MAKIN' LOVE ON THE BEACH

21.3K 52 3
                                    

NAUGHTY BOSS (christiandrnn)
━─━────༺༻────━─━



Mengeluarkan cream lotion di telapak tangan Eliza, lalu setelah itu ditempelkan tepat di dada kirinya. Bertepatan dengan jantungnya, Eliza memejamkan mata, menahan rasa dingin dari lotion dan hangat dari tubuhnya Dominic.

"Astaga, jadi seperti ini rasanya menyentuh dadanya Pak Dominic?" batin Eliza. "Berdetak," batinnya lagi kurang ajar. Jika tidak berdetak tentu saja tidak hidup.

Dominic menggeser tangannya Eliza. Berpindah dari dada kiri ke dada kanan. Eliza masih setia untuk memejamakn mata. Mau bagaimana pun juga Eliza masih normal. Malu untuk menatap seorang pria telanjang, meskipun sebatas dada.

"Cih! Tidak usah malu seperti itu. Sudah pernah mengemut burung saya saja kau masih malu!" gerutu Dominic seraya menurunkan tangan Eliza ke perutnya. Membuat gerakkan memutar di sana.

"Ungkit saja terus, ungkit! Heran!" namun, Eliza tak mengucapkan nya secara langsung, melainkan di dalam hatinya. Tangan perempuan itu bergetar tatkala merasakan bagaimana berlekuknya perut Dominic.

Eliza menggigit bibir. Pundaknya bergetar tak bisa mengontrol diri. Tangannya masih membuat gerakkan memutar. Merasakan lekukannya. Keras dan juga kokoh.

Eliza semakin tak bisa mengontrol diri. Bibir bawahnya ia gigit keras. Ingin menjerit tatkala tubuhnya terasa panas hanya karena mengusap tonjolan otot-otot perutnya Dominic.

"Fokus Eliza, fokus. Jangan terangsang." batinnya semakin menjadi. "Hanya cepat-cepat melakukannya, setelah itu selesai."

Cream lotion yang berada di telapak tangan nya sudah tandas, merata dengan permukaan kulit perut bosnya tersebut. Namun, Eliza masih melakukan gerakkan memutar sampai di mana ia merasakan sesuatu permukaan yang menggunduk, dahinya mengernyit bingung.

"Apa ini?" tanyanya pelan. Eliza meraba-raba, lalu meremasnya pelan. "Ehh, lunak?" beonya kurang ajar. "Perutnya Pak Dominic mendadak buncit kah?" tanyanya kini dalam hati.

Masih di remas-remas. Semakin lama-lama semakin terasa membesar. Eliza mengernyitkan dahi, sedikit tersenyum. "Seru juga ternyata ngeremas-remas, hihi," batinnya terkikik geli.

Tangannya masih meremas. "Kok ada bijinya. Biji apa ini?" tanyanya lagi dalam hati. Masih meraba-raba sampai ia sadar, ia membuka mata dan melotot begitu melihat tangannya sangat tepat sedang menggenggam burungnya Dominic yang masih terbungkus celana.

"Arhh!" Eliza menarik tangannya cepat. Menggosok-gosokkan telapak tangannya di sisi baju. Seolah ada kotoran yang menempel. Ia menatap Dominic intens. "Ishh, Pak Dominic mesum!" marahnya.

"Kenapa saya?" dahi bosnya itu mengernyit. Tangannya sudah bertumpu di pinggang. "Saya sudah tidak memegang tangan kamu lagi. Itu tangan kamu sendiri yang bergerak turun sampai meremas-remas burung saya," jawabnya.

Eliza menggeleng cepat. "Ihh! Tidak mungkin! Mana ada saya sendiri seperti itu! Pak Dominic sengaja ya ngerjain saya?! Ihh mesum!"

"Cih! Mana ada saya ngerjain kamu. Bilang saja jika masih mau ngemut burung saya, mana di remas-remas lagi! Tidak sopan sekali!" sindirnya, walaupun dalam hati merasa senang.

"Tapi enak juga burungku di remas-remas sama Eliza," batin Dominic, minta digebukkin.

Eliza menutup kupingnya malu. "Diam! Mana ada saya seperti itu! Pak Dominic saja yang mesum! Huuuu!" serunya masih menyangkal, tidak mau mengakui jika dirinya memang salah.

Eliza membelakangi Dominic karena malu. Kedua kupingnya masih ditutup dengan kedua tangan. Dominic mengulas senyum, ia menarik pinggang Eliza pelan yang membuat sang empunya mengerjap terkejut.

Dominic memeluknya dari belakang. Eliza melotot, "E-eh, P-Pak?" suaranya bergetar. Bingung dan takut juga, kenapa Dominic tiba-tiba saja memeluknya.

"Kau sudah membuat burung saya bangun, Eliza." bisik Dominic di telinga sekretarisnya tersebut. Eliza menggelinjang, merasakan rasa hangat yang menggelitik di indera pendengarannya.

"Kau harus tanggung jawab ...." di akhiri dengan desahan berat. Sedikit gigitan kecil di daun telinga, membuat sekujur tubuhnya Eliza meremang.

Belum sempat Eliza menjawab, Dominic lebih dulu memutar tubuh Eliza dan langsung memagut bibirnya cepat. Menghisap bibir tipis itu dengan kuat. Eliza mendorong pundak Dominic, tapi dirinya malah di dorong sampai terjengkang di atas tempat tidur.

"Mmphh ...." Eliza mendesah. Tangannya terangkat tanpa sadar memeluk tengkuk bosnya tersebut. Dominic semakin memperdalam ciumannya, saling memagut dan saling menghisap bibir satu sama lain.

Dalam gerakkan cepat, pakaian Eliza sudah terlepas begitu saja oleh Dominic.

"Eunghh ...." perempuan itu melenguh merasakan geli dari sentuhan jari bosnya. "Shh ... Pak! Eunghh, eunghh!" bibir vågïnã nya diusap lembut.

Pria itu cepat-cepat melepaskan celananya. Memunculkan Robbert, burungnya yang sudah berdiri tegak, berurat dan besar. Eliza menelan ludah, tegang tatkala melihatnya.

Begitu merasakan benda tumpul memaksa masuk, Eliza semakin kuat lagi mencengkeram sprei dengan pejaman mata erat. Dominic memasukkan semua batangnya tanpa sisa, sampai kedua bijinya menempel di depan vågïnã nya Eliza.

"P-Pak, eunghh ...."

Dominic menumpu kedua tangan nya di samping tubuh Eliza. Perempuan itu menjadikan nya tumpuan. Meremas tangannya Dominic yang begitu kokoh menyembulkan urat-urat tangannya.

Dominic menarik keluar batangnya, lalu dimasukkannya kembali dalam satu kali hentakkan kasar yang membuat Eliza melotot. Mulutnya terbuka. "Goshh!!" teriaknya.

Pria itu mulai memompa lubang vågïnã nya Eliza yang sudah terasa basah dan hangat. Batangnya yang panjang dan besar itu seolah habis di lahap masuk.

Suara nyaring tubrukkan paha keduanya sangat jelas terdengar. Bahkan suara decitan tempat tidur pun ikut terdengar. Dominic terus menggagahi sekretaris cerewetnya itu yang kini sudah terkuasai oleh gairah.

"Pak, ahhh ... shh ... ahhh ...." Eliza mendesah keras. Dominic semakin gencar untuk terus membuat Eliza mendesah keenakan.

"Pak! Ahh! ASTAGA!!!" Eliza tak bisa mengungkapkannya seperti apa. Dominic menghentakkan batangnya semakin dalam dan semakin kasar.

Eliza membuka mulutnya tatkala merasakan vågïnã nya terasa sangat penuh. Ia memutar bola matanya, menyisakan warna putih.

"Ahhh! Shhh ... Pak! Ahhh ...."

Dominic menghentakkan batangnya lebih dalam lagi. Membuat sekretaris cerewetnya itu mengejang. Memejamkan mata menerima serangan brutal bos mesumnya tersebut.

"Goshh!!" Eliza meracau. "PAK! Ahhh ! Shh, eunghh! Ahh ...."

"Enjoy your time little girl," ujar Dominic dengan helaan nafas terengah-engah. Senyum miring muncul di bibirnya.

"F'ck!" Eliza mengumpat. Tak bisa dijelaskan lagi bagaimana nikmatnya batang Dominic yang begitu panjang dan besar.


◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Baca selengkapnya di
NAUGHTY BOSS (christiandrnn)

Baca selengkapnya diNAUGHTY BOSS (christiandrnn)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dewasa [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang