Really Like It!

13.1K 37 2
                                    

Because Of You (mangocap)
━─━────༺༻────━─━


Deva meninggalkan mobilnya di lobi parkiran hotel. Kemudian memesan kamar ke meja resepsionis sambil menggenggam tangan Dara.

Dimata orang lain, mereka tampak seperti sepasang kekasih. Begitu mesra. Begitu intim.

Pintu lift terbuka. Semua yang mengisi ruangan itu keluar, menyisakan ruang kosong bagi Deva dan Dara.

"Sudah kabari Papamu?" tanya Deva, disela keheningan.

"Sudah. Katanya Om Dennies datang, jadi ada temannya di rumah," jawab Dara.

"Saudaramu?"

"Iya. Adik Papaku."

Mereka berbicara tanpa mengalihkan tatapan masing-masing. Mata mereka terkunci satu sama lain. Deva menarik lembut dagu gadis itu dan memagut bibirnya. Pelan dan lembut.

Dara tidak menolak, ia justru meletakkan tangannya didada pria itu. Dara hanya mengikuti arus Deva, dia percaya pada pria yang membawanya malam ini.

Pintu lift terbuka, dengan tergesa mereka berjalan. Membuka pintu kamar dengan keycard yang seketika mendadak eror.

Ah, sial! umpat Deva dalam hati.

Deva memburu Dara dengan ciuman ketika mereka sudah memasuki kamar hotel. Deva menggendong Dara kemudian menjatuhkan ke kasur. Ia mulai melepaskan kancing baju Dara satu per satu, menyisakan bra putih di sana.

Ciuman itu turun ke leher. Beranjak ke gundukkan di balik bra putih itu. Dengan lihai Deva, melepaskan benda putih tersebut, membuang ke sembarang arah. Dara tidak protes, dia berusaha menikmati malam ini walaupun sebenarnya tersisa rasa malu.

"Ah ...." desahan pertama Dara, berhasil membuat libido Deva mengalir di seluruh tubuhnya.

"Geli ...." ucap Dara.

Deva tertawa kecil mendengar ucapan wanitanya malam ini.

Jangkauannya beralih ke bawah perut. Deva membuka kancing celana milik Dara. Kemudian melepaskan dengan amat mudah. Reflek wanita itu menutupi daerah intimnya dengan tangan.

"Why?" tanya Deva.

"Saya malu, Dev."

Entah mengapa ucapan Dara terdengar lucu ditelinga Deva. Pria itu mengecup pipi Dara dengan lembut.

"Kalau sudah di atas ranjang berarti harus menanggalkan rasa malu juga, bukan cuma pakaian. Lagi pula ini bukan yang pertama." Deva mengecup lagi bibir wanita itu.

Dara memejamkan mata saat Deva mulai membuka pelindung terakhir tubuhnya itu. Deva juga segera membuka pakaiannya tanpa menyisakan apapun.

"Tahan ya, Dar. Bilang kalo sakit."

Deva mendaratkan ciuman di bibir Dara lagi sebelum memasukkan miliknya ke dalam milik Dara. Wanita itu berjingat, tetapi Deva tetap mendorong tubuhnya hingga masuk sempurna.

"Ahh ... Hhh ...."

Desahan Dara semakin jadi kala Deva memulai permainan yang sebenarnya. Miliknya terasa perih saat Deva memainkan organ intimnya di sana.

Deva bermain dengan cekatan. Berulang kali ia berusaha memposisikan diri agar wanita di bawahnya terlihat nyaman.

"Damn you, Dara!"

Deva tak tahu harus berkata apalagi. Diantara pengalamannya, mungkin hanya Dara yang paling ia nikmati.

"Dev ... Kayak ada sesuatu di bagian bawah aku ... Ahh uhhh hhhh."

"What?" Deva tidak mendengar. Dara mengucapkan dengan tidak begitu jelas.

Ternyata Dara orgasme bersamaan dengan cairan yang keluar dari milik Deva. Dia tak sempat menahan lagi, kini Dara benar-benar sudah jadi miliknya.

Mereka tertidur akibat lelah bercinta dengan tubuh polos, hanya diselimuti oleh kehangatan masing-masing.

Malam usai pulang dari makan siang tadi. Mereka janjian untuk bertemu, awalnya Deva hanya ingin memberi tahu bahwa ada kasus yang sama ia kerjakan beberapa tahun lalu, namun berakhir di sebuah hotel.

||||


"Saya antar kamu pulang, ya." Deva membantu Dara berpakaian.

"Boleh. Kamu nggak kemalaman pulangnya?" tanya Dara.

"Sudah biasa pulang malam."

Malam itu Deva mengantar Dara sampai rumahnya. Kemudian dia pulang dengan perasaan luar biasa senang. Entah kapan terakhir ia merasa 'terpuaskan' seperti sekarang.

Dua hari kemudian mereka bertemu lagi. Melanjutkan kasus Dara yang masih tetunda karena sang ayah masih menolak untuk bercerai. Diluar rencana, bukannya pulang ke rumah masing-masing, mereka malah melipir ke sebuah hotel yang mempersatukan mereka kemarin.

"Kamu nggak keberatan kan, Dar?" tanya Deva, memastikan sekaligus meminta persetujuan.

Dara menggeleng pelan.

Deva menuju meja resepsionis dan langsung mendapatkan kunci. Tanpa menunggu lama, mereka bergegas ke kamar yang sudah di pesan.

Deva membuka kancing kemejanya kemudian menerkam Dara tanpa ampun. Dia melepas dress warna salem milik wanita itu. Kini Dara hanya berbalut pakain dalam.

Deva membuka pengait bra dengan satu gerakkan. Bibir terus mengemut bibir wanita dibawahnya, sedangkan tangannya meremas payudara milik wanita itu.

"Ugh." Dara tak tahan untuk tidak mendesah. Tangan pria itu meraba pangkalan paha milik Dara. Menyusup ke dalam celana yang ia gunakan. Deva menggesekkan jarinya di bagian sensitif wanita itu.

Darahnya seperti mengalir begitu deras mendengar Dara mendesah. Membangkitkan kejantanannya. Cepat-cepat Deva menanggalkan helaian terakhir ditubuh Dara.

Deva mengambil pengaman di saku jas-yang tadi ia lempar ke sembarang arah-dan memakaikan di organ intimnya.

"Buka lagi kakinya, Dar." perintah Deva.

Dara menurut. Dia memejamkan matanya demi mehanan sakit saat Deva memasukkan kejantanannya ke dalam milik Dara. Deva mengangkat tubuh Dara dan membiarkan wanita itu duduk di atasnya sembari memerintah Dara menggerakkan tubuhnya. Deva membenarkan rambut Dara yang berantakkan luar biasa. Kemudian menarik tubuh Dara lembut dan membiarkan wanita itu beristirahat di dadanya.

Deva menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka.

"Sakit banget, Dar?" Deva mengusap pipi Dara.

"Sedikit."

Pria itu memeluk tubuh Dara erat. Mengusap punggung mulus milik Dara.


◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Baca selengkapnya di
Because Of You (mangocap)

Baca selengkapnya diBecause Of You (mangocap)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dewasa [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang