06. Unstable Mood

184 81 10
                                    

"Sayang, nanti aku mau latihan basket di tempat biasa bareng anak-anak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sayang, nanti aku mau latihan basket di tempat biasa bareng anak-anak. Kamu mau ikut?" tanya Jendra melirik sejenak ke arah Naya yang berjalan di sampingnya. Mereka melangkah beriringan menuju parkiran sekolah. Dua puluh menit setelah bel pulang berbunyi, kedua sejoli itu baru bergegas ingin pulang. Mereka sengaja mengulur waktu agar tidak berebutan saat hendak mengambil motor.

"Jam berapa?" sahut Naya sedikit mendongakkan kepala lantaran tinggi Jendra yang melebihi dirinya.

"Sekitaran jam setengah tigaan kayaknya. Aku abis nganter kamu gak langsung pulang. Aku mau mampir ke rumah Cakra jadi kami berangkat dari rumah dia nanti," jelas Jendra. Biar menghemat waktu, begitu katanya. Soalnya rumah Cakra yang paling dekat dengan tempat mereka biasa latihan dibanding teman-temannya yang lain.

Naya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.

"Aku gak ikut gak papa, kan?"

Jendra tersenyum lebar sambil mengacak rambut Naya. "Ya gak papa lah! Justru itu lebih baik—"

"Maksudnya lebih baik?!" Naya memicing. "Oh ... aku ngerti. Dengan gak adanya aku, kamu jadi bisa bebas buat godain cewek-cewek di sana?! Iya kan?!!" seru Naya, matanya melotot garang menatap Jendra.

"Eh, enggak! Nggak gitu maksud aku sayang," kilah Jendra. Naya menepis tangan Jendra yang mencoba memegangnya. "Gak usah pegang-pegang!"

Ya Tuhan, salah lagi gue.

"Maksud aku tuh, nanti kalo kamu ikut, aku jadi khawatir. Aku takut kamu capek terus aku juga gak mau kalo kamu digodain cowok-cowok caper di sana," cerocos Jendra. Ia menatap Naya, sedangkan yang ditatap malah buang muka.

Naya mendengus sambil menyilangkan kedua tangannya. "Yang ada kamu yang caper ke cewek-cewek di sana!"

"Ya enggak dong! Buat apa aku caper, kan aku udah punya si cantik yang menggemaskan ini," ungkap Jendra seraya mencubit kedua pipi Naya dengan gemas membuat si empu mengaduh dan menepisnya.

Jendra mengerucutkan bibirnya. "Jangan marah sayang, beneran kok aku cuma gak mau kamu capek. Aku juga gak suka kalo ada yang gangguin kamu. Apalagi si gendut, dia kan buaya doyan godain cewek-cewek. Kamu cuma punya aku!" ujar Jendra tegas.

Naya tidak membalas. Ia melengos pergi meninggalkan Jendra yang mematung di sana.

"Sayang! Jangan marah dong! Aku cuma cinta sama kamu doang! Gak ada niatan buat caper sama yang lain!" seru Jendra seraya berlari menyusul Naya yang lebih dulu berjalan.

Males banget! Bener kata kak Gara kalo Jendra itu bocah kardus.

Motor yang dikendarai Jendra keluar dari gerbang sekolah dan melaju di jalan raya yang lumayan ramai siang itu. Hari ini terlihat sedikit mendung, sinar matahari yang biasanya terik kini tidak terlalu terasa panas.

Sepanjang perjalanan pulang Naya tidak membuka suara sedikitpun. Sekalipun mulut Jendra sudah berbusa mengajaknya berbicara, Naya tetap tidak menjawabnya. Gadis itu seolah menulikan telinga dan membisukan mulutnya. Ia benar-benar kesal dengan Jendra.

Burung Kertas untuk NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang