. Pihak sekolah pun memberi izin untuk Aelea berada di kelas XII, tapi dengan syarat Aelea harus meraih nilai tinggi saat ujian akhir semester ganjil.

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Aelea meregangkan tangan dan sendi-sendi ditubuhnya agar tidak kesakitan. Saat Aelea melihat keluar butik, gadis itu mengerjapkan matanya berkali-kali sambil melongo melihat cuaca saat ini.

Aelea melihat diluar sana sudah gelap, tidak ada cahaya matahari yang bersinar. Lampu-lampu menerangi jalan di sekitar taman dan toko-toko di samping butik mamanya. Ia tidak percaya betah belajar selama empat jam, dari sore tadi sampai malam.

"Ma, kapan badainya berhenti tadi?" tanya Aelea sambil melihat mamanya yang sedang memilih kain.

"Tadi pas mau Maghrib," jawab Mama Aelea.

Aelea pun protes, "Kenapa mama nggak bilangin ke Alea?"

"Abisnya kamu serius banget belajarnya." Mama Aelea menjawabnya dengan santai.

"Ish, Mama." Aelea pun kembali masuk ke dalam ruangan kecil di dalam butik itu, ia menyusun buku-buku dan memasukkannya ke dalam tasnya. Setelah merapikan buku-bukunya itu, Aelea pamit kepada mamanya untuk ke taman di depan butik.

"Mama, Alea ke taman dulu, ya, Ma."

"Jangan lama-lama, ya," kata Mama Aelea memberi izin.

Aelea pun mengangkat tangannya yang menunjukkan tanda hormat. Lalu, gadis itu berjalan keluar butik ke taman itu. Taman pertama yang membuatnya bertemu dengan Hesa, walaupun itu menjadi sebuah kejadian yang membuatnya merasa sangat bersalah terhadap Hesa.

Namun, sekarang rasa bersalah itu sudah berubah menjadi rasa ingin menjauhi Hesa dari masalah. Cukup satu tahun lalu itu ia membuat Hesa kesakitan dan juga kehilangan kamera pemberian ibunya.

Aelea pun berjalan-jalan santai di trotoar taman, menatap lama tempat ia bertemu dengan Hesa dulu. Lalu Aelea lanjut berjalan ke dalam taman, duduk di salah satu bangku taman yang kosong sedirian.

"Kenapa kalau ke taman malah kepikiran Hesa, ya?" gumam Aelea sambil melihat langit malam. Ia tidak ingin melihat sekelilingnya yang ramai dengan anak-anak muda yang saling melontarkan canda tawa.

Hesa and Aelea「 END 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang