52

47 11 11
                                    

"hei! Kenapa lu sedih banget!? Gw gak akan pergi kemanapun,, toh juga kalo bukan ke kamar mandi sih" celetuk ila,

"keadaan gw aja kayak gini, gimana mau pergi mimi" lanjutnya kembali.

"udah ih... Hapus tuh ingusnya,,, jorok" ledek ila ke mimi, dengan niatan membuat mimi kembali tenang.

Dan...

"iiihhh.... Kak... Gak ya... Aku nangis juga pasti tetap bersih, cantik pari purna" kesal mimi manja.

Yah itulah mimi kalo dipancing masalah wajah... Hhhmmmm gak ada yang ngalahin pokoknya!! 😅

Ting... Rrrrrr...
Ting... Rrrrrrr...

Dering ponsel mimi berbunyi, dilihatnya di layar hpnya.

"esh?" timpalnya, sedangkan ila diam memperhatikan.

"kak aku angkat bentar di depan" pamit mimi dan di angguki oleh ila memperbolehkan,

"mi,,, lu dimana?"

'hah... Ash? Loh salah ngasih nama atau gimana gw yah' bingung mimi, pasalnya yang tercantum nama esh tapi mengapa suara ash yang terdengar.

"iya... Gw pinjem hp esh"

'ooooo'
'kenapa?'

"lu dimana?"

'suka hati gw, gw dimana!!? Emang kenapa sih lu telpon? Nyari kak ila?'

.
.
.
.
.
Lama tak ada tanggapan

'kalo gak ada yang penting gw matiin'

"nona ilanya di dalamkan?! Ini waktunya pemeriksaan kesehatan lanjutan" ucap suster bertanya ke mimi dan secara otomatis ash dapat mendengar,

Mimi menjauhkan ponselnya.

"iya suster didalam, baru saja bangun kok" jawab mimi yang greget,

"oy.... Kenapa dengan ila"

'hah'

"gw tanya kenapa dengan ila!!"

'ila dirumah sakit, lagi dirawat inap. Pingsan kecapean!! Gw temuin dia dibelakang gedung ruang ganti pemain'

'kenapa!! Sekarang merasa bersalah!!'

"serlock"

'ogah'

"MIMI, LU DENGAR GW GAK SIH!!"

'gw gak dengar dan gak peduli... Bye'

"plis... Gw mohon... Kirim lokasinya" suara ash yang menyendu. Mimi tak tega, menghela nafas panjang.

'iya...ok...tapi gw mau lu jujur juga sama gw setelah lu sampai sini!!? Lu apain kk gw'

"iya..."

Sambungan terputus sepihak,

"idih!! Si any ing??!" kesal mimi tanpa sadar berkata kasar.

"haaahhh... Ketularan kak ila gw sepertinya" rutuk mimi ke diri sendiri,

Namun di lain tempat

Ting
Ting
Ting
I lop u
I lop u

Nada dering khas ponsel ila berdering.

"waduh..." panik ila saat melihat nama yang menelpon, ila memperbaiki posisinya.

Diangkat telponnya,,,

"gimana yah kabarnya?" ucap ila duluan

'kenapa lama ngangkatnya nak?'

"hehehe... Dari belakang tadi yah. Maaf,, ayah nunggu lama yah" manja ila.

'gpp!! Kamu sehat nak?'

"sehat dong... Sangat malah"

'syukurlah kalo kamu sehat!! Ayah senang dengarnya'

*Alah.... Mana bisa ila sakit, kalo kerjanya cuma nonton dan tidur saja kerjanya*{tanda * adalah obrolan bunda ila} {bunda ila adalah tipikal manusia kaku nan tegas} {sukar untuk menunjukan rasa sayang} {templet templet orang tua galak nan tegas}

'jangan dengarkan bundamu,,,' ayah mencoba menenangkan,

Ila tersenyum mendengar suara sang ayah dalam membantunya agar tidak semakin sedih.

'gimana sekolahmu? Baik?'

"sangat baik banget yah... Ayah jangan cemas... Aku bahkan punya banyak teman... Tenang nilaiku juga gak turun kok... Malah meningkat"

*alah... Paling karena bunda dan ayah itu makanya kamu punya nilai bagus... Kamu kan pemalas dan bodoh!! Tidak seperti sepupu kamu itu... Yang pake usaha dan kerja kerasnya sendiri.. Bunda tuh maunya anak bunda juga gitu... Bukan kayak kamu yang asyik pake nama ayah bunda aja*

{perkataan yang menyakitkan itu bukan karena gak sayang, hanya saja itu ucapan membangun agar sang anak gak manja hanya karena nama ayah dan bundanya}

Ila diam,,,, tak membalas apapun.

Tak ingin kelepasan terisak,

'bunda...'

*benerkan?! Aku ngomong,,, dia itu bisa dapat nilai karena gurunya itu mengenal kita... Jadi gak salah kan!!?*

'bisa diam tidak,,, saya sedang berbicara dengan anak saya.. Bukan sedang mengajak kamu berdebat!! Urus saja makanannya itu... Saya sudah lapar... Kalo sehabis telpon makanan belum siap,, awas kamu'

"ayah... Aku gpp... Bener kok kata bunda... Lagian guru emang kenal baik sama ayah bunda, jadi ucapan bunda gak salah kok" ila mencoba menjadi penengah.

'suara kamu serak nak? Habis nangis? Kamu kenapa nak?'

"hiks... Hiks... Gpp yah... Aku sambil nonton drama korsel sedih yah... Kan ayah tau anak ayah ini cengeng... Nonton cerita sedih pasti baper"

*nonton terus... Gak belajar belajar.... Entar saya suruh guru kamu gak usah bantu nilai, biar kamu paham susahnya itu nilai kalo dicari yang murni*

'Bunda!! Ayah gak suka yah... Ini anak kamu loh...'

'jangan batu sesekali kenapa toh? Kok susah sekali untuk melembutlah sedikit,,, ini ila lagi jauh dari kita... Berikan dia dukungan... Bukan kamu dukung dengan cara mendorong dia ke jurang putus asa'

'nak... Ayah rindu... Ayah minggu depan ke kamu...'

*pake duit siapa?! Kerjaan kamu disini belum kelar loh kalo kamu ingat*

"yah... Gpp kok yah... Gpp!!? Aku beneran gpp... Lebih baik ayah selesaikan dulu kerjaan ayah... Kasihan yang lain jika ayah datang kesini tapi membuat pekerja lain harus libur tak mendapat uang untuk dimakan mereka sekeluarga esok hari..."

'gak rindu sama ayah nak?'

"rindu... Malah sangat rindu... Tapi apa yang diucapin bunda bener yah... Kerjaan ayah numpuk... Kalo ditunda kasihan sama badan ayah nanti..."

"kita masih bisa sering dan lebih sering lagi telpon kok..."

'kamu janji?'

"iya ayah aku janji... Udah dulu yah ayah... Aku ngantuk.. Mau tidur dulu.."

'yaudah... Hati2 dan jaga kesehatan'

"aku sayang ayah"

'ayah lebih lebih sayang dari rasa sayang kamu ke ayah'

Bip... Telpon terputus..

Ila menangis,

"hiks hiks,,, maaf ayah.. Aku berbohong... Hiks hiks... Sejujurnya aku tidak baik - baik saja,, dan aku membutuhkanmu ayah" tutur ila sembari menatap layar ponselnya.

Bersambung

Cinta Itu Polos? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang