57

95 13 4
                                    

"mereka dulu adalah pasangan namun putus sebelum kelulusan" monolog esh yang terdengar ila,

"lantas?" tanya ila.

"kk jangan cemburu, palingan hanya salah lihat kita" jawab esh yang semakin saja aneh,

"sakit sih,, tapi kalo emang bukan jodoh yah lepasin aja.." jawab ila senyum. Namun ada semburat sakit hati di wajahnya, ila pintar sekali menutupinya.

Esh bener - bener mendekat ke arah mobil, lebih tepatnya ke arah pintu mobil yang ada sejoli itu.

Saat lagi enaknya entah mengapa mimi menoleh ke arah kaca, betapa paniknya ia sebab bertatap langsung dengan esh.

Dengan panik mimi turun dari pangkuan ash dan duduk disamping ash,

"kenapa?" tanya ash setengah emosi. Mimi hanya menunjuk ks arah kaca, ash mengikuti arah mimi.

Ash nampak tak kaget namun setelah diperhatikan baik - baik ada orang lain selain esh disana,

"kak ila" ucap panik mimi. Dengan tergesa - gesa mimi memperbaiki tampilannya,

"kacanya itu gak tembus pandang kan??" tanya mimi memastikan.

"iya,,, lalu? Ya udah biarin aja,,," jawab ash dengan entengnya, ash kembali melancarkan aksinya.

"kamu gila ash,,, mereka pas disamping kita" ucap mimi mencoba melawan dan menolak,

Dari luar mobil tampak bergoyang - goyang. Ila menarik esh menjauh,

"lu gila, udah biarin... Toh juga mereka lagi seru... Jangan di ganggu" kesal ila.

Esh melepaskan paksa tangannya yang ditarik ila,

"kakak gila,,, mereka juga sama gilanya" entah mengapa hari itu yang tipikal esh yang gak pernah menunjukan emosi selain senyum namun kali ini entah mengapa esh menunjukan kemarahan di wajah bahkan auranya.

Ila dibuat terkejut dan itu mengganggu sistem kerja organ bagian dalam ila, ila menyentuh bagian perut. Berjongkok sembari membenamkan wajahnya di kedua lututnya, bahkan alat infus yang terpasang harus tercopot dari tangan dan menyebabkan pendarahan dari tangan bekas infus tadi.

Esh panik, ia ikut berjongkok di hadapan ila.

"kak..."

"kak..."

"kak..."

Entah sudah berapa panggilan ia sebut, namun ila masih enggan untuk berpindah.

Sebelum kejadian ila

Di dalam mobil

"ash... Kumohon" melas mimi, ash mulai merangsang kembali mimi.

Tak menampik badan mimi menanggapi rangsangan itu tapi kesadaran mimi masih berusaha menolak, ia berusaha untuk mendorong bahkan menjauhkan ash darinya.

Itu yang membuat mengapa mobil sedikit berguncang,

"ok ok ok!! Tapi hanya atasan?" penawaran ash dengan wajah memelas.

Mimi menggigit bibirnya, berdecih frustasi sebentar lalu mengizinkan ash menginvasi dirinya.

Saat ash melakukan itu,,,

Kembali ke kejadian sekarang

Mimi keluar dari pintu satunya dengan memperbaiki keadaan sebelumnya, yah walau masih terlihat asal - asalan.

Dengan paniknya mendekati ila dan esh,

"kak" ucap prihatin mimi.

"kumohon yuk kak.. Kita kembali ke kamar" pinta mimi, namun ila diam tak bergeming ditempatnya.

Tak lama setelah itu ash keluar dari mobil dengan tatapan datarnya menyusul mendekati ila,

"kakak bisa gak sih gak jadi menyusahkan!! Kalo sakit tuh di dalam kamar saja napah... Aelah mengganggu banget" ucap ash kesal.

Ila menoleh melirik ash, senyum miring ila terpatri di wajahnya.

"haaaahhh{nafas lelah bercampur marah} ya udah gak usah peduliin.. Kelar kan?!" ujar ila, lalu menatap mimi.

"bawa pergi ash dari sini,,, tolong" pinta ila, mimi yang akan membantah gak jadi karena wajah ila yang meminta.

Mimi mendekati ash lalu menarik ash untuk masuk ke mobil, ash bahkan gak melawan ia hanya mengikuti tapi mata dan pandangannya tetap ke ila.

Esh tau,, bahwa ash sedang kesal dan cemburu, bahkan wajah kehawatirannya muncul disana cuma karena lagi mementingkan ego yaitu emosinya marahnya maka dari itu dia begitu.

Setelah mimi dan ash masuk mobil, mereka pergi meninggalkan esh dan ila di posisi yang sama.

Kepergian mimi dan ash membuat ila tak lagi memegang perutnya namun kini berpindah menekan dadanya, ila mengeluarkan air mata yang sedari tadi ia tahan.

Badan ila bergetar berusaha menahan suara tangisannya, menekan untuk tak merasa sakit pada perasaannya.

Tanpa memperdulikan tangan yang masih berdarah, esh mengangkat ila dalam gendongan tuan putri lalu berjalan menepi di daerah yang tak terkena panas.

Mendudukan ila sebentar lalu mengambil alat infus yang tertinggal dan membawanya mendekati ila,

"tak apa esh, toh juga udah mau habis kan!!" ungkap ila dengan berusaha agar gak bergetar dari nada suaranya walau air dari pelupuk mata masih keluar dan beberapa kali ia usap dengan kasar.

Bersambung

Cinta Itu Polos? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang