Caramu Menggodaku

12.4K 22 1
                                    

Sex Games with A Stranger (missam1993)
━─━────༺༻────━─━



Mata biru di depanku kembali menghipnotisku. Bian merangkul tubuhku begitu dekat dengan dirinya. Kurasakan hasrat seksualnya begitu meningkat dan kubiarkan tangannya meremas pantatku. Di balik celananya, aku merasakan sesuatu mulai membesar seriring Bian menundukkan kepalanya dan menelusuri leherku dengan bibirnya.

Udara dingin malam diabaikan Bian saat tangannya mulai menurunkan resleting gaunku. Aku yang sudah mulai terangsang, membiarkan sentuhan-sentuhan hangat membekas di punggungku. Bian pun tidak sungkan untuk menarik sedikit demi sedikit bagian bawah gaunku ke atas hingga memperlihatkan celana dalam tipisku.

Kurasa, tanpa sadar aku mengeluarkan suara saat tangan hangat Bian berpindah meremas payudaraku dari luar gaun. Putingku sudah mengeras dan tercetak jelas di gaun tipisku hingga jari-jari Bian sudah bisa memainkannya.

Bibirnya dengan cepat mengalihkan perhatianku kembali. Dengan lihai, bibir itu bergerak indah mengecup bibirku. Lidahnya memaksa masuk di sela-sela gigiku, membuatku semakin melayang dibuatnya.

Di sisi lain, tangan Bian mulai menurunkan sisi atas gaunku, melewati bahu dan lenganku. Payudaraku pun menyembul keluar dari balik gaun, membuat Bian terhenti dan menatapnya. Tak tanggung-tangung, dia pun akhirnya melepaskan gaunku, meninggalkan sebuah celana dalam sebagai perlindungan terakhir.

Bian mengangkat tubuhku, membawaku ke sebuah ranjang mewah bernuansa elegan. Dia merebahkan tubuhku di tengah ranjang, sama sekali tidak terganggung dengan heels yang masih kupakai.

Dia masih terus menatap payudaraku untuk beberapa lama. Bian tampak mengagumi tubuhku yang hanya disinari cahaya remang dari sebuah lampu di sisi ranjang. Dia merangkak di atasku. Bibir kami kembali bertemu. Lidahnya menjelajahi mulutku. Semuanya dilakukannya tanpa tergesa-gesa, membuatku begitu hanyut oleh permainannya.

Bibirnya menelusuri wajahku, meninggalkan bekas nafas hangat di setiap bagian kulitku. Turun ke leherku, dia mengecupnya meninggalkan tanda di sana. Lalu, semakin turun hingga payudaraku. Lidahnya begitu lama bermain di sana. Bian mengulum putingku yang disertai gigitan kecil, membuat desah nafasku mulai tidak beraturan.

Tangan Bian akhirnya ikut bermain. Tangannya meremas payudaraku yang lain, memijatnya, dan jari-jarinya memainkan putingku. Aku menggigit bibir bawahku, menahan suara desahanku yang bertambah keras saat tangannya yang lain menyentuh pangkal pahaku.

"Sudah basah rupanya," gumam Bian.

Satu jari Bian mulai menggosok klitorisku saat meraba celana dalam. Mendengar desahanku, dia pun semakin berani memasukkan jari tengahnya ke dalam vågïnãku. Jarinya merab-raba dindingnya, membuat pangkal pahaku semakin basah.

Bian kembali memasukkan satu persatu jarinya hingga kini tiga jarinya sudah membuat sesak lubang vågïnãku. Dia memasukkan dan kembali mengeluarkan jari-jarinya secara perlahan namun teratur. Bertahap, Bian menambah kecepatan jarinya. Dia melakukannya semakin cepat dan berhenti tepat sebelum klimaks.

Aku mengerang dan menatap Bian dengan sedikit merajuk padanya. "Kenapa berhenti?"

Bian terkekeh, menunjukkan lesung pipinya yang menghias manis di pipinya. Dia merangkak kembali ke atas tubuhku dan berbisik. "Ayo, kita lihat caramu menggodaku."

Alisku terangkat, sedikit terkejut dengan pernyataan Bian. "Aku terima tantanganmu."

Ku sunggingkan senyum nakal. Ku kaitkan kedua lengan tanganku di lehernya. Aku menarik diriku ke arah Bian untuk mencium bibirnya.

Tanganku meraba tubuh Bian, melepaskan satu persatu kancing kemeja di tubuhnya. Sesaat aku terpana dengan tubuhnya yang membentuk sempurna di hadapanku. Dia benar-benar memiliki tubuh yang akan membuat semua wanita merebutkannya.

Jari-jariku menelusuri garis-garis bidang di tubuh Bian. Dengan perlahan aku menuju bagian bawah tubuh bian. Ku buka gesper celananya dan menemukan pénïs Bian sudah tegang terjejal di balik celananya. Tanganku begitu cekatan hingga pénïs Bian menampakkan dirinya.

Aku menyentuh benda panjang di depanku dengan hati-hati. Urat-urat di balik kulitnya tampak lebih jelas saat sentuhan jariku membuatnya semakin tegang. Bian sedikit mengerang saat jariku menekan lembut kepala pénïsnya. Dia tampaknya sangat menyukai permainan ini.

Tangan Bian menghentikanku. Dia menjauh dariku dan melepas semua pakaiannya. Dia tampak begitu menawan saat berdiri bugil di depanku.

Tak mau ketinggalan, dia pun melepaskan semua kain di tubuhku—termasuk melepas heels-ku. Bian membuat posisiku kini duduk di atas tubuhnya. Ku biarkan vågïnãku menyentuh pénïs Bian, membuat sensasi hebat di dalam diriku mulai bermunculan.

Ku awali dengan ciuman ringan di bibir Bian. Dia membiarkanku mendominasi permainan, meraba tubuhnya, hingga memijat pelan pénïsnya. Nafas Bian semakin tidak teratur saat aku mengulum pénïsnya di mulutku. Pénïs itu begitu besar, membuatku kesulitan untuk memasukkan semuanya ke dalam mulutku. Tanganku yang bebas, memainkan benda bulat di pangkal pénïsnya.

Terdengar suara desahan Bian memenuhi ruangan. Aku menambah kecepatanku mengulum pénïs Bian. Kurasakan beberapa saat benda itu semakin menegang dan akhirnya mengeluarkan cairannya di tenggorokanku. Tanpa pikir panjang, aku menelannya. Sebagian cairan, mengalir keluar di sela bibirku—tampaknya membuat Bian begitu ingin mencium bibirku.

Bibir Bian dengan ganas memainkan lidahnya di dalam mulutku. Tangannya pun meremas payudaraku dengan lebih kasar dan mencubit putingku dengan gemas. "Aku sangat suka dengan payudaramu." dia menarikku lebih dekat agar bisa memainkan putingku dengan bibirnya.

Aku meringis saat gigi Bian menggigit putingku. Tapi, entah kenapa permainan kasarnya itu membuatku sangat bergairah. Tangan kirinya menggesek-gesek vågïnãku dan berakhir dengan beberapa jarinya masuk di liangnya. Sedangakan tangan kanannya mencari lubang anusku, lagi-lagi dia memasukkan jari-jarinya ke liang keduaku.

Aku tersentak saat jari-jari Bian bergerak bersama di dalam tubuhku. Aku tidak menyadari seberapa keras desahan yang ku keluarkan. Yang kutahu, aku sangat menikmati keadaan ini. Bian dengan cepat mengetahui G-spot di tubuhku. Tanpa sadar, tubuhku mengikuti irama gerakkan jari-jari Bian.

Lagi-lagi, Bian menghentikan permainannya saat diriku mendekati klimaks. Sebelum sempat protes, Bian memasukkan pénïsnya ke dalam vågïnãku tanpa ada peringatan. Benda itu memenuhi setiap ruang di dalam vågïnãku. Bahkan, kurasakan dinding rahimku bersentuhan dengan kepala pénïsnya.

Aku bergerak secera refleks untuk menikmati setiap jengkal gesekkan pénïs Bian di dalam tubuhku. Kubiarkan jari-jari Bian kembali bermain di lubang anusku. Bahkan aku tidak peduli dengan Bian yang sangat begitu bernafsu melihat payudarku bergerak naik turun karena gerakanku.

Bian mengeluarkan cairannya di dalam tubuhku begitu banyak hingga meleleh keluar. Cairanku yang bercampur dengan milik Bian kubersihkan dengan handuk bersih yang kutemukan di kamar mandi. Tampaknya Bian sudah sangat lelah dan terlihat sudah tertidur dengan posisinya saat ini.


◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Baca selengkapnya di
Sex Games with A Stranger (missam1993)

Baca selengkapnya diSex Games with A Stranger (missam1993)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dewasa [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang