Annyeong yeorobun! Maaf ya kalo lama update🙃😅
Langsung baca aja deh!
Selamat membaca, semoga suka🌹❤️
Naya berjinjit mencoba melihat keadaan di dalam ruangan tempat anak-anak ekskul basket sedang berkumpul saat ini. Ia melongokkan kepalanya dari luar jendela, rapat dadakan yang diadakan oleh ketua basket beberapa menit lalu masih berlangsung.Sedangkan ini sudah lebih dari dua puluh menit Naya menunggu Jendra yang mengikuti rapat di dalam ruangan tersebut. Naya sudah sangat bosan, ditambah sepanjang lorong tidak ada siswa lainnya yang terlihat hanya tersisa dirinya sendiri di sana.
Desahan napas panjang terdengar, kaki jenjang berbalut kaos kaki putih selutut itu menendang-nendang udara dengan perasaan campur aduk. Naya lelah. Entah mengapa ia merasa seharian ini otak dan tenaganya diperas habis hingga tidak tersisa.
Gadis itu mencebik, bibir merah merekah yang menjadi favorit Jendra itu juga terus bergumam. Pertanyaan kapan rapat akan selesai terus ia lontarkan kepada dirinya sendiri.
Naya mencoba mengintip lagi dari jendela, tinggi badannya yang tidak seberapa itu tampak sedikit kesulitan. Hanya pucuk kepalanya saja yang terlihat, membuat Naya harus sedikit melompat untuk dapat melihat apa yang sedang terjadi di dalam ruangan tersebut.
Tanpa sepengetahuannya, seseorang yang berada di dalam ruangan itu terkekeh saat menyadari tindakan yang Naya lakukan di luar. Ia bangkit dan membuka pintu ruangan tersebut. Kepalanya menyembul dari balik pintu dan mendapati sosok Naya yang tengah bersandar di dinding dengan bibir yang mengerucut.
"Ada perlu sama siapa?" Pertanyaan tanpa aba-aba itu membuat Naya tersentak kaget. Ia menegakkan tubuhnya, menatap sosok laki-laki tinggi yang berdiri di balik pintu.
"Eh—a-anu, Kak—" Naya tergagap. Ia meremas ujung seragamnya dengan perasaan malu.
"Cari siapa? Ada perlu apa? Biar gue panggil orangnya," ujar laki-laki itu yang diketahui adalah kakak kelas sekaligus ketua ekstrakurikuler basket yang Jendra ikuti.
Naya semakin kikuk dibuatnya. Apa dia tahu kalau dari tadi Naya mondar-mandir di depan pintu? Kalau iya, ah Naya pasti sangat malu. Gadis itu menggaruk belakang kepalanya sambil meringis kecil.
"E-enggak, Kak. Nggak nyari siapa-siapa, gue—"
"Nungguin Jendra?" Laki-laki itu dengan cepat memotong kalimat Naya.
Mata gadis itu sontak membulat, kok tau? Pikirnya dalam hati.
"I-iya Kak," jawab Naya malu-malu. Ia benar-benar canggung dan malu sekarang. Bagaimana kakak kelasnya ini tahu kalau dia sedang menunggu Jendra?
Laki-laki itu tersenyum ramah. "Mau masuk? Nunggu di dalem aja, daripada di sini sendirian." Ia menawarkan ajakan pada Naya untuk menunggu Jendra di dalam saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Burung Kertas untuk Naya
Fiksi RemajaKatanya, kalau kita berhasil membuat 1000 burung kertas, satu keinginan kita akan terwujud. Namun, apakah itu juga berlaku untuk Jendra? Jendra ingin membuat satu permohonan kepada Tuhan. Jendra ingin Tuhan memberinya kesempatan kedua untuk membahag...