33. Pelanggan Baru Warkop Tejo

87 10 0
                                    

Annyeong yeorobundeul!🤭

Masih suka kan sama cerita ini? Aku harap kalian semua akan selalu suka yaaa💐💐

Selamat membaca, semoga suka🌹🌹

Suara tawa dan obrolan khas anak muda terdengar hingga seberang jalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara tawa dan obrolan khas anak muda terdengar hingga seberang jalan. Di sudut warung kopi sederhana itu tampak tiga orang remaja laki-laki dan dua pria dewasa sedang bernyanyi diiringi lantunan irama dari senar gitar yang dipetik. Suasana warung kopi milik Theo dan Jojo malam ini sangat ramai, beberapa pembeli sampai duduk di luar ruangan yang tidak begitu luas itu.

"Kala ku pandang kerlip bintang nan jauh di sana."

"Aye, aye!!"

"Sayup ku dengar melodi cinta yang menggema." Suara bass Bang Jojo seolah membius para pelanggan yang mendengar nyanyiannya malam ini. Laki-laki dengan air wajah kalem itu begitu menghayati setiap lirik lagu yang dia nyanyikan.

"Terasa kembali gelora jiwa muda ku."

"Karena tersentuh, alunan lagu, semerdu kopi dangdut."

"Aseekk! Tarik mang!!" Cakra dan Danish bersorak heboh sambil terus memukul-mukul meja. Mereka mengalihfungsikannya menjadi gendang.

Kini giliran Mas Theo yang unjuk gigi dengan suaranya yang halus khas orang Sunda.

"Api asmara yang dahulu pernah membara."

"Semakin hangat bagai ciuman yang pertama."

Arthur terus memainkan gitarnya dengan apik, ditemani suara merdu Mas Theo dan Bang Jojo yang saling bergantian menyanyikan lagu Kopi Dangdut dengan suara khas ala mereka. Dimeriahkan pula oleh Danish dan Cakra yang tampak begitu semangat bersorak meskipun sepatah kata saja.

Dua orang laki-laki yang baru turun dari motornya langsung memasuki area warkop. Saat pertama kali menginjakkan kakinya di sana, mereka langsung disambut dengan sebuah nyanyian yang berasal dari meja sudut dekat pohon pucuk merah. Laki-laki dengan umur yang lebih tua lantas mengajak si remaja untuk bergabung bersama circlenya.

Kehadiran keduanya disadari oleh mereka. Namun, karena tengah asik menikmati alunan musik ala kadarnya, mereka tak menggubris dan lebih memilih melanjutkan nyanyiannya.

Laki-laki yang tidak lain adalah Jendra pun sontak ikut bergabung dan bernyanyi bersama. Sedangkan Kara hanya berdiri di sebelah Jendra, melihat enam laki-laki berbeda usia yang saling unjuk bakat akan suaranya.

"Detak jantungku seakan ikut irama. Karena terlena oleh pesona alunan kopi dangdut."

"Irama kopi dangdut yang ceria. Menyengat hati menjadi gairah. Membuat aku lupa akan cintaku yang telah lalu."

Mereka semua bernyanyi bersama di bawah hamparan cakrawala yang luas dan bersih akan awan hitam. Ditemani cahaya bulan yang bersinar terang serta kelap-kelip bintang yang seakan menyempurnakan malam mereka.

Burung Kertas untuk NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang