HIDDEN PASSION (rubybyposie)
━─━────༺༻────━─━
❀
❀
"I love you my husband."Kata-kata itulah yang ditunggu. Phoebe mengecup bibir Alvarez dan saat kepalanya mundur, telapak tangan Alvarez menahan dan kepala Alvarez maju lebih dulu, mendaratkan bibir ke bibir Phoebe dan melumatnya perlahan menunggu Phoebe merespon.
Tak butuh waktu lama bagi Phoebe mengalungkan kedua tangan ke leher Alvarez. Ia sengaja duduk menyamping di atas paha suaminya sengaja memperdalam ciuman bibir yang sudah saling menyesap satu sama lain.
"Aku seneng mendengar ungkapan itu, istriku. I love you my wife." Alvarez berkata setelah pagutan bibir terlepas.
Dalam pusaran kabut gairah yang ingin dituntaskan malam ini, Phoebe membisikkan sesuatu yang membuat muka Alvarez merah padam. "Aku bisa merasakan di bawah sana yang kududuki bergejolak. Tidakkah kau melepaskan sekarang juga dan merasakan di dalamku." Phoebe memancing birahi Alvarez dengan menggesek-gesekkan pelan, bertambah teganglah kejantanannya di balik celana putih yang masih melekat. "Kau bilang sudah lima tahun tidak-"
"Istriku sangat nakal." Alvarez menggeram halus, mendesis tertahan akibat gairah terpendam.
"Hanya dengan suamiku aku berani nakal."
Alvarez menuntun Phoebe berdiri dan kembali melumat habis bibirnya menikmati. Dan tangannya serta merta mulai berani bergerilya melepaskan resleting gaun Phoebe dan jemari Phoebe juga melepas kemeja Alvarez dan memegang lengan kokoh berotot Alvarez.
"Ouh." Phoebe mendesah kecil saat ciuman Alvarez turun menjalar ke area leher. Dia menjilati dengan lidahnya dan menggigit pelan memberi tanda kepemilikan.
Phoebe yang hanya memakia bra dan celana dalam terus merapatkan tubuhnya. Mengabaikan hawa dingin dari ac. Ia meremas rambut Alvarez ketika bibir Alvarez mengecup kening, alis, tulang pipi, hidung dan dagu. Ia merasakan sentuhan lembut dari setiap kecupan dan siap menerima apa yang bakal Alvarez lakukan pada tubuhnya. Meraba payudaranya sambil memilin memutar nakal dengan jari telunjuknya. Bahkan menyusu bak singa kehausan tidak menjadi masalah.
Setiap lekuk tubuh Phoebe boleh dicicipi untuk suaminya seorang. Untuk orang yang dicintainya. Untuk orang yang sebentar lagi siap melepas segel keperawanan yang memang sejak awal Phoebe siapkan untuk Alvarez.
Tidak ada pria lain selain Alvarez... Alvarez dan Alvarez...
Kepalanya dipenuhi dengan kenangan pria itu. Dan sekarang ketika ada yang berani mengusap lembah hangat inti miliknya, tubuhnya menegang kaku dan aliran darahnya berdesir sangat hebat.
"Oh Tuhan." Phoebe memejamkan mata dan entah sejak kapan dirinya sudah terbaring diranjang dan bertelanjang bulat. Alvarez menindihnya mantap.
"Aku harus membuatmu basah dulu sayang." Alvarez menunduk dan masuk ke sela-sela pahanya dan turun semakin ke bawah.
"Oh dia sangat merah muda dan wangi." puji Alvarez di depan inti wanita Phoebe. Alvarez memegang kedua lutut istrinya dan membuka lebar agar leluasa Alvarez melihat pemandangan indah duniawi, menghirup semerbak harum dari sabun bunga mawar.
Pertama kali lidah Alvarez bermain-main dalam inti wanita. Dia tak pernah menjilati kemaluan para jalang yang ia tiduri. Bersama dengan Phoebe, lidah lunaknya menjilati selangkangan dan mulai mengecup klitoris Phoebe dan membuat sang pemilik kegelian dan berjengit mundur.
"Kau tidak boleh melakukan itu." Phoebe merapatkan kembali pahanya dengan dada kembang kempis mengontrol nafasnya yang seperti terkena asma.
Dirinya benar-benar kaget dan membungkam mulut sambil memejamkan mata. Alvarez tidak mendengar ucapannya yang malah terus melakukan aksi menjilati dan memberi ludahnya sendiri membasahi vågïnã Phoebe yang mulai merasakan getaran gelombang itu akan datang.
Phoebe semakin menggeliatkan badan ketika lidah tak bertulang itu terus mengecupi, menjilati dan menarik klitorisnya hingga paha Phoebe bergetar hebat sampai cairan berlendir sudah cukup memberi pelumas untuk Alvarez masuk.
Pria itu tidak mau menusukkan jarinya bukan karena jijik. Ia hanya ingin bagian lain yang pantas memulai dulu masuk dalam diri Phoebe.
Alvarez mengelap keringat yang mengalir dari pelipis Phoebe dan mengecup singkat. "Kau yakin?" tanyanya memandang dekat Phoebe yang nafasnya masih menderu. "Jika sudah masuk aku tidak bisa menghentikan. Jika sakit katakan. Aku berjanji akan pelan-pelan."
"Aku percaya padamu." Phoebe tidak mau kegiatan yang belum apa-apa ini berakhir.
Alvarez tersenyum sebelum mengurut batangnya yang sudah kokoh mengacung tegak berwarna cokelat dan Phoebe manahan nafas melihat urat-urat yang menonjol dan bagian ujung kepalanya serta dua bola menyerupai seukuran bola tenis.
"Apa itu akan masuk?" tanya Phoebe amat lugu.
Ketakutan sejak awal adalah apa miliknya bakalan menampung kejantanan Alvarez yang besar dan panjang. Hampir-hampir setara dengan panjang tangannya dan selebar lengannya.
Sembari berusaha membelai dulu inti wanita yang lubangnya masih tertutup sangat rapat, bahkan Alvarez menjadi pria bodoh tidak bisa membedakan mana lubang yang biasa digunakan untuk mencoblos saking kecilnya tak terlihat jika tidak benar-benar fokus. Dia menekan ujung kepala pénïs nya perlahan dan Alvarez mencium bibir Phoebe mengalihkan segala rasa sakit yang ditimbulkan.
Dua menit mencoba tidak berhasil masuk dan Alvarez melumuri ludahnya dan siap menerobos lagi sampai bisa menjebol titik terdalam. Phoebe jelas menjerit kesakitan hampir memekakkan gendang telinga.
Ia menangis berderai air matanya marasakan sakit yang luar biasa dalam intinya. Nafasnya tercekat tidak mampu bersuara lagi. Ia hanya bisa merespon dengan mengangkat kepala. Dan begitu melihat ke bawah, darah merembes keluar melumuri kejantanan Alvarez yang sedang keluar masuk dengan ritme amat pelan membiasakan diri.
Phoebe mendesah tidak karuan ketika merasakan ada sesuatu benda asing bergerak keluar masuk dalam intinya. Ia tidak bisa mencegah karena semakin lama dirasa semakin merasa nikmat. Dalam tatapan mata, sepertinya Alvarez berubah pikiran tidak mau bersikap egois dan ia tidak mau menyerang Phoebe yang rasanya masih terasa sakit walau istrinya menahan itu semua dengan mencakar punggung dan mengaitkan kedua kakinya di pinggangnya. Malam ini Phoebe mencoba beradaptasi pada sesuatu yang baru pertama kali ia coba dan rasakan.
Alvarez Williams tidak pernah meniduri perawan dan ia mencoba ikut merasa keperihan yang dirasakan Phoebe. Ia tidak akan bisa menggantikan selaput dara yang ia robek. Ia bermain pelan namun keduanya saling menikmati momen malam pertama yang berkesan. Dan ketika puncak itu hampir mendekat, keduanya saling mendekap erat dan mengeluarkan bersama dalam deru nafas yang menyatu dalam hangatnya benih yang disemburkan.
Dua insan itu tersadar tidak mau terburu-buru karena masih ada esok hari. Terutama Alvarez bisa bercinta dengan istrinya kapan saja yang pastinya kelak akan terbiasa. Ketika sudah terbiasa hentakkan Alvarez akan bertambah cepat dan brutal.
❀
❀◤─────•~❉✿❉~•─────◥
Baca selengkapnya di
HIDDEN PASSION (rubybyposie)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewasa [21+]
RomanceKumpulan cerita Mature Content⚠ cover mentahan by: pinterest