「9. Hesa dan Lean」

12 3 0
                                    

Sebuah tangan tiba-tiba hinggap di bahu Hesa, meremasnya, lalu memukulnya hingga laki-laki itu mengaduh kesakitan. Untung saja kamera yang sedang ia pegang tidak jatuh ke lantai. Hesa sedang memotret seseorang dari pintu kelasnya. Saat ia menoleh ke belakang, ternyata pelakunya adalah Lean. Ia melemparkan tatapan sadis yang membuat Lean meringis.

"Mau gue balikin?" tanya Hesa yang dibalas gelengan oleh Lean.

"Ampun, Sa."

Hesa tak memedulikan Lean lagi. Ia kembali kepada kegiatan awalnya, yaitu memotret Aelea yang sedang duduk di kursi koridor bersama Nora dan juga Keano sambil memakan es krim. Di sana ia melihat Aelea terlihat tertawa lepas yang membuatnya sedikit lega karena ia bisa menjalani hukumannya dengan santai. Walaupun ia hanya bisa memperhatikan gadis itu dari kejauhan.

Entah kenapa sejak bertemu Aelea, hati Hesa selalu saja terasa tenang dan juga beban yang ia bawa dari rumah jatuh begitu saja saat melihat gadis itu tertawa maupun tersenyum. Tak lupa ia mengabadikan momen Aelea itu dari kamera polaroid miliknya. Kemudian, ia meletakkan hasil foto itu di dalam scrapbook miliknya yang sudah ditemukan Lean terletak di dalam laci meja guru.

"Lagian lo serius amat fotoin Alea," celetuk Lean yang tidak digubris oleh Hesa.

Hesa mengarahkan kamera kepada Aelea saja, ia menekan tombol zoom. Saat dirasa angle-nya sudah bagus, ia langsung menekan tombol shutter, tak perlu menunggu lama selembar foto pun keluar dari kamera polaroid berwarna hijau itu.

Laki-laki itu tersenyum tipis melihat hasil jepretannya. Ia menyimpannya di dalam saku seragam dan kembali mengarahkan kameranya kepada Aelea. Namun, kali ini ia merasa aneh dengan lensa kameranya itu. Gelap gulita. Saat Hesa ingin mengeceknya, ia melihat Lean sedang menutupi lensa kameranya dengan buku tulis yang entah darimana ia dapatkan.

Hal itu membuat Hesa menjadi geram. Ia pun mengusir Lean dengan cara menendang laki-laki itu hingga menjauh darinya.

"Lo tuh ganggu banget, Yan!" seru Keano yang datang sambil memegang krepes ukuran jumbo di tangan kanan dan menenteng kresek putih besar yang isinya minuman es teh yang pasti dibelinya dari kantin Nenek.

Lean dan Hesa yang melihat sahabatnya yang paling waras itu membawa makanan dan minuman pun langsung cengengesan dan mendekati Keano sambil mengucapkan beribu terima kasih kepada Keano. Dan menjemput Keano yang jaraknya tidak jauh lagi dari pintu kelas.

"Lo hero banget, sih, Ken. Gue yakin kalau Nora jadian sama lo pasti dia bahagia dibeliin sama lo terus," kata Hesa sambil memotong krepes dengan ukuran yang tidaklah kecil, jadi hal itu menjadi permasalahan bagi Lean.

"Punya lo gede amat potongannya, Sa! Nggak adil nih," kata Lean ikut-ikutan memotong krepes dengan ukuran yang lebih besar sedikit dari milik Hesa. Ia terkekeh saat Hesa ikut memprotes potongannya. Lalu ia menambahkan, "Gue setuju sih sama Hesa, tinggal lo nya yang belum kuat nyali buat nyatain perasaan lo ke Nora."

Keano yang hanya diam pun berdeham pelan. Ia meletakkan tiga minuman itu di dalam kelas, di atas meja Aelea, lalu merampas bungkusan krepes yang sudah hampir habis dari genggaman Lean.

"Ini tuh buat gue, Nora, sama Alea. Bukan buat lo berdua!" seru Keano dengan tampang datarnya.

Namun, belum sempat Keano melihat sisa krepes yang tertingal, tiba-tiba Nora datang merampasnya dan langsung melihat isi plastik kresek itu dan hanya menemukan secuil krepes yang tersisa.

Hesa dan Lean yang melihat Nora menatap nanar krepes tersebut, diam-diam berusaha keluar dari kelas dan menjauhi gadis itu secepatnya sebelum bom atom meledak hingga memekakkan telinga siapa saja yang mendengarnya. Mereka berdua menangkupkan kedua tangannya di depan wajah sambil berusaha menunjukkan mata yang memelas kepada Keano agar membiarkan mereka kabur dari singa yang memiliki bom atom itu.

Hesa and Aelea「 END 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang