Hesa benar-benar tidak menyangka dengan kebetulan yang terjadi sejak kemarin. Ia sesekali menghembuskan napas berat saat melihat seseorang yang baru dikenalnya pergi bersama ke sekolah.
“Hesa, ternyata rumah kita cuma beda dua rumah aja, ya,” kata Aelea yang terus mengikuti Hesa dari belakang.
“Hesa, kalau rumah Lean sama Keano dimana, ya?” tanya Aelea sambil mengira-ngira rumah Lean dan Keano di sekitar komplek ini juga.
“Hesa, kamu pergi ke sekolah selalu jalan kaki, ya?” tanya Aelea lagi.
Hesa ini, Hesa itu, dan Hesa lainnya. Gadis itu terus bersuara dengan memanggil nama Hesa di depan. Tak tahan lagi dengan celotehan Aelea, Hesa berbalik badan yang membuat gadis itu sontak menabrak dadanya. Hesa menghembuskan napas berat, ia tidak bisa menikmati suasana pagi jika Aelea terus berbicara dan bertanya banyak hal.
“Aelea, bukannya lo tadi mau di antar ke sekolah sama mama lo?” tanya Hesa yang tersirat untuk Aelea jauh-jauh darinya pagi ini.
Aelea mendongak untuk melihat wajah Hesa, lalu menggeleng. “Hari ini aku mau coba berangkat sekolah bareng kamu.”
Laki-laki menggenggam kamera itu tidak bisa berkata apa-apa lagi setelah mendengar jawaban Aelea yang begitu antusias. Hesa mengangguk dan kembali berjalan menuju sekolah. Ia melirik jam tangan yang sudah menunjukkan jam enam lewat dua puluh menit. Masih ada waktu untuk memotret di taman yang berjarak 5 meter dari sekolah.
“Nanti kalau gue mampir ke taman, lo langsung ke sekolah aja, ya,” ujar Hesa saat palang taman terlihat oleh penglihatannya.
Aelea yang tak tahu apa-apa bertanya, “Kenapa, Hesa?”
“Gue mau foto di sana,” jawab Hesa seadanya.
Sontak Aelea melangkah lebar hingga berdiri di depan Hesa, menghentikan langkah laki-laki itu. Ia menatap mata Hesa penuh harap, lalu mengatakan hal yang membuat Hesa lagi-lagi tidak bisa mengeluarkan alasan.
“Aku mau ikut, kamu kan nggak pernah telat ke sekolah, jadi aman aja aku ikut. Boleh, ya, Hesa?”
“Boleh.”
Setiba di taman, Hesa langsung mencari angle dan objek yang bagus untuk di foto. Sementara Aelea duduk di bangku taman sambil memperhatikan Hesa dan kegiatannya.
“Lo darimana berduaan?”
“Aelea, lo diapain sama Hesa sampai telat begini?”
“Nggak telat juga sih, No. Sisa 2 menit lagi sebelum bel.”
Berbagai perkataan dari teman-temannya membuat Hesa langsung duduk di meja dan melihat hasil gambar yang di potretnya tadi pagi bersama Aelea. Sementara Aelea dengan senang hati menjelaskan kegiatannya tadi bersama Hesa.
Saat Hesa melihat hasil foto di kameranya, tidak sengaja menemukan foto Aelea kemarin saat Aelea tersenyum manis karena tingkah Lean, Keano, dan Nora. Ia lupa menuliskan catatan dan tanggal di belakang foto itu. Hesa melihat Aelea yang masih berdiri di samping meja Lean bersama Nora sedang berbincang-bincang, ia memiliki waktu untuk menuliskannya di belakang foto itu.
Secepat mungkin Hesa mencari fotonya di dalam tas, ia ingat benar kalau foto itu disimpannya di dalam buku tulisnya, tapi Hesa lupa dibuku apa diletakkannya. Hesa terus mengobrak-abrik tasnya untuk mencari foto itu. Tidak mungkin foto itu tercecer di jalan.
“Mana, sih?” gumam Hesa yang didengar oleh Keano yang duduk di depannya.
“Lo cari apa?” tanya Keano.
“Foto gue,” jawab Hesa sambil terus mencari fotonya di sela-sela buku tulisnya. Ia yakin buku tulis yang setiap hari dibawanya.
“Nggak biasanya lo kehilangan foto,” timpal Lean yang ikut memperhatikan Hesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hesa and Aelea「 END 」
Ficção Adolescente「Hesa and Aelea」 Percayakah kalian pada pertemuan pertama yang jarang terjadi membuat hubungan itu akan menjadi spesial? Awalnya Hesa tidak akan percaya dengan hal itu. Namun, kini Hesa mempercayainya sejak bertemu dengan gadis polos nan baik bernam...