24. Rindu Lama

108 23 1
                                    

Hiii... Maaf yaa aku lama banget updatenya, mood ini gak bisa diajak kerjasama euy🤧 Jangan bosen-bosen ya nungguin aku update ❤️

Selamat membaca, semoga suka❤️

Suara lonceng kecil yang menggantung di atas pintu cafe terdengar nyaring

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara lonceng kecil yang menggantung di atas pintu cafe terdengar nyaring. Layaknya sebuah reaksi impulsif tiap orang yang langsung memutar kepala untuk mengetahui siapa yang baru memasuki ruangan itu.

Seorang laki-laki berwajah manis terlihat berjalan mendekati meja pemesanan. Seketika penjaga kasir yang juga seorang barista itu melempar senyum ramah dan menyapanya.

"Selamat siang Kakak, mau pesan apa?"

Laki-laki tersebut tidak langsung menjawab, ia sempat melihat ke arah belakang meja kasir. Beberapa daftar menu yang tersedia di cafe itu terpampang jelas. Ia berpikir sejenak, sebelum akhirnya memutuskan membeli.

"Saya pesan hot coffee-nya satu," pinta laki-laki itu.

Wanita muda dengan balutan hijab rapi itu mengangguk seraya tersenyum tipis. "Baik Kak, ada lagi?" balasnya seraya menuliskan pesanan pengunjung yang berdiri di depannya.

Laki-laki itu menggeleng sebagai jawaban. "Enggak, itu aja."

"Baik, ditunggu ya, Kak."

Sembari menunggu pesanannya selesai dibuat, laki-laki yang mengenakan pakaian santai ditambah jaket jeans hitam mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru cafe. Rungan minimalis yang terlihat begitu nyaman dengan nuansa vintage ala anak muda jaman sekarang.

Kedua matanya menyipit saat tak sengaja menangkap sepasang manusia yang sedang duduk berdua di salah satu meja dekat jendela. Laki-laki yang bernama Andrew itu dapat dengan jelas melihat dua orang yang tengah bercengkrama. Wajah itu seperti tidak asing baginya, tetapi dengan siapa dia di sana? Ia belum pernah melihatnya sebelumnya.

Atensi Andrew seketika teralihkan ketika suara dari wanita di belakangnya tiba-tiba menggelitik telinganya.

"Ini Kak pesanannya." Andrew mengulas senyum tipis dan langsung menerima hot coffee yang dipesannya.

"Makasih Mbak," balas Andrew lalu beranjak untuk mencari tempat duduk.

Langkah kaki Andrew menghampiri dua orang yang duduk di dekat jendela. Ia kemudian membuka suara membuat kedua orang itu terperanjat.

"Dewa?"

Si pemilik nama spontan mengangkat kepala, ia sedikit terkejut mendapati sosok Andrew yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Kedua alis tebalnya menukik tajam, matanya menatap Andrew lekat seolah sedang menelanjanginya.

Dewa masih terdiam, sementara Andrew sudah terkekeh-kekeh melihat kelakuan sepupunya itu.

"Kedip Wa, kedip. Takut banget gue liatnya, takut meloncat tuh bola mata," gurau Andrew tertawa pelan.

Burung Kertas untuk NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang